Di suatu ketika dimana hari itu sebelum datangnya hari pembalasan aku melihat diriku masuk ke dalam dunia yang lain. Dunia itu antara dunia kita dan dunia yang setelahnya. Diriku yang kemarin suka manis tetapi di hari lainnya tetap blackcurrent hitam. Manis di sisi dunia lainnya berbeda di dunia itu. Dunia yang bukan lagi bunga-bunga. Menyakitkan, tidak bisa melihat yang biasanya terjadi di duniaku. Terlupakan dari foto keluarga, foto persahabatan dan foto kenang-kenangan perpisahan sekolah.
Rambut dan wajahku bukan lagi milikku, tetapi sudah dimiliki oleh orang lain terutama bunga yang aku punya. Bunga yang selalu ada di kehidupanku tetapi bunga itu sudah tidak dimiliki aku lagi, bunga yang seharusnya ada tetapi sudah tidak ada lagi. Sungguh menyeramkan yang bersuara di sisi diriku, selalu meminta serahkan dirimu kepada Allah SWT. Baru paham tetapi tertekan ketakukan terlupakan normanya. Salahku tidak bisa bertahan terhadap semua ini, tetap aku bukanlah yang mereka kenal. Padahal kegembiraan ini baru saja, penderitaanku yang selalu kuserahkan kepadanya jadi momok menakutkan, setiap aku berpikir, bertindak, berbicara di hati, membunyi dengan spontan di dalam hati, dan bertindak serta bersikap semua kujalani dan kuikuti tetapi semuanya tidak ada yang dapat mengasihaniku.
Setiap manusia pasti pernah berdosa, tetapi yang bersuara di sisi kehidupanku selalu dendam, meminta serahkan nyawamu badanku tersakiti. Entah kenapa tidak punya kekhususan berwacana dan lainnya seperti pada umumnya.
Aku kehilangan diriku yang kemarin. Karena menjalankan suratan takdirku untuk dipendam yang menurut kabarnya berabad-abad. Selama ini aku didendamin yang bersuara. Delusi, halusinasi, dopamine dan sedimentasi aku Lelah tetap tidak ada yang baik. Hingga kabar lainnya ditelan bumi.
Lorong yang gelap dan sakit tidak ada yang murni ini seperti diminta menebus semua dosa umat manusia terutama dosanya sendiri. Seram menakutkan, setiap hari aku berusaha berdzikir, dan ibadah lainnya. Tidak disangka, setiap tanya jawab ini sudah dipersiapkan seperti sudah pernah ada sebelumnya dari kisah kabar.
Kegelisahan, kegembiraan campur tetapi didepan aku dan dibelakang seperti tidak peduli itu yang kurasakan walaupun secara alami tidak dapat melihat. Disini aku sakit, didendamin tetapi tidak tau itu sedang berjalan. Aku ini sudah selalu tanya kepada orangtua dan mereka kelelahan mental juga. Padahal aku masih mau, hanya saja disana aku tidak punya daya semuanya bilang kita dendam sama kamu.
Cerpen Karangan: Respati Dwi Palupi Blog / Facebook: Respati Dwi Palupi titimangsa (tempat, tanggal pembuatan) : Depok, 24 April 2022 Bionarasi (Mak 100): About Me CIAO! Respati Dwi Palupi sering dipanggil Poppy atau pongah (dari yang membisikannku) perempuan asli Jakarta lahir 7 maret. Seorang wiraswastawan mahasiswa Universitas Terbuka S1 Ilmu Komunikasi. Hobby headset, menggambar, menyiram bunga, bengong dan suka membuat cerpen. Aku suka muram, pelupa dan selalu baper. Gadis yang gak disukai orang. Jika ingin bercerita pasti yang mendengarkan diriku langsung menyerah. Hidupku penuh dengan bisikan.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 5 Mei 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com