Sriieerttt...!!!Sriieerttt...!!!
Terdengar suara seseorang sedang mencakar dinding rumah ku, Awalnya aku mengabaikan hal tersebut karena berpikir bahwa itu adalah suara kucing yang jail sedang mencakar dinding. Tiba-tiba saja layar handphone-ku menyala, ada sebuah pesan dari operator tertera di sana, sekilas ku lirik tanggal di handphoneku 11.11 Jum'at 11 Nov.
****
Kisah ini terjadi sembilan tahun lalu, tepatnya di bulan November tahun 2011, saat itu aku masih tinggal di salah satu kaki gunung tertinggi yang ada di pulau Jawa. Malam itu aku terbangun karena kedinginan, aku membuka mata dan melihat sekeliling mencari selimut tebal kesayangan ku, ternyata selimut itu terjatuh di lantai itulah sebabnya mengapa aku terbangun, maklumlah rumah ku ini terbuat dari papan dan anyaman bambu sehingga ketika malam tiba akan sangat terasa dingin sekali. Ku ambil selimut tersebut dan kembali tidur, tapi tiba-tiba saja terdengar suara benda jatuh tepat di depan pintu kamar ku.
"Kelentang...!!!"
Tanpa pikir panjang aku segera turun dari tempat tidur dan langsung berjalan menuju kearah pintu, namun ketika pintu terbuka, tidak ku lihat apapun di luar, mata ku bahkan melihat sekeliling ruangan rumah tetap tidak ada apa-apa di sana, semuanya sepi, sunyi, senyap.
****
"Selamat pagi, sayang" sapa Ayah ketika beliau tiba di meja makan
"Pagi..., yah" balas ku
"Sayang, apakah tidur kamu nyenyak tadi malam...??" tanya Bunda yang datang dari arah dapur sambil membawakan 3 mangkuk sereal untuk kami bertiga sarapan
"Seperti biasa, kok, bun" ucap ku singkat
"Tapi, ayah mendengar suara berisik seperti benda di lemparkan dari arah kamar kamu, nak" ucap Ayah
"Jadi Ayah juga mendengarnya, berarti itu nyata" (batinku)
"Mungkin Ayah salah dengar" ucap ku asal
Aku pun segera menghabiskan sereal ku, selesai sarapan, aku pamit untuk pergi ke sekolah yang jaraknya cukup jauh dari rumah, ku kayuh sepeda ku melewati jalan yang sedikit terjal, karena ini kan daerah perbukitan. Keseharian ku selain bersekolah membantu bunda memetik daun teh untuk di jual kepada seorang juragan kaya di tempat ku, aku melakukan hal itu setelah pulang sekolah, terkadang aku juga ikut berburu bersama ayah, dan hari ini setelah pulang sekolah aku ikut bersama ayah pergi berburu ke dalam hutan, kami berhasil menemukan seekor anak rubah. Kami tidak memakannya tetapi akan di jual oleh ayah, namun sayang sekali, kaki rubah itu terluka parah oleh salah satu anak panah milik Ayah sehingga rubah itu mati tepat pada pukul 11.11, aku tahu itu karena sempat melihat jam di layar handphone-ku, tapi mungkin itu hanya kebetulan saja dan kami hanya bisa menguburkannya. Hal yang ku anggap hanya sebuah kebetulan itu justru menjadi awal malam bersejarah untuk keluarga kami.
****
Sriieerttt...!!!Sriieerttt...!!!
Terdengar suara seseorang sedang mencakar dinding rumah ku, aku pun mengabaikan hal tersebut, karena berpikir bahwa itu adalah suara seekor kucing yang jail sedang mencakar dinding di malam hari. Tiba-tiba saja layar handphone-ku menyala, ada sebuah pesan dari operator tertera di sana, sekilas ku lirik tanggal di handphone-ku, 11.11 Jum, 11 Nov, begitulah yang ku lihat.
Keesokan harinya aku mendengar Ayah dan Bunda sedang berada di samping rumah ku membahas sesuatu, aku pun menghampiri mereka dan melihat ada banyak sekali bekas cakaran di dinding rumah ku, ku ikuti jejak cakaran itu, alangkah terkejutnya aku ternyata cakaran itu mengelilingi seluruh penjuru luar rumah ku.
****
Setiap malamnya suara itu selalu terdengar, dan selalu tepat pada pukul 11.11 malam. Aku tentu saja merasa tidak nyaman dengan kejadian itu, makanya setiap harinya aku selalu tidur di kamar orang tuanya ku bersama bunda sedangkan ayah tidur di kamar ku. Dan malam ini aku bermimpi seorang nenek tua memintaku untuk mengembalikan cucunya karena dia merasa kesepian tanpa ada orang yang menemaninya, dan jika aku tidak mengembalikan cucunya itu maka akulah yang akan di bawanya. Aku terbangun dari mimpi itu, keringat dingin membasahi sekujur tubuhku, aku beranjak turun dari tempat tidur, aku ingin pergi ke toilet untuk mengambil wudhu karena habis bermimpi buruk, selesai dari toilet di ruang tamu aku melihat Bunda berjalan ke arah pintu kamar ku.
"Bunda..." ku panggil Bunda yang sepertinya tidak mendengar meski jarak kami berdua tidak terlalu jauh
"Bunda..." ku panggil sekali lagi beliau pun menoleh dan tersenyum kecil
"Bunda mau tidur sama Ayah, ya...??" tanya ku padanya dan Bunda pun menganggukkan kepalanya
Aku pun tidak mengatakan apa-apa lagi, aku sendiri segera menuju kembali ke kamar orang tuaku, dan aku tidak pernah menyangka jika Bunda masih ada di dalam kamarnya tengah tertidur pulas, aku mengucek mata ku untuk memastikan hal itu bukanlah mimpi, aku bahkan mencubit pipi serta lengan ku, sungguh hal di luar nalar terjadi, bunda memang masih tertidur di tempat tidurnya.
Seketika aku merinding, mengingat siapa orang yang ku ajak bicara barusan di luar, pelan-pelan ku langkahkan kaki ku berjalan kearah pintu kamar yang kebetulan belum tertutup, rasa penasaran tiba-tiba saja muncul untuk melihat orang tersebut, dengan takut dan tangan yang sedikit gemetaran aku pun mulai berjalan menuju kearah kamar ku, ternyata di depan pintu kamar ku masih ada seseorang yang tadi ku ajak bicara, tapi tubuhnya membelakangi ku, aku ingin menegurnya lagi, namun belum sempat hal tersebut aku lakukan, justru orang itu malah berbalik dan sangat jelas ku lihat seorang nenek tua yang ada di dalam mimpi ku sedang ada di hadapan ku saat ini.
****
"Bangun...Maya, bangun..., sayang"
Terdengar suara seseorang memintaku untuk bangun, aku pun bangun dan melihat sekeliling, ternyata aku sedang berada di luar rumah, sedangkan di dalam rumah ku ada keramaian warga yang sedang membaca surat Yasin.
Aku kaget melihat diriku terbaring di sebuah kasur, aku juga melihat Bunda dan Ayah menangis.
"Bagun...Maya, bangun..., sayang" Bunda menggoyang-goyangkan tubuhku pelan
Aku menangis menatap mereka, aku berteriak keras tapi tidak ada yang bisa mendengar suaraku 11 hari kemudian pada tanggal 22 November tepat pukul 11.11, aku pun benar-benar bangun dari tidur panjang ku, bunda dan Ayah bergantian memeluk diriku, mereka berdua terlihat sangat bahagia terutama para warga yang ikut membacakan surat Yasin untuk ku, sebab tidak sia-sia mereka semua melakukannya. Malam harinya aku meminta kedua orang tua ku menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi pada diriku sehingga harus di bacakan surat Yasin oleh semua orang, mereka berdua mengatakan jika pada malam Jum'at Kliwon pukul 11.11 di tanggal 11 November malam itu, dimana terdengar suara seseorang yang sedang mencakar dinding rumah ku, ayah, bunda, dan aku terbangun dari tidur kami bertiga, ayah dan aku yang penasaran dengan suara tersebut lalu mengintip dari balik tirai jendela, ternyata di halaman depan rumah ku ada seorag Nenek tua berkepala rubah, tiba-tiba saja jendela tempat Ayah dan aku mengintip terbuka lebar bersamaan dengan itu sang Nenek tua berkepala rubah tersebut sudah berada di dalam, kami bertiga ketakutan, nenek tua itu mencoba menikam Ayah.
"Nyawa harus di bayar dengan nyawa" ucap Nenek tua itu
"Pergilah, kau siluman" teriak Bunda
Aku yang sejak tadi hanya terpaku menyaksikan semuanya, segera menghalangi Nenek tua itu yang hampir melukai Ayah, aku mendorong Ayah hingga akhirnya akulah yang tergigit oleh Nenek tua tersebut. Hingga aku tertidur selama 11 hari sampai bangun tepat pukul 11.11.
"Lalu yang selama ini ku alami, itu, apa" ucap ku
"Maksudnya..." ucap Ayah dan Bunda bersamaan
Aku pun menceritakan tentang semua hal yang ku alami selama 11 hari ini, mulai dari ketika mendengar suara cakaran itu, sampai dengan diriku yang tidur bersama Bunda dan Ayah yang tidur di kamar ku beserta dengan mimpi yang ku alami, aku juga menceritakan isi dari mimpi itu pada mereka, dan saat aku di panggil oleh Bunda kemarin yang di sekeliling ku ada warga desa sedang membaca surat Yasin. Mereka hanya tersenyum mendengar segala yang ku alami, mereka berdua mengatakan apa yang terjadi pada diriku adalah sebuah mimpi, sebab sebenarnya aku tengah mengalami koma dan tepat di hari ke 11 aku terbangun.
****
"Nenek sudah mengikhlaskan kepergian cucu Nenek, kembalilah ke rumah mu, kembalilah pada keluargamu, cucuku"
Ucapan itu yang ku dengar saat ketika aku keluar lagi dari kamar waktu itu untuk memastikan siapa orang yang ku ajak bicara.
Namun hal ini tidak aku ceritakan pada Ayah dan Bunda.
TAMAT