Kamis, 12 Maret 2015. Matahari bersinar begitu cerahnya, meski awan mendung bereuni di ufuk barat. Fito, seorang mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang baru terbangun dari tidur lelapnya. Ia menempati sebuah rumah kos yang sederhana di kawasan Sumbersari, Malang. Tentu saja, adzan shubuh hanya berlalu di telinga kanan kirinya. Maklum, begadang karena mengerjakan skripsi jadi alasan. Tapi yang jelas, Allah melalui malaikat-Nya mungkin telah menggoreskan noda hitam di catatan amalnya, meskipun Fito bisa beralasan seribu kata kepada teman teman kosnya mengapa ia tak sholat shubuh. Proposal skripsi yang tak kunjung disetujui oleh dosen pembimbingnya membuatnya sedikit lelah untuk ke kampus, sudah 4 bulan ini Fito bercengkrama dengan laptop demi menuntaskan proposal skripsi. Belum beranjak dari tempat tidur untuk mandi, Hp smartphonenya sudah berdering, Sebuah telepon dari temannya, Roni.
“Halo. Assalamualaikum, ron”, ucap Fito. “Waalaikumsalam. To, kamu di mana?”, ucap Roni. “Aku masih di kost. Ada apa, ron?”, tanya Fito. “Mantan pacarmu, Ira Azkiya mau Seminar Hasil Skripsi hari ini jam 9 pagi di ruang inbis fakultas. Kamu datang tidak ke seminarnya?”, ucap Roni.
“Wah, Ira sudah seminar hasil? cepat sekali ya penelitian skripsinya, padahal ujian Praktek kerja lapangku lebih dulu darinya” ucap Fito sedikit terkejut. “Sudahlah tak apa. Rezeki tiap orang kan beda beda tho. Anggap saja kita belajar situasi seminar hasil skripsi. Lagipula, salah satu dosen pembimbing skripsimu, Bu Unni ialah pembimbing skripsinya Ira. Kesempatanmu untuk bertemu dengan Ira dan Bu Unni bukan? Reuni sama mantan pacar juga lho?”, ucap Roni sambil tertawa. “Ah, kamu ada ada saja ron. Aku dan Ira hanya teman biasa sekarang. Oke, ron, aku akan datang di seminar itu. Tapi, sejujurnya aku malu ron sama teman teman, kan teman teman banyak yang sudah selesai penelitian, sementara aku belum”, ucap Fito.
“Sudahlah, to. Tak perlu menyesali apa yang sudah sudah. Teruslah berjuang menyelesaikan skripsimu”, ucap Roni sembari menyemangati Fito. “Terima kasih atas nasehatmu ron. Sampai bertemu di kampus”, ucap Fito lalu mengakhiri pembicaraannya dengan Roni di telepon.
Satu jam lewat 30 menit adalah waktu yang menjadi saksi rangkaian aksi Fito dari mulai bersiap diri untuk berangkat ke kampus sampai ia tiba di kampus. Sesampainya di kampus, Fito langsung menuju ruang dimana Ira melaksanakan seminar. Di dalam ruang seminar, ia duduk di barisan nomor dua dari belakang. Terlihat di depan hadirin yang datang, Ira sedang menyiapkan power point presentasi bersama Anggi, moderator seminar. Sementara itu, Bu Unni dan Pak Sulyadi, kedua dosen pembimbing skripsi Ira sudah duduk di sisi kanan menghadap ke arah Ira, sambil membuka isi laporan skripsi milik Ira. Tepat pukul 09.00 WIB, Ira memulai mempresentasikan hasil penelitian skripsinya. Suasana begitu tenang. Para hadirin mayoritas merupakan teman teman angkatan 2010 dan 2011. Namun anehnya, Roni belum nampak di ruangan, padahal dia lah yang mengajak Fito untuk hadir di seminarnya Ira. Roni baru tiba di ruangan pukul 09.08 WIB, telat 8 menit dari waktu dimulainya seminar. Ketika di dalam, Roni duduk di barisan paling belakang, persis di kursi dibelakang Fito.
“Dari mana saja kamu baru datang jam segini? kamu yang ajak aku malah kamu yang telat”, gerutu Fito pada Roni. “Maaf maaf. Aku ada perlu dengan Fani sebentar. Aku hendak meminjam buku manajemen lingkungan pesisir miliknya”, jawab Roni. “Ciee, ada hubungan apa kamu sama Fani, adik tingkat 2013 itu?”, ucap Fito. “Ssst. Sudahlah diam. Kalau dosen dengar kita ribut sendiri, nanti kita diusir lho”, ucap Roni sambil mengelak.
“Cuit cuit. Roni mulai menebar sayap nih di depan Fani”, ucap Fito tertawa pelan. “Apa sih to, aku dan Fani teman biasa kok, yee”, elak Roni sekali lagi.
Sepuluh menit kemudian, Ira telah selesai mempresentasikan hasil penelitian skripsinya. Ira mampu menjawab 3 buah pertanyaan yang berasal dari pengamat utama yang berasal dari hadirin, dalam sesi tanya jawab dengan pengamat utama. Kini waktunya sesi tanya jawab dari pengamat umum.
“Bagi hadirin yang ingin bertanya sebagai pengamat umum, saya persilahkan untuk mengacungkan tangan terlebih dahulu, lalu memperkenalkan diri dan mengajukan pertanyaan kepada saudari Ira”, ucap Anggi selaku moderator seminar.
Fito mengacungkan tangannya, lalu memperkenalkan diri dan mengajukan pertanyaan kepada Ira, yang tidak lain mantan pacarnya. Ira agak sedikit canggung menatap Fito, begitupun Fito yang grogi menatap Ira.
“Tadi anda mengatakan bahwa keberadaan logam berat timbal di perairan dapat merusak insang Ikan Nila. Lalu bagaimana proses masuknya logam berat tersebut ke dalam insang sehingga merusak insang Ikan Nila?, terima kasih”, tanya Fito ke Ira.
Ira nampak kikuk menghadapi pertanyaan dari Fito. Ia terlihat bingung dengan membuka buka laporan skripsinya. Setelah tiga menit berlalu, Ira mencoba menjawab pertanyaan Fito dengan sedikit keraguan dalam dirinya.
“Saudara Fito, logam berat timbal masuk ke dalam insang ikan bersamaan dengan proses respirasi yang dilakukan ikan”, jawab Ira, sedikit terbata bata tentunya. “Iya, betul. Lantas bagaimana prosesnya, mbak?”, tanya Fito kepada Ira. “Ya itu tadi mas, melalui proses respirasi pada ikan”, jawab Ira kali ini dengan kesal. “Saya tahu, mbak. Yang saya maksudkan proses itu lho bagaimana?”, ucap Fito ngotot.
Seketika suasana ruangan menjadi gaduh. Hadirin yang kebanyakan adalah teman dekat Ira di kampus mengejek Fito dengan teriakan huuuuuu, kecuali Bu Unni, Pak Sulyadi, dan Roni. Fito yang tidak terima dengan ejekan mereka kemudian membela diri.
“Saya tegaskan ya, cara orang berpendidikan menyikapi perdebatan tidak seperti ini. Kalau kalian tidak setuju dengan pertanyaan saya, jawab dong dengan cerdas. Jangan pakai cemoohan begitu”, tegas Fito kepada semuanya.
“Para hadirin dimohon tenang, untuk saudara Fito silahkan duduk terlebih dahulu”, ucap Anggi menenangkan situasi, lalu menyerahkan kesempatan menjawab kepada Bu Unni dan Pak Sulyadi.
Bu Unni dan Pak Sulyadi secara bergantian menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Fito dengan dasar dasar ilmiah yang logis. Keduanya mengapresiasi pertanyaan yang bagus dari Fito serta mengajak para hadirin untuk lebih bijak dalam menghadapi perdebatan. Keduanya juga memberikan pernyataan penutup agar Ira lebih mematangkan persiapan menghadapi ujian skripsi. Setelah acara seminar selesai, Fito dan Roni keluar ruangan sembari bersalaman dengan Ira, meskipun wajah Ira nampak bermuram durja kala bersalaman dengan Fito.
“Fito, siang ini jam 1, tolong temui saya di ruangan ya. Ada yang hendak ibu bicarakan mengenai proposal skripsimu”, ucap Bu Unni mendatangi Fito. “Baik, bu. Saya akan menemui ibu di ruangan”, ucap Fito sembari tersenyum. “Pertanyaanmu tadi bagus. Ibu mendukung masukanmu untuk Ira”, ucap Bu Unni. “Terima kasih atas apresiasinya, bu. Mohon bimbingannya”, ucap Fito.
Bu Unni berlalu meninggalkan Fito dan Roni karena ia harus mengisi mata kuliah bioteknologi di ruang C2. Fito dan Roni berjalan menuju kantin kampus untuk memesan menu masakan favorit mereka, Soto Ayam Bu Siti. Soto Ayam Bu Siti merupakan soto ayam paling enak dan laris seantero kampus perikanan Universitas Brawijaya. Tak ada satupum mahasiswa perikanan yang luput dari mencicipi soto tersebut. Sambil menikmati soto tersebut, Fito dan Roni berbincang bincang terkait himpunan mahasiswa jurusan.
“Eh, to, ngomong ngomong, bagaimana nasib sertifikat kepengurusan himpunan mahasiswa jurusan periode kita lalu? apakah sudah dicetak?”, tanya Roni. “Iya ya, ron. Kita belum dapat kabar dari Sardi, ketua himpunan kita lalu”, jawab Fito. “Lalu, bagaimana nasib sertifikat yang dijanjikan Sardi itu?”, tanya Roni. “Entahlah, ron. Sardi sulit ditemui akhir akhir ini”, ujar Fito singkat.
“Bagaimana kalau setelah ini kita ke sekretariat himpunan?”, usul Roni pada Fito. “Wah, ide yang bagus itu, ron. Kita habiskan dulu makanan ini”, ucap Fito antusias.
Selepas makan soto, Fito dan Roni bergegas menuju sekretariat himpunan mahasiswa jurusan yang letaknya tak jauh dari kantin kampus perikanan. Mereka ingin mencari tahu keberadaan Sardi, barangkali ia sedang berada di sekretariat. Namun sesampainya di sekretariat, di dalam ruangan hanya ada Nazar, ketua himpunan periode 2015. Nazar menjelaskan kepada Fito dan Roni bahwa sertifikat kepengurusan himpunan periode 2014 sudah jadi, tetapi Sardi belum sempat membagikannya kepada para pengurus periode 2014 karena ia sedang berada di Nusa Tenggara Barat. Setelah mendengarkan penjelasan dari Nazar, Fito dan Roni keluar ruangan sekretariat dengan perasaan lega karena mendapat kepastian.
Namun, saat sedang memakai dan mengikat tali sepatu, datanglah seseorang bernama Ishak menghampiri keduanya. Ishak merupakan adik kandung Ira dan juga adik tingkat Fito dan Roni di kampus ini.
“Oh, ini kakak tingkat yang membuat mbak Ira diam di seminarnya?”, gertak Ishak. “Hmm. Kamu tho, dik. Bisa kita bicara baik baik?”, tawar Fito kepada Ishak. “Tak perlu, kak. Terima kasih sudah membuat mbak Ira diam karena pertanyaan kakak”, ucap Ishak seolah tak terima dengan pertanyaan Fito di seminar tadi.
“Maaf, dik. Aku tidak bermaksud menjatuhkan mbak Ira di seminar”, tegas Fito. “Tak usah pura pura, kak. Urus dulu skripsi kakak yang tidak selesai selesai itu sebelum memberikan pertanyaan yang bagus di seminar”, ucap Ishak nada meninggi.
Fito yang tak terima dengan pernyataan Ishak lalu mencengkram kerah kemeja Ishak dengan sekencang kencangnya, sambil mengepalkan tangan kanannya seperti hendak meninju wajah Ishak. “Kamu tahu, selama aku menjadi pacar mbak Ira, tak pernah sekalipun aku menyakitinya. Tanyakan kepada mbakmu itu siapa yang memilih untuk memutuskan hubunganku dengannya. Paham kamu? Bisa kamu lebih sopan sedikit?”, gertak Fito.
Roni dan Nazar tak tinggal diam melihat pertengkaran di antara Fito dan Ishak. Mereka berhasil melerai Fito dan Ishak sehingga tidak sampai terjadi baku hantam. Suasana yang tegang cukup menarik perhatian mahasiswa perikanan yang berada di sekitar sekretariat himpunan dan kantin, tak terkecuali Ira yang saat itu berada di lapangan voli di depan sekretariat himpunan. Ira menghampiri Ishak dan Fito. Rupanya, Fito masih kesal.
“Ira, ajari ya adikmu ini untuk berkata yang sopan kepada siapapun”, ucap Fito masih diselimuti emosi.
Roni dan Nazar mencoba menenangkan perasaan Fito dengan membawanya masuk kembali ke ruang sekretariat himpunan, sedangkan Ira mengajak Ishak untuk pergi, tanpa merespon sedikitpun ucapan Fito.
“Sudahlah, to. Jangan kamu ambil hati ucapan Ishak”, ujar Roni. “Betul apa yang dikatakan mas Roni, mas. Sabar ya mas”, ujar Nazar menambahi.
Fito mulai tenang, amarahnya mulai meredam dan tak lagi meluap luap seiring dengan berkumandangnya adzan pertanda waktu sholat zhuhur mulai tiba. Fito, Roni, dan Nazar berangkat menuju Masjid kampus untuk melaksanakan Sholat Zhuhur. Tiga puluh menit lamanya mereka bersimpuh sujud dan memanjatkan do’a kepada Allah, Sang Penguasa Alam. Setelah selesai melaksanakan Sholat Zhuhur, ketiganya berpisah dengan kesibukannya masing masing. Fito menuju ruang kerja Bu Unni di gedung pascasarjana perikanan lantai 2. Sesampai di depan ruangan Bu Unni, pintu ruangan masih terkunci rapat. Fito duduk menunggu kedatangan Bu Unni di kursi sofa yang ada di depan ruangan beliau.
Setelah 10 menit lamanya menunggu, Bu Unni datang dan mempersilahkan Fito memasuki ruangan dan duduk di kursi di depan meja kerja beliau. Beberapa menit kemudian, pembicaraan intensif diantara keduanya dimulai.
“Bagaimana kabarmu? Apakah proposal skripsimu sudah selesai?”, tanya Bu Unni. “Kabar saya baik, bu. Proposalnya sudah selesai, bu”, ucap Fito sambil menyerahkan proposal skripsi yang telah dikerjakan kepada Bu Unni. “Baik kalau begitu. Ibu cek dulu ya nak”, ucap Bu Unni.
Cerpen Karangan: Dito Aditia Facebook: Dito Adimia Penulis bernama lengkap Dito Aditia, dengan nama panggilan kak Dito. Penulis lahir di Kota Surabaya, Jawa Timur, pada tanggal 9 April 1993, merupakan putra pertama dari Boedi Santoso dan Lina Winarti. Penulis berdomisili di Jalan Mawar I nomor 84C, Kelurahan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa timur. Penulis baru saja menyelesaikan studi S1 Manajemen Sumberdaya Perairan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang. Penulis memiliki hobi menulis, mengajar, dan travelling dan saat ini aktif mengajar les privat di Bimbingan Belajar Aurelia Sains Malang, menulis artikel, cerpen, dan puisi.