Malam sudah berganti pagi sekarang waktunya Aku untuk berangkat kerja, namu tiba-tiba handphoneku berbunyi, Aku langsung mengangkatnya.
“Asalamungalaikun, maaf ini siapa ya?” tanyaku kepada penelepon. “Ini ayah, Salsa apa kabar? Ayah ingin bertemu sama Salsa” “Ayah, ini… ayah, Salsa baik.” Aku berhenti sejenak untuk menyekat airmataku. “Iya bisa yah.” “Makasih Nak, ayah tunggu di Resto Omah Coklat.”
Aku pergi menemui ayah, saat Aku bertemu dengan ayah, ayah langsung memelukku, Kita pun akhirnya mengobrol untuk menghilangkan kecanggungan di antara Kita.
“Salsa ayah minta maaf, Salsa berhak benci sama ayah.” Ayah berkata sambil menangis, walaupun, Aku marah dengan ayahku tapi Aku tidak bisa membencinya akhirnya Aku menghapus air mata ayahku. “Ayah, Salsa udah maafin ayah, ayah apa kabar?” tanyaku ke pada ayah, Aku selalu mengingat pesan bunda jangan pernah membenci ayahmu. “Ayah baik, gimana keadaan Salsa?” “Salsa baik yah.”
Tiba-tiba kepalaku sangat pusing dan hidungku berdarah, ayah pun panik dan langsung membawaku ke rumah sakit, saat dibawa ke rumah sakit Aku tidak sadarkan diri dan saat Aku sadar ayahku berada di sampingku sambil menangis dan menyalahkan dirinya sendiri.
“Salsa, udah Sadar, ayah..” sebelum selesai bicara, ayah sudah menangis, Aku tau pasti ayah sudah tau tentang penyakitku “Ini salah ayah, harusnya ayah aja yang ada di posisi Salsa, ayah bodoh, kenapa harus Kamu Sa, kenapa bukan ayah?” “Ayah Salsa gak papa, ini bukan salah ayah, tapi ini takdir Salsa” “Ayah bakal lakuin yang terbaik buat Salsa, Salsa pasti sembuh” “Yah, Salsa mohon sama ayah, bila nanti Salsa meninggal, Salsa minta bola mata Salsa didonorkan ke Alin, Salsa mohon, ini permintaan terakhir Salsa. “Salsa pasti sembuh, Salsa gak boleh ningalin ayah.”
Sudah seminggu Aku dirawat di rumah sakit saat Aku pulang dari rumah sakit, ayah, Tante Diana, Alin dan Riyan menjemputku di rumah sakit, selama satu mingggu Aku sakit merekalah yang merawatku, Tante Diana sudah tau bila Aku anak ayah dan Tante Diana menerimaku sebagai anaknya. Sesampai di rumah ayah Aku berpamitan ingin tinggal di rumah lamaku namun ayahku tidak mengizinkanya akhirnya Aku hanya boleh di rumah lamaku saat siang, Aku pun pergi ke rumah lamaku diantarkan oleh Riyan.
“Salsa Kamu tau gak hal apa yang paling Aku takuti sekarang?” tanya Riyan kepadaku, belum sempat Aku menjawab Riyan telah melanjutkan perkataanya namun sebelum melanjutanya Riyan memakaikan kalung di leherku. “Kehilangan orang yang paling Aku sayang dan Aku cintai, jadi Kamu harus sembuh.” “Tapi… berarti.. Aku.” “Aku sayang sama Kamu, tidak Aku sayang banget sama Kamu” Aku sangat bahagia mendengar perkataan Riyan. “Kita kan masih sekolah, tapi Aku juga sayang sama kamu, tapi maaf aku gak bisa jadi pacar Kamu.” dengan berat hati Aku menolak Riyan. “Tapi, tapi, Aku tau, Kita pacaran setelah lulus dari sma, Kamu gak boleh nolak” “Ya, Riyan” Aku menjawab dengan pipi semerah tomat.
Rasa bahagia menyelimuti hati kita berdua ingin rasanya aku berteriak kepada tuhan untuk menghentikan waktu sekarang juga, bila tuhan mengizinkan ingin rasanya Aku hidup lebih lama lagi untuk bisa merasakan indahnya cinta bersamanya.
Hari ini Aku sangat senang karena hari ini hari ulang tahunku yang ke tujuh belas, ayahku mengadakan pesta ulang tahunku di tengah taman bunga matahari, karena Aku suka dengan bunga matahari namun sebelum Aku pergi ke pesta tersebut Aku merasa badanku sangat sakit namun Aku tidak ingin merusak pesta tersebut, dan Aku sudah menulis surat yang kutaruh di kamarku.
“Salsa bahagia? Tanya ayah kepadaku “Salsa Bahagia yah.” Aku menjawab pertanyaan ayah namun badanku mengatakan lain, hidungku berdarah lagi “Sa, kamu pusing? Kita ke rumah sakit sekarang.”
“Sa kamu kenapa?” tanya Riyan cemas. “Ayah Salsa Sayang ayah, Salsa juga sanyang Riyan, makasih yah, ayah Salsa dingin yah, ayah peluk Salsa yah.” Mungkin ini akhir bagiku. “Salsa minta maaf gak bisa nepati janji Salsa.” “Salsa bangun, Sa jangan tinggalin Ayah Sa, Sa ayah sayang salsa.” Ayah Salsa tak henti menagis “Salsa… kumohon Sa! jangan pergi!” teriak Riyan histeris.
Hari ini hari pemakaman Salsa. Setelah dua hari sejak meninggalnya Salsa, Alin mendapat kabar bahwa dia mendapatkan donor mata, Alin sangat bahagia walaupun dia tidak tau bahwa Salsa telah meningal, operasi dilakukan hari ini, Alin menunggu kedatangan Salsa.
“Mah, Salsa udah dateng, sebelum operasi Aku ingin bertemu Salsa.” Tanya Alin kepada mamahnya. “Salsa lagi sibuk Lin, nanti kalo Salsa datang, bunda kabarin, sekarang Alin siap-siap operasi ya nak” “Ya mah.”
operasi berjalan dengan lancar, Alin selalu menunggu kedatangan Salsa di rumah sakit namun Salsa tidak pernah datang dan sekarang hari dimana perban Alin dibuka namun ingin Alin lihat pertama kali adalah Salsa.
“Mah, Salsa udah datang?’ “Belum, kita buka ya Lin?” “Ya mah, Salsa, Alin kangen Salsa.” Perban dibuka secara perlahan, Alin mencoba membuka matanya dan sekarang Alin bisa melihat. “Alin bisa lihat, mah!” alin memeluk mamahnya, Riyan dan ayah Salsa menangis entah karena senang atau pun sedih.
Sudah seminggu sejak Alin bisa melihat namun Alin belum bertemu dengan Salsa, setiap Dia ingin pergi pasti dicegah oleh mamanya dengan alasan Salsa sedang pergi ke luar kota. Namun hari ini Alin memaksa ingin bertemu dengan Salsa.
“Mah, Alin pokoknya mau ketemu Salsa.” “Tapi nak..” Tante Diana menghentikan kalimatnya. “Tapi kenapa mah, pah Salsa emangnya kenapa, kenapa kalian diam?”
“Sebenrnya yang mendonorkan mata untukmu Salsa Lin.” jawab Tante Diana. “Apa, tidak mungkin, itu salah kan pah?” “Iya Lin, Salsa sudah meninggal Lin, dan matanya diberikan ke padamu dan ini surat dari Salsa. Hiks.. hiks Alin menangis sambil melihat surat yang ada di tangannya saat Alin membuka surat tersebut terdapat foto Mereka derdua, foto dimana merka ambil saat di taman, Salsa tersenyum dengan sangat manis.
Hay Alin, senang bisa mengenalmu, Aku tau disaat kamu membaca surat ini Aku sudah tidak ada lagi di sampingmu, maaf karena tidak bisa menuggumu. Kamu adalah Sahabatku, apa Kamu ingat janjiku kepadamu Aku akan menjadi matamu, apa yang aku lihat kau melihatnya dan sekarang apa yang kamu lihat Aku melihatnya, pada akhirnya Aku menepati janjiku kepadamu Aku harap kamu bisa melihat apa yang belum Aku lihat, Aku sangat menyayangimu jadi jangan pernah bersedih karena ini, semua adalah takdirku dan takdirmu, gapailah impianmu lakukan seminar senimu, Aku senang walaupun aku sudah tidak ada tapi Aku bisa melihatnya dan tetap semangat menjalani hidup barumu. Di sini Aku bisa bersama bunda Aku tau pasti bunda bangga padaku karena Aku sudah menjadi Sun flower seperti yang bunda harapkan, Karena satu bagian dalam hidupku berguna untuk orang yang Aku sayangi. Jaga dirimu baik-baik jaga ayahku ingatkan kepadanya jangan terlalu sibuk bekerja.
With love Salsa
“Sa makasih, maaf karena Aku baru tau kalo Kamu sudah meningal, mah pah antar Aku ke makam Salsa?” Alin menangis setelah membaca surat dari Salsa.
Alin dan mama papahnya pergi ke makam Salsa, sepanjang perjalanan Alin tak berhenti menagis dan memadang foto Salsa sesampai di makam Salsa, Alin memeluk erat kuburan Salsa sambil menangis dan terus memandanginya. Alin merasa memiliki sahabat dan saudara terbaik di dunia, yang sangat berarti baginya karna Dia yang memberi cahaya dan warna dalam hidupnya yang penuh dengan kegelapan.
“Terimakkasih untuk semua yang kau beri Sa, Aku sayang Salsa, Kamu adalah Sun flowerku, di manapun Kau berada kau selalu bersinar dan memberi kenyamanan untuk orang lain seperti Matahari.” Kata yang terucap untuk Salsa dari Alin, sahabatnya yang sangat berterimakasih kepadanya.
Selesai
Cerpen Karangan: Nia Priska Blog / Facebook: Nia Priska Nama: Nia priskawati Umur: 17 Tahun Saya adalah siswa Smk Negeri 1 kebumen