Seperti biasa Tika berangkat sekolah dengan jalan kaki. Ia selalu mengeluh di jalan ketika berjalan kaki. “Kenapa sih harus jalan kaki?” Tanya dia kepada dirinya sendiri. “Ihh kan cape, panas lagi.” Keluh Tika. Setiap hari tika selalu berjalan kaki. “Hai!” Sapa Nita, teman sekelasnya. Tika tidak menjawab sapaan Nita. Ia menuju bangkunya.
Krring! Krring! Kring! Bel masuk berbunyi. Bu Maya memasuki kelas 5, kelas yang diduduki oleh Tika. “Selamat pagi anak-anak!” sapa Bu Maya. “pagi bu…” jawab anak-anak. “Sekarang adalah pelajaran IPS, Bab sejarah. Ibu akan menceritakan sejarah Ibu Kartini!” Kata Bu Maya. “Kenapa harus Pelajaran IPS dan kenapa Bu Maya bercerita segala sih kan bosan.” Pikir Tika dalam hati. “dulu kalangan wanita terinjak-injak, dulu kalangan wanita terbelakang dulu kalangan wanita dilarang. Dulu Ibu Kartini berjuang untuk kaum wanita, ia mengantarkan sampai ke gerbang kemerdekaan. Kaum wanita sangat berterima kasih atas perjuangan Ibu Kartini, karenanya kaum wanita bisa bersekolah. Hanya sedikit cerita yang bisa Bu Maya ceritakan.”
“Cerita ini dapat kita petik hikmahnya, siapa yang tahu? Silahkan tunjuk jari!” Kata Bu Maya. “Saya bu” Kata Nita. “iya kamu Nita!” “Kita harus berjuang untuk pendidikan” Ucap Nita. “iya betul sekali Nita. Kita harus berjuang demi pendidikan! Sekarang kalian boleh istirahat!”
Tika sekarang tahu yang berjuang agar ia dan teman-temannya bisa besekolah adalah Ibu Kartini. Mulai sekarang Tika berjanji dia tidak akan mengeluh dalam pelajaran atau pun apapun. Karena ia ingin selalu akan seperti Ibu Kartini berjuang demi pendidikan. “Karena kalau bukan kita siapa lagi?”
Cerpen Karangan: Naura Diniya Facebook: Naura Diniya