“Kamu pikir aku nenekmu? tiap hari ngutang di warung, nggak mau bayar..!!” bentak seorang pria berkumis tebal pada seorang pria kurus di hadapannya. Dengan wajah tertunduk lemas, pria setengah baya itu membela diri. “Maafkan saya pak kolik.. saya belum punya uang..” ucap lelaki berbaju kumal tersebut.
Sekelebat muncul lagi sebuah bayangan derita yang dialami pria bernama kasto tersebut. “sebagai lelaki, mana tanggung jawabmu kasto??” celoteh seorang wanita tua, berpakaian kebaya. “Masa, sudah tahu istri baru melahirkan. bukannya cari kerja, biar dapat uang yang banyak. buat lunasin hutang biaya lahiran, malah enak-enakan nongkrong di warung sama pemuda-pemuda pengangguran begitu?” imbuh wanita bertubuh gendut tersebut. Dengan wajah melas sembari menatap ke bawah. kasto berlalu dari sang ibu mertua.
Dimalam yang dingin. kasto berdiri diatas bangku kayu. diatas kepalanya terikat sebuah tali tambang dengan ikatan bulat dibawahnya. Tak ada yang tahu, jika di dalam rumah kosong itu. kasto, seorang pria beranak dua. telah bersiap untuk mengakhiri kisah hidupnya.
Matanya terus meneteskan airmata, wajahnya memerah. tak hanya sampai disitu. pikirannya melayang jauh, mengingat peristiwa-peristiwa pahit di hidupnya. Mulai dari pemilik warung tempat biasa ia nongkrong yang terus menagih hutang yang nunggak sampai 3 bulan, sang mertua yang terus menerus menyuruhnya agar mencari kerja, sampai hutang 10 juta yang ia ambil dari seorang rentenir saat sang istri melahirkan. Pikiran dan jiwa kasto, seakan tak kuat untuk menahan semua beban yang ada.
Apalagi anak-anaknya yang masih kecil kecil, masih butuh banyak biaya untuk melanjutkan pendidikan. Sementara itu, dirinya harus menganggur, pasca dipecat dari pabrik tempat ia bekerja sejak virus corona menyerang. Pikiran kasto melayang-layang tak tentu arah. dia merasa sudah tidak kuat menahan cobaan hidup. Maka, satu-satunya cara menurut dia. adalah mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Dentang jam sudah berbunyi satu kali, itu pertanda sudah lewat tengah malam. Dalam kekosongan pikiran dan kehampaan jiwa. Beberapa saat setelah dentang jam berbunyi…. “Glodak!!!” terdengar bangku kayu terlempar jatuh ke lantai. Dengan lidah terjulur keluar, seutas tali tambang, menjerat leher kasto. Tubuhnya pun kini melayang-layang sekitar satu meter diatas lantai. Dengan tubuh meronta, serta kaki menendang-nendang. tak berapa lama, sekujur tubuhnya lemas. Kini raga kasto, tinggal lah raga yang tak bernyawa.
Sebuah keputusan salah, diambilnya tatkala hati dan pikirannya sudah kacau dan buntu, dia memutuskan gantung diri di rumah kosong.
Keesokan paginya. alangkah terkejutnya bu aminah, seorang warga yang kebetulan masuk ke rumah kosong tersebut. untuk mencari kucing kesayangannya. Setelah ia melihat sosok tubuh kasto, sudah tak bernyawa. melayang-layang bergelantungan di atas lantai.
Setelah ia laporkan pada ketua RT, beberapa orang pun mulai berdatangan ke rumah kosong tersebut. Tak terkecuali anak dan istri kasto. terutama ira, sang istri. yang menangis sejadi-jadinya. Setelah polisi datang dan membawa mayat kasto, seluruh wargapun bubar.
Cerpen Karangan: Rizs
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 13 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com