Gadis itu begitu tomboy, tak ingat persis apa yang membuat kami dekat bahkan akrab. Mengingat usiaku terpaut lebih tua beberapa tahun dibandingkan dengannya. Tapi itu bukan masalah besar karena sampai detik inipun kami saling mengenal baik satu sama lain.
Yang kuingat dia ini adik kelas semasa sekolah dasar yang bedanya 3 angkatan, lalu ketika aku lulus SMP dia juga masuk sekolah yang pernah kusinggahi untuk menuntut ilmu. Oh iya dia juga adiknya teman aku, tapi aku dan dia akrab bukan karenanya melainkan karena waktu.
Harusku akui biarpun usianya lebih muda dariku, tapi sikap dewasanya lebih terlihat dibandingkan dengan diriku entah karena dia ini tomboy atau memang seperti itu, akupun tak mengerti. Aku juga heran sampai geleng-geleng kepala dengan anak ini, dibalik sikapnya yang cuek sepertinya acuh tak acuh dengan sekolahnya justru bisa bertahan sebagai pringkat 1 selama kurang lebih 4 semester di kelasnya belum lagi prestasi yang ia arih di ekskul yang ia ikuti.
Jujur nyaman baget kalo cerita sama dia, dia bakal kasih tanggapan dan solusi yang tidak akan kutemui pada siapapun, dia juga pendengar setia setiap kali aku mulai bosan dan merasa terlalu lelah dengan semuanya. Bahkan dia juga beberapa kali sering membantuku dalam menyeselaikan tugas sekolah padahal dia ini anak SMP dan aku SMK hal konyol baget kalo diinget, tapi faktanya seperti itu. Apakah kau ingat saat aku mendapat tugas menciptakan sebuah lagu? Kau rela melepas waktu istirahatmu, bersama sang malam dengan kesunyian kau tidur larut malam hanya untuk tugasku, itu tidak penting untukmu bukan? Itu tugasku tapi kau rela melakukannya. Ku tau sejak itu kau berselisih dengan orang yang kau sayang, tapi aku hanya bisa terdiam, tak melakukan apapun untuk membuatnya lebih baik.
Nama panggilan aneh yang entah datang dari mana mulai hadir diantara kami. Aku si Kalong karena suka baget tidur larut malam sedangakan kau si Kebo karena mudah sekali tertidur. Karakter kami cukup berbeda, hal-hal yang membuat kami senang juga berbeda hingga kebiasaan kamipun tak sama. Namun, semua tentang keluh kesahku selalu aku ceritakan padamu berbeda dengan kau yang tertutup denganku. Bahkan kau hanya menceritakan bagian yang tak penting dalam hidupmu.
Dan kurasa kau cukup berperan dengan baik disetiap hari yang kulewati, bahkan yang kurasa aku tidak pernah melakukan apapun yang berarti dihidupmu. Kau begitu sangat peduli pada diriku entah rasa simpati atau hanya rasa prihatinmu saja. Yang ku tau saat ini kau benar-benar baik, padahal jika dilihat-lihat karektermu cukup keras, keras kepala (Egois), mudah marah (tapi tidak denganku atau mereka yang kau sayang), lalu yang paling aku suka darimu adalah peduli, itu hanya beberapa definisi yang bisa kugambarkan tentang dirimu, selebihnya hanya aku bisa rasakan karena hal itu lebih indah dari sekedar kata-kata yang bisa kutuliskan.
Hingga detik ini kami masih berhubungan baik, kuucapkan terimakasih kepadamu karena telah rela menjadi salah satu tokoh yang cukup berkesan di sekenario cerita hidupku. Sebenarnya aku juga begitu bingung akan menganggapmu sebagai apa dalam hidupku, karena jika kuanggap kau adik rasanya tidak pantas karena pemahamanmu lebih dewasa dibandingkan aku, namun jika aku menganggapmu kakak rasanya hal yang aneh, menginngat usiaku lebih tua darimu. Jadi kuputuskan untuk menganggapmu sebagai pemberian sang kuasa untuk memberi kebahagian pada diriku.
Cerpen Karangan: Lilis Ulfah Andriyani Blog / Facebook: Lilis Ulfah