Memiliki orangtua yang bernama Nabi Zakari AS dan Isya, Nabi Yahya AS hadir ke dunia pada 7 SM. Ia dilahirkan dari rahim seorang Isya yang sudah berusia lanjut.
Nabi Yahya AS merupakan anak yang sangat dinantikan kehadirannya oleh Nabi Zakaria AS. Sebab, ibunya Nabi Yahya AS adalah seorang perempuan mandul. Sehingga, mereka berdua terus berdoa penuh harap kepada Allah SWT untuk segera diberikan momongan.
Allah SWT berfirman dalam QS. Maryam ayat 7 yang artinya:
"Wahai Zakaria! Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya."
Sejak kecil, Nabi Yahya AS diajari untuk memahami dan menghafal ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Kitab Taurat dan Zabur.
Allah SWT berfirman dalam QS. Maryam ayat 12-13 yang artinya:
"Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak, dan (Kami jadikan) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dan dia pun seorang yang bertakwa."
ADVERTISEMENT
Selain itu, Ia juga tumbuh menjadi anak yang cerdas, berperilaku baik, dan pandai menahan hawa nafsu. Ini pula dijelaskan dalam Alquran surat Ali Imran ayat 39 yang artinya:
"Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan sebuah kalimat (firman) dari Allah, panutan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi di antara orang-orang saleh."
Hidupnya begitu sangat berbakti kepada kedua orangtua, tidak keras kepala, apalagi takabur. Sampai pada akhirnya, Allah SWT mengangkat Yahya sebagai nabi. Dia pun turut serta untuk membantu ayahnya berdakwah, terutama kepada para pemimpin Bani Israil yang melanggar hukum Taurat.
Pada saat itu, hukum agama begitu sangat tegas. Sehingga siapa pun yang berdosa agar segera bertaubat. Nabi Yahya AS juga dijuluki sebagai Al-Ma'madam atau pembaptis.
Kehidupan Nabi Yahya berada di bawah kekuasaan kekaisaran Romawi dan Herodus sebagai penguasanya.
Suatu hari, terjadilah pelanggran hukum agama yang sangat dilarang oleh Nabi Yahya AS dan ayahnya. Yaitu, Herodus yang berencana untuk menikahi anak tirinya yang bernama Herodia. Mengetahui hal ini, Nabi Yahya AS sangat menentang keputusan Herodus. Maka, berdasarkan hukum Taurat dilarang untuk menikahi anak tirinya sendiri.
Seperti sama-sama tidak menerima fatwa tersebut. Herodia yang tidak menginginkan pernikahannya gagal merasa geram dan menyuruh Herodus untuk membunuh Nabi Yahya AS. Ditangkap dan dipenjaralah Nabi Yahya AS, lalu dibunuh lah ia sesuai dengan permintaan kekasihnya, Herodia.
Allah SWT berfirman dalam QS. Maryam ayat 15 yang artinya:
"Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali."
Bagaimana dengan Raja Herodus? Ia pun diberi azab pedih oleh Allah SWT sesuai firmannya dalam QS. Ali Imran ayat 21 yang artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar) dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, sampaikanlah kepada mereka kabar gembira yaitu azab yang pedih."
Begitulah kisah wafatnya Nabi Yahya AS yang berani menentang perbuatan keji tanpa takut dirinya akan dibunuh.