“Ibu, ini hasil ujianku. Jelek ya? Maafin aku ya Bu, gak bikin bahagia hari ini” kata Rangga sedih. “Nak, kamu sudah berusaha. Jalan hidup tidak selalu lurus, ada kalanya kita berada di atas, ada juga kalanya kita di bawah. Berusahalah untuk bertahan dan terus meningkat. Ibu bahagia kok asal kamu tidak menyerah untuk berusaha” Jawab Ibu dengan bijak.
Rangga, Ia adalah seorang anak kuli bangunan dan tukang cuci baju di kampungnya. Anak yang penuh kesederhanaan ini tak pernah malu sekalipun menginjakkan kakinya di sekolah SMA yang notabene adalah sekolah favorit di kotanya. “Rangga, selamat ya nak kamu dapat peringkat kesatu lagi. Pertahankan!” ujar Bu Tri, wali kelasnya tersenyum bangga. “Yang bener bu? Alhamdulillah, pasti Bu terima kasih sudah membantu ya Bu” jawab Rangga selalu sopan.
Rangga hanya siswa yang bergantung pada beasiswa. Ia mampu ada di sekolah itu karena nilainya yang tak pernah sanggup dikalahkan oleh temannya. Baginya, keterbatasan ekonomi bukanlah alasan utama untuk tidak sekolah, dan berhenti berkarya. Ia mendapatkan beasiswa selama 3 tahun di bangku SMA karena nilainya yang selalu ada dalam 5 besar paralel. Rangga berlari ke dalam rumah, Ia terlihat sangat gembira.
“Ibu, alhamdulillah walaupun kemarin sempat jelek nilainya. Tapi, Allah masih kasih rezeki buat Rangga. Nih Bu, Rangga peringkat kesatu lagi” ujar Rangga menceritakan dan memberi lembaran hasil ujian kepada Ibunya yang tengah mencuci baju di halaman belakang rumahnya. Ibu menghentikan pekerjaannya dan mengambil lembaran itu. “Alhamdulillah nak, terima kasih ya kamu bisa berusaha untuk kelanjutan sekolahmu. Ibu minta maaf ya nak tidak bisa memberi kamu barang-barang dan pendidikan yang layak untuk kamu. Ibu yakin, kamu akan jadi orang yang sukses! Yang penting, kalau kamu sukses jangan pernah lupa kalau kamu pernah berada di bawah ya nak!” Kata Ibu sembari memeluk anaknya yang masih berseragam biru putih membawa hasil ujiannya.
Sebentar lagi adalah Ujian Nasional untuk siswa-siswi SMA. Rangga bersiap-siap untuk menghadapi Ujian Nasional yang sangat menentukan masa depannya. Keterbatasan ekonomi membuat ia kesulitan membeli buku pelajaran. Ia harus belajar di perpustakaan sekolah atau perpustakaan kota setiap harinya untuk meminjam buku. “Anak-anak, sudah tinggal 3 hari lagi kita menuju Ujian Nasional. Saat ini, kurangi bermain dan istirahatlah yang cukup. Tidak usah terlalu banyak belajar nanti kalian malah kecapean” ujar ibu Reni, kepala sekolah Rangga.
Rangga berada di dalam kebimbangan yang dia tidak tahu dengan siapa ia harus berkeluh kesah. “Ibu, saya bingung. Setelah SMA nanti saya akan jadi apa? Saya tidak punya biaya sedikitpun untuk kuliah, untuk kehidupan sehari-hari saja belum mampu tercukupi. Kalau lulusan SMA paling bisa kerja apa sih, Bu?” tanya Rangga sembari curhat dengan Bu Reni. “Loh? Rangga sayang, kamu tidak boleh nyerah. Masuk universitas yang negeri nak. Di sana banyak sekali program beasiswa. Kamu bukan orang bodoh, kamu sangat pintar. Banyak orang mencari kamu untuk sekolah di sana, bukan menjadi lulusan SMA saja. Ibu janji, Ibu akan bantu kamu mencari informasi beasiswa di universitas negeri” Kata Bu Reni sambil tersenyum memberi dukungan pada Rangga. “Terima kasih Ibu, saya tidak akan pernah lupa dengan kebaikan Bu Reni selama ini” ujar Rangga menangis mencium tangan gurunya itu.
Rangga memang anak yang disayang oleh guru dan teman-temannya. Ia tidak hanya berprestasi dalam pelajaran. Ia adalah ketua OSIS di SMA-nya. Ia juga memiliki prestasi di bidang Karya Ilmiah Remaja yang berhasil ia menangkan dan mendapat penghargaan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Keaktifannya membantu ia untuk tetap bisa bersekolah.
Ujian Nasional pun berlangsung dalam 4 hari. Rangga menyelesaikannya dengan tenang. Ia sama sekali tidak memiliki keraguan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan anak kelas IPA ini. Semua ia kerjakan dengan sempurna. Apalagi Kimia, mata pelajaran yang Rangga sangat sukai. Tidak heran lagi, pengumuman telah tiba. Ia menjadi peringkat kesatu di SMA-nya dan peringkat 3 di Kotanya. Kebanggaan yang luar biasa untuk kedua orangtua dan sekolahnya, termasuk dirinya sendiri. Semua tidak membuat Rangga menjadi sombong, ia malah menjadi semakin rendah hati.
“Rangga, ada kabar bagus buat kamu, tadi ada surat dari Universitas Gajah Mada, kamu diminta untuk melanjutkan perguruan tinggi di sana di Teknik Kimia, mendapat beasiswa total dan uang saku kalau kamu selalu mempertahankan peringkatmu. Kamu harus menerima nak, ini rezekimu jangan disia-siakan” Kata Ibu Reni bangga. “Alhamdulillah Bu, saya pasti mau! Saya janji akan selalu meningkatkan prestasi saya. Saya akan lanjut di sana Bu, universitas impian saya. Terima kasih banyak Ibu” Jawab Rangga berulang kali berterima kasih.
Sahabat-sahabat Rangga sangat senang Rangga bisa melanjutkan sekolahnya. Orangtua Rangga menangis tanpa henti melihat putra satu-satunya dapat tumbuh dewasa dengan usahanya sendiri. Rangga memang anak yang rajin, ulet, dan rendah hati. Sifat yang membawa ia kepada kesuksesan. Awal dari kehidupan yang sebenarnya, roda dalam kehidupan.
TAMAT
Cerpen Karangan: Naomy Bunga Rastafari Blog: naomy-bunga.tumblr.com Naomy Bunga Rastafari, SMA Negeri 7 Yogyakarta. Lahir di Yogyakarta, 4 september 1997. twitter: @bungarstfr Cerita di atas menceritakan sebuah pengalaman yang dialami oleh teman saya. Terima kasih telah membaca.