Namaku Edo saat ini aku duduk di kelas 1 SMA, mungkin banyak hal yang tak kumengerti tentang dunia ini apalagi Kakakku seorang yang menurutku menyebalkan, aku anak ke dua dari 3 bersaudara, dan kakakku namanya Hendra.
Suatu hari aku pernah minta pendapat pada kakakku perihal tugas prakarya. “kak ini menurutmu bagus gak?” tanyaku dan kalian tau apa jawabanya “coba lihat wajahku apa menurutmu aku peduli?” tuturnya dengan wajah acuh saat aku menanyakan perihal tugas prakaryaku padanya menyebalkan bukan.
Setiap malam ia mengganggu belajarku dengan cara menengokku ke kamar dan hanya sekedar bertanya “hei kau kutu buku kau mau makan nasi goreng tak?” tanyanya dengan wajah ketus “gak buat lo aja!!” jawabku yang kesal.
Setiap hari kakaku selalu mengerjaiku mulai dari mengantarkanku ke sekolah contohnya, ia mengantarku sampai ke kelas dan menitipkanku pada KM “Adik manis tolong jaga adik kakak yang chubby ini yah kalo dia nakal cubit aja” tuturnya pada KM ku sekaligus gebetanku di bangku SMA yang akhirnya diembat oleh kakak sendiri. Hingga suatu hari saking kesalnya aku berharap kakakku yang menyebalkan itu pergi dari hidupku.
Dan suatu sore pada hari Jum’at teman lama ayahku datang dan bertamu ke rumah, sosok gagah dengan seragam loreng bercak darah duduk di ruang tamu dan bertatap mata dengan kakakku saat itu aku hanya termenung memperhatikan. “Do kenapa kok berdiri di pintu cepat masuk” sahut Ibu padaku, aku pun melangkah dari pintu ke kamarku dan menguping pembicaraan.
“jadi bagaimana keputusan mu?” “saya setuju pak” “Bagus kalau begitu, besok kau kutunggu di Stasiun mengerti!!” Hah ada apa ini, persetujuan apa yang kakakku buat.
Malamnya setelah Tamu itu pergi suasana di rumah hening, kulihat ibu hanya duduk diam di kursi. “ada apa bu, yang tadi itu siapa?” “tidak ada apa apa” “terus kenapa ibu kok kayak murung gitu apa kakak bikin ulah lagi?”
Perlahan ibu menarik nafas panjang dan menjelaskan bahwa kakaku yang menyebalkan itu akan pergi. “heh ke mana?” “kakak akan pergi berlatih di cijantung untuk mengejar cita citanya jadi tentara” “heh tentara!?”
Entah aku harus senang atau bahagia, aku hanya tertegun mendengarnya hingga Saat kepergiannya saat mengantarnya ke stasiun entah kenapa ada perasaan kehilangan yang amat mendalam saat ia melangkah masuk ke dalam kereta api. Namun saat itu yang kutau itu adalah hari terakhir aku melihatnya, malam yang biasa ada orang yang menanyakan aku mau nasi goreng, pagi yang setiap harinya mengantarku pergi dan kejailannya membuatku hanya termenung di kamar mengingat ngingat saat itu.
Aku selalu menunggunya dan bertanya pada ibu kapan kakak kembali namun ibu hanya diam dan membisu, sampai aku lulus dari sma, hingga aku lulus Kuliah dan bekerja ia tak pernah kembali.
Kini saat saat bersama kakak hanya tinggal kenangan.
Cerpen Karangan: Rizky