Siang hari yang terasa panas, aku duduk di teras rumahku sambil memandang pepohonan yang melambai-lambai akibat angin yang berlalu-lalang. Aku masuk ke rumah untuk mengambil potongan semangka dari kulkas untuk kumakan di teras. ketika aku ingin mengambil semangka, aku teringat bahwa HP-ku tertinggal di teras, saat aku kembali ke teras, Semuanya berubah dari banyak pepohonan berubah menjadi lahan yang luas, lahan yang amat luas dimana banyak orang berlalu-lalang. Terlihat warga laki-laki tak mengenakan baju atau telanjang dada dan bahasa yang mereka gunakan sangat tidak asing bagiku. Ah.. ternyata mereka menggunakan bahasa kutai. Meski aku tak terlalu paham, tapi aku pernah mendengar kata-kata tersebut.
Aku melihat orang berbondong-bondong berjalan ke tempatku berada. Aku terkejut karena aku merasa berbeda dari segi penampilan, tapi setelah kulihat ke belakang ada seseorang bertubuh besar menggunakan mahkota di kepalanya. “Apa dia seorang raja?” ujarku dalam hati.
Aku langsung berlutut di hadapannya tanpa berkata. Dia melihatku dan memberi isyarat untuk bangun, aku bangun dan berputar kearah belakang. Lalu aku melihat sekumpulan orang melakukan ritual adat yang aku sendiri tak mengerti apa itu. Aku ikut menonton dan melihat apa yang sedang terjadi dan dugaanku benar bahwa aku pernah melihat ini, entah dimana dan kapan tapi ini sangat asing bagiku.
Setelah beberapa menit aku akhinya mengingat apa ini ya.. benar ini adalah proses pembuatan yupa tepatnya pada kerajaan kutai. Dimana raja pada saat itu Raja Mulawarman melakukan kenduri atau selamatan yang diberi nama. Aku ingat ya benar ini semua pernah kubaca dari sebuah website pada saat aku mengerjakan tugas sejarah yang diberikan guru minggu lalu. Terdengar suara nyaring seperti membaca mantra jelas sekali di pendengaranku suara tersebut berbunyi:
śrīmatah śrī-narendrasya; kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ; putro śvavarmmo vikhyātah; vaṅśakarttā yathāṅśumān; tasya putrā mahātmānaḥ; trayas traya ivāgnayaḥ; teṣān trayāṇām pravaraḥ; tapo-bala-damānvitaḥ; śrī mūlavarmmā rājendro; yaṣṭvā bahusuvarṇnakam; tasya yajñasya yūpo ‘yam; dvijendrais samprakalpitaḥ.
Entah apa arti dari perkataan seorang brahma itu tapi aku masih mengingat bahwa itu adalah isi dari prasasti yang berbentuk yupa. Saat aku ingin mendekati yupa tersebu seketika aku merasa pusing, aku pun terjatuh dan pingsan saat beberapa saat kemudian aku terbangun di depan pintu dan hari sudah sore.
“What?, Sebenarnya apa yang terjadi sih?” Ujarku kaget karena telah melihat kejadian yang sangat bersejarah tersebut.
“Tunggu aku harus mencari makna yang tadi kudengar. GO GO GO To My Laptop.” aku langsung naik ke loteng untuk mengambil laptop dan mencari ulasan dari beberapa web untuk mengetahui arti dari kalimat yang telah terdengar tadi.
“Hmmm Banyak juga yah ulasannya.” Sambil menggerakkan Touch Pad laptopku aku mencari ulasan terpercaya agar mendapat arti yang sangat pasti. Setelah beberapa lama aku mencari akhirnya aku menemukan web yang isinya tentang sejarah dan ulasannya sangat lengkap dan aku mendapatkan arti dari paa yang tadi kudengar dan artinya adalah “Sang Maharaja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aswawarman namanya, yang seperti Angsuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mulawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mulawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana. hmm jadi itu toh artinya, benar dugaan ku ini sama persis dari apa yang tadi telah kudengar.
Hari yang sangat melelahkan aku seketika terlelap karena kecapekan dari apa yang telah kualami. Keesokan harinya saat di sekolah, guru sejarahku bertanya tentang kerajaan yang bercorak hindu-budha dan dia menyebutkan tentang yupa sebagai prasasti yang terdapat di kerajaan Kutai dan ia bertanya
“Apa ada yang bisa menjelaskan tentang prasasti Yupa?” tanyanya kepada kami murid kelas tersebut. Dengan rasa agak malu aku mengangkat tangan, hal yang wajar karena biasanya kami jarang mau mengangka tangan bila ada pertanyaan seperti ini.
“ya kamu Putra silahkan.” guru tersebut menunjukku agar dapat menjelaskan tentang yupa tersebut.
“Baik pak. Jadi yupa adalah sebuah prasasti dari kerajaan Kutai yaitu kerajaan yang bercorak hindu yang didirikan pada abad ke-4 Masehi, yupa tersebut dibuat oleh para brahmana untuk raja Mulawarman kerana telah mengadakan semacam selamatan yang bernama Kenduri. I..itu aja yang saya tau pak.” aku mengakhiri dengan duduk kembali.
“yap benar sekali apa yang dijelaskan oleh putra jadi apa yang telah dijelaskan oleh teman kalian tadi benar.”, “Baiklah pelajaran kita sampai sini dulu minggu depan kita akan membahas tentang kerajaan kalingga, kerajaan yang dimana Pemimpin Kerajaannya dalah seorang wanita atau Ratu. Baik sampai jumpa minggu depan. Bapak akhiri Selamat Siang”
“Siang pak” serentak kami menjawab perkataan terakhir dari guru tadi.
Cerpen Karangan: Mr. S Blog / Facebook: Muh.Rizki Saputra / paradoxworldweb.wordpress.com