Pagi hari Dinda selalu terlihat semangat untuk berangkat sekolah, ia sekolah di SMA Negeri dan masuk dengan beasiswa yang ia peroleh. Ketika SMP ia berjuang keras untuk mendapatkan beasiswa agar masuk ke SMA tanpa biaya karena ia hidup dengan sebuah keluarga yang tidak berkecukupan, ayahnya hanya seorang tukang ojek dan ibunya hanya menjadi kuli setrika di rumah tentangga.
Di sekolah Dinda mempunyai dua orang sahabat bernama Irma dan Putri. Mereka bertiga dikenal sebagai orang yang disiplin dan berprestasi. Dan di suatu hari pada jam pelajaran Bahasa Indonesia Bu Yosi memberikan tugas kelompok kepada muridnya, setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Kelompok tersebut dipilih acak oleh Bu Yosi, biasanya Dinda selalu satu kelompok dengan Irma dan Putri, tetapi kali ini Dinda tidak sekelompok dengan sahabatnya. Melainkan Dinda satu kelompok dengan Clara, Jesicca, dan Auliya. Mereka bertiga terkenal sebagai geng yang sering bolos dan ia bertiga juga anak-anak dari orang kaya.
Keesokan harinya Dinda menghampiri Clara, Jesicca, dan Auliya. “haiii… tugas kelompok Bahasa Indonesia mau ngerjain di rumah siapa?” “di rumah lo aja” Dinda pun ragu jika mengajak Clara, Jesicca, dan Auliya kerja kelompok di rumahnya karena ia malu dengan kondisi rumahnya yang bisa dibilang buruk. Dan akhirnya Dinda menjawab. “Rumah aku jelek aku takut kalian enggak nyaman kalau ngerjainnya di rumahku” Jesicca pun menoleh dan menjawab “ya udahlah Clar di rumah lo aja kan enak tuh sekalian kita main make up di rumah lo” “nah iya betul tuh” tambah Auliya “ya udah sip” Clara pun setuju “ya udah nanti lo pulang sekolah langsung ke rumah gue aja din” Dindapun mengangguk.
Dan pada jam pelajaran berakhir Dinda di luar gerbang sedang menunggu angkutan umum kota (angkot) untuk pergi ke rumah Clara. Irma dan Putri pun lewat di depan Dinda “hai Din mau balik?” tanya Irma “enggak aku mau pergi ke rumah Clara” “ngapain?” “ngerjain tugas kelompok” “oh ya udah hati hati ya kita pulang duluan bye” Irma dan Putri pun berlalu pergi.
Dan ketika Dinda ingin menaikin angkot tiba-tiba ada sebuah mobil honda jazz yang berhenti di depannya. “eh lo dinda mau bareng gak naik mobil gue dari pada ribet naik angkot” “hmm ya udah deh” Dinda pun akhirnya berangkat bareng dengan Clara, Jesicca dan Auliya menggunakan mobil clara. Di dalam mobil Dinda hanya diam saja karena Clara, jesicca dan Auliya sedang asik tertawa-tawa membicarakan entah apa Dinda pun tak tahu.
Ketika sampai di rumah Clara yang begitu besar Dinda dan yang lainnya pun masuk. Mereka mengerjakan tugasnya di kamar Clara. Clara dan yang lainnya langsung malas-malasan di kasur sambil memainkan gadgetnya sedangkan Dinda yang tidak punya gadget pun hanya diam dan dia pun lebih baik mengerjakan tugas kelompoknya tersebut.
“Clar laptop kamu ada gak? Aku gak ada laptop soalnya” “yelah Din ngomong aja masih aku kamu kuno banget santai aja sih ngomong pake lo gue aja” Dinda pun terpengaruh “hehe iya mana laptop lo gue kerjain dulu” “tuh ambil aja di meja situ” Dinda pun mengambilnya dan mulai mengerjakannya sedangkan Clara, Jesicca dan Auliya sedang sibuk bermain make up yang Clara punya.
“eh lo sini gue dandanin Din” ucap Jesicca “ga deh gue lagi ngerjain tugas ini dulu” “yaelahhh udahh sini ntar aja tugas mah” Dinda pun hanya menurut dan didandani oleh Jesicca hingga akhirnya Dinda, Clara, Jesicca dan Auliya pun akrab.
Dan hari hari besoknya Dinda sering main dengan Clara, Jesicca dan Auliya bahkan ia pun sering ikutan bolos kelas dan sering meminta uang jajan lebih kepada orangtuanya karena Clara, Jesicca dan Auliya sering berbelanja. Bahkan Dinda pun sudah jarang bermain atau belajar bareng seperti biasa dengan sahabatnya Irma dan Putri. Irma dan Putri pun merasa sedih karena Dinda sudah mulai berubah semenjak Dinda main ke rumah Clara.
Ketika jam istirahat Irma dan Putri menghampiri Dinda “hai Din” “ehh haii” “entar pulang sekolah aku sama Putri mau belajar bareng di rumah aku mau ikut gak?” “aduh maaf ya Ir gue mau main ke rumah Jesicca katanya dia mau ngajak nonton film yang baru dia beli” Irma pun menengok ke arah Putri mengisyaratkan bahwa Dinda sudah berubah bahkan gaya bahasanya pun berubah “oh ya udah deh kalo gitu” Irma hanya tersenyum.
Dan saat ujian semester 1 pun tiba, Dinda yang sudah jarang belajarpun kesulitan saat mengiisi soal soal ujian, bahkan ia pun sering menyontek minta jawaban ke yang lain. Biasanya Dinda selalu mengerjakannya sendiri ketika ulangan. Dan saat pembagiaan rapor Ayah nya Dinda datang ke sekolah untung mengambil rapor. Dinda tidak ikut Dinda hanya di rumah menunggu ayahnya pulang dan melihat hasilnya. Ketika ayahnya sampai di rumah, Dinda langsung menghampiri ayahnya dan melihat wajah ayahnya yang murung dan terlihat kesal tetapi hanya diam “aku liat dong yah rapornya” Ayah Dinda pun memberikan rapornya kepada Dinda.
Dinda pun membukanya dan melihat banyak nilai merah di rapornya dan nilai sikapnya pun yang biasanya A kini menjadi C semua. Bahkan Dinda yang biasanya selalu menempati ranking 1 kini ia turun drastis menjadi rangking 18. Dinda pun sedih dan menyesal telah mengecewakan kedua orangtuanya. Dilihat muka Ayah dan ibunya yang kini terlihat sangat kecewa, lalu dinda pun bersujud di depan Ayah dan Ibunya “maafin Dinda Yah, Bu udah mengecewakan Ayah sama Ibu, maafin Dinda karena udah salah pilih teman” Ibu Dinda pun mengakat Dinda untuk berdiri “seharusnya kamu harus lebih hati hati memilih teman, Ibu dan Ayah tidak melarang kamu untuk berteman dengan Clara, Jesicca dan Auliya tetapi harusnya kamu tidak mengikuti sifat yang buruk buruknya” “maaf buu dinda janji akan memperbaiki semuanya” Ayah pun mengelus rambut Dinda “ayah maafin kamu tapi kamu harus janji untuk merubah semuanya dan menjadi anak yang baik baik lagi” Dinda pun mengangguk sambil tersenyum “iya Yah Bu” Dinda pun memeluk Ayah dah Ibunya.
Dan saat masuk sekolah telah tiba lagi, Dinda menghampiri irma dan putri “haii” sapa Dinda kepada Irma dan Putri “Irma, Putri maafin aku ya karena aku sadar selama ini aku salah dan sudah berubah” Putri pun hanya diam tidak menoleh karena masih kesal dengan Dinda yang lebih memilih bergaul dengan geng Clara yang berakibat buruk dengan sikap dan nilainya rapornya, sedangkan Irma menoleh dan tersenyum kepada Dinda “iya aku maafin kok din” Irma pun menoleh ke Putri yang hanya diam “Put kok diem sihh Dinda udah minta maaf masa gak dimaafin, gak boleh begitu sama teman” Putri pun akhirnya luluh dan tersenyum ke Dinda “iya aku maafin juga tapi janji ya jangan berubah lagi cuma gara gara yang lain sampai nilai rapor kamu jadi hancur gitu” “iya aku janji kok. Dan pokoknya kita bakalan sering belajar bareng lagi”.
Dan pada akhirnya merekapun bersahabat dengan baik lagi dan sering belajar bersama kembali agar membantu nilai rapor Dinda yang sempat turun drastis agar kembali seperti dahulu dan kelak tidak seperti itu lagi.
Cerpen Karangan: Andi Rizka Maulina Blog / Facebook: andi rizka maulina duduk dibangku SMA kelas 11 jurusan MIA bersekolah di SMA Yuppentek 1 Tangerang.