Setelah virus covid-19 berhasil menggegerkan dunia. Tak ada lagi kerumunan terlihat di sepanjang mata memandang. Semua orang menjaga jarak. Sekedar takut tertular oleh virus yang cukup menakutkan. Tak terkecuali di dalam masjid jami’ baitul izza.
Masjid hijau itu terlihat sepi, hanya ada beberapa orang saja yang mengikuti jamaah didalam sana. Padahal, ini adalah ramadhan terakhir sebelum menyambut hari kemenangan esok hari. Tidak ada lagi suara petasan yang biasa dimainkan anak-anak desa.
Lantunan kalimat takbir terdengar sendu, sedikit menyayat kalbu bagi sebagian orang yang kehilangan anggota keluarganya. Karna virus ini. Seperti halnya Zahra yang sedang termenung menatap langit malam berhiaskan bintang.
Ramadhan kali ini terlihat sangat berbeda, jika tahun-tahun sebelumnya ia akan sangat bersemangat menyambut hari raya. Kali ini, dia hanya bisa menangis. Merindukan kedua orangtuanya yang tak lagi bisa berkumpul dengannya kali ini. Kedua orangtuanya adalah seorang dokter spesialis. Karna pandemi yang terus melanda indonesia. Ia harus berpisah berkilo-kilo meter dengan kedua orangtuanya yang ditugaskan di rumah sakit kota jakarta. Sepanjang ramadhan Zahra hanya bisa mengobrol lewat video call.
“Kak, kenapa ayah dan bunda ninggalin Zahra?” tanyanya, pada Reza kakak laki-lakinya. “Zahra, Allah sayang sama ayah dan bunda. Makanya ayah dan bunda dipanggil dulu.” Jelas Reza tercekat. Sejujurnya dia juga sedih setelah mendengar kabar dari rumah sakit seminggu yang lalu. Bahwa kedua orangtuanya gugur setelah berjuang menolong pasien yang terpapar virus corona. “Katanya ayah mau bawakan oleh-oleh buat Zahra.” Ucap Zahra, kembali menangis memeluk kakak laki-lakinya. “Kenapa ayah sama bunda bohong kak?” Reza hanya diam memeluk adiknya yang masih berumur tujuh tahun. Ia tak tahu harus menjelaskan apa lagi pada adik kecilnya. Air matanya ikut mengalir membasahi kedua pipinya.
“Sudah zahra jangan nangis lagi ya. Besok kan sudah hari raya. Besok kita kerumah nenek aja biar Zahra gak sedih lagi.” Zahra mengangguk pelan, meski berat gadis itu tetap mengikuti ucapan kakaknya. Ia kembali kedalam kamar. Mencoba menidurkan segala lelahnya. Agar esok hari bisa merayakan hari raya.
Hari kemenangan pun tiba. Zahra sudah bersiap dengan baju putih yang sempat dibelikan bundanya dulu. Kepalanya terbalut kerudung merah muda. Membuat wajahnya semakin terlihat imut. “Ayo kak Reza! Nanti bunda nungguin Zahra.” Teriak gadis itu dari luar rumah. Tangannya menenteng kantung plastik berisi bunga. “Iya Ra, sabar.” Jawab Reza sedikit tergesah sambil memakai sandalnya.
Hari ini Zahra, Reza, dan Nenek pergi menuju makam ayah bunda yang berada di pemakaman keluarga. Belakang rumah nenek. Zahra menatap nanar kedua batu nisan bertuliskan nama kedua orangtuanya tepat disebelah makam kakeknya.
“Ayah, Bunda. Semoga bahagia ya disana. Zahra janji akan jadi anak yang baik kok.” Ucap Zahra sambil mengusap lembut nama dibatu nisan.
Setelah berdoa, keluarga kecil itu kembali ke rumahnya menyambut para tamu yang sebentar lagi memenuhi rumahnya.
Cerpen Karangan: Cindy Cantika Triana Blog / Facebook: Achantika
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 29 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com