Sederhana saja alasanku mencintai gemuruh guntur yang beradu: berisik. Cukup untuk menarikku keluar dari hipnotis hujan yang setiap rintiknya memburu, menarik emosi terdalamku mencuat ke permukaan. Pilu.
Laun aku melamun di tengah ripuh rekan-rekan kerjaku dalam ruangan besar ini, dengan sebujur kaku tubuh wanita itu di atas kursi sana—sampai mati pun ia menatapku dengan matanya yang penuh. Wanita itu, rambutnya yang bergelombang masih cantik seperti selamanya. Gincunya masih rapi dan alisnya masih tegas. Di ujung ajalnya pun wanita ini mempertahakan wibawanya.
Hamish, salah satu rekanku sudah mengambil banyak jepretan sedari tadi. Pak Hadi, pimpinan kami yang sudah banyak mengamati, akhirnya memberi tanda bagi kami untuk memulai. “Kalian boleh mulai,” ucap Pak Hadi dan kami pun maju.
Kau tahu, langkah kakiku bersama hazmat dan semua beban ini rasanya begitu berat, tetapi guntur, ia menyadarkanku. Meyakinkanku untuk tetap kokoh. Aku harus profesional.
Kemudian kusentuh tangannya yang dingin. Bukan hanya kepalannya yang kuat, tubuh ini sudah kaku. Mempersulitku mengambil selembar foto yang ia remas di antara tarikan napas terakhirnya.
Dapat!
Sial. Seperti waktu terhenti, aku bersumpah rasanya bagai guntur menghujam tepat di ulu hatiku. Foto itu, itu potretku.
Cerpen Karangan: Sekar Ayu Diyah Lestari It’s December 19th, 2021 and I’m now an undergraduate student. Seems like I’ve grown much since the very first time I submitted my short story called “Kembali” here–I was junior high student back then. Anyway, be humble to check out other stories of mine here in cerpenmu.com. Enjoy reading~
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 26 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com