Inilah saat yang kami tunggu! Kami akan membuktikan bahwa matahari punya energi dahsyat. Sejak belajar tentang matahari, kami memang penasaran. Sebab, Pak Akma selalu membuat kami tercengang ketika menyimak penjelasan tentang matahari. Kelas kami dibagi dalam 5 kelompok. Tiap kelompok terdiri atas 4 siswa. Hari ini, kami ke luar ruang kelas. Dengan riang ria, kami berhamburan menuju lapangan yang berada dekat kelas. Jam menunjukkan pukul 09. 15. Matahari melesat sepenggal dari orbitnya. Suasana terasa cukup panas. Sesekali kami harus mengelap keringat, karena matahari memang mulai menyengat kulit. Kami disebar agar tidak berhimpitan. Masing-maing kelompok sudah mempersiapkan bahan dan alat yang diperlukan. Bahan yang diperlukan hanya selembar kertas buku dan sesobek kapas. Sedangkan alat yang dipakai adalah kaca pembesar. Pak Akma menyebutnya suryakanta. Kini, kami mulai beraksi. ”Ayo anak-anak kita mulai! Semua kaca pembesar diarahkan ke kertas!” Demikian aba-aba Pak Akma. Teman-teman tampak mulai gaduh. Mereka berebut memegang kaca pembesar. Maklum, karena tidak setiap anak memegang kaca pembesar. Tiap kelompok, hanya kebagian satu kaca pembesar. Pantas mereka berebut. Keringat yang berleleran tak mereka hiraukan. ”Aku dulu!” ”Sini, coba aku yang pegang!” ”Kamu yang pegangi kertasnya!” ”Udah, udah … gantian dong biar adil!” Pak Akma dengan sabar membimbing kami. Melihat anak-anak gaduh, ia memberikan tekniknya. ”Coba Arfa, kamu pegang kaca pembesar ini! Sementara teman-teman yang lain mengamati apa yang terjadi. Paham ya?” ”Oke, oke. Tapi … pegel nih Pak meganginnya.” ujar Araz. ”Ya … terus yang fokus ya! Arahkan hingga ke titik kapas” Pak Akma terus berkeliling ke tiap kelompok. “Pak tambah panas nih?” gerutu Dani dari kelompok satu. “Pak kok lama?” tambah Dede dari kelompok lain. Tiba-tiba kelompok tiga yang tampak serius sejak awal, bersorak kegirangan. ”Hore! Hore! Kapasnya terbakar .. awas api! Awas api!”teriak mereka. Pak Akma segera mencatat temuan kelompok tiga dan melirik ke jam tangannya. “Bagus! Bagus! Bagaimana dengan kelompok yang lain?” “Hore! Kami juga bisa!” teriak kelompok lima, tak kalah girangnya. Tak lama berselang, kelompok dua, tiga, dan empat juga merasa berhasil dengan percobaan membakar kapas dengan tenaga matahari. Wuih, alangkah gembiranya mereka. Panas yang semakin menyengat tak mereka pedulikan Keringat yang bercucuran tak mereka acuhkan. Alangkah senangnya … “Anak-anak … kalian telah berhasil melakukan percobaan dengan baik. Sekarang kita kembali ke kelas. Ayo, yuk!” ajak Pak Akma. Di kelas, kami menyajikan temuan percobaan tersebut. Tiap kelompok menyajikan dengan cara masing-masing. Misalnya, kelompok satu menjelaskan alangkah kagetnya ketika tiba-tiba kapasnya terbakar. Sehingga anggota kelompok sempat melompat karena kagetnya. Ada pula kelompok tiga yang menjelaskan dari awal hingga akhir. ”Mula-mula kertas dan sesobek kapas kami siapkan. Kemudian kaca pembesar kami arahkan ke kapas. Kami benar-benar mencoba memfokuskan titik kaca pembesar ke arah titik tengah kapas. Alangkah hebatnya, ketika sekitar 5 menit, kapas tiba-tiba mengeluarkan asap. Tak lama kemudian, kapas dan kertas yang dijadikan landasannya pun ikut terbakar. Demikian yang dapat kami sampaikan. Terima kasih.” Kalian tahu, kalau kelas kami memang paling heboh jika sedang belajar. Apalagi diskusi ini dilakukan berdasarkan pengamatan yang sama-sama kami lakukan. Ya, pastinya tambah seru! Semua anggota kelompok bahkan terkadang suka lupa menentang kelompok sendiri. Bukan membelanya pada saat diserang oleh kelompok lain. Ini dilakukan, karena tiap kelompok merasa mengalami dan mengamati dengan caranya sendiri. Pak Akma tidak menghentikan atau melerai perdebatan di antara kami. Ia tampak senyum-senyum. ”Luar biasa diskusi kalian. Tiap kelompok saling menjelaskan dengan caranya. Temuan pengamatan tiap kelompok pun sangat beragam. Nah, anak-anakku .. inilah yang selalu bapak harapkan. Tiap diskusi akan berlangsung meriah seperti kebiasaan kalian. Apa yang kalian dapatkan dari diskusi kali ini?” ”Saya, Pak!” potong Dini. ”Ya, silakan!” ujar Pak Akma. ”Matahari ternyata memiliki energi” ”Bagus! Ada lagi?” ”Matahari bisa membakar kapas” jawab Dias. ”Masih ada lagi?” ”Matahari mengandung panas” jawab Asdin. ”Hah? Matahari megandung? Emangnya …..” kata Sipok. Anak-anak pun langsung terpingkal-pingkal melihat ulah Sipok, siswa kelas III yang terkenal karena suka membanyol. Karena ketika menyanggah pendapat Asdin, Sipok sambil memeragakan orang yang sedang hamil. ”Baiklah anak-anak, pendapat-pendapat kalian memang benar. Matahari yang sering disebut juga sang surya memang memiliki energi. Tadi ada yang mengatakan matahari memiliki energi panas Itu pun benar. Coba kalian perhatikan, tiap pagi pakaian yang dicuci dapat dikeringkan hanya dengan menjemurnya di bawah terik matahari. Para petani mengeringkan padinya juga dengan cara menjemur gabah dengan bantuan matahari.” ”Terus Pak?” tanya Sipok. ”Terus apanya, Pok? Jangan tanya aneh-aneh deh!” sergah Arfa. Sipok tak menghiraukan ledekan Arfa. ”Ya, bapak juga ingin memberikan penjelasan tambahan kepada kalian tentang pemanfaatan matahari. Sebagaimana waktu kalian pernah berkunjung ke Museum Energi di mana itu, anak-anak?” ”Taman Mini, Pak!” jawab anak-anak hampir serempak. ”Ya, bagus! Kalian masih ingat … nah di sana kalian maelihat ada kompor matahari yang dirakit oleh Pak Minto. Masih ingatkah kalian, ketika Arfa minta kepada petugas di sana utuk masak air dan menggoreng telor mata sapi? Hanya dalam waktu 2 menit, air mendidih. Kemudian dalam waktu dua menit pula telor mata sapi itu pun, matang.” ”Terus ada lagi kehebatan matahari, Pak?” tanya Dias. ”Ya, matahari dapat dijadikan sebagai sumber energi listrik. Matahari dapat dimanfaatkan sebagai PLTS. Selain PLTU, PLTA, dan PLTB” ”Stop,Pak! Apa itu PLTS., PLTU, PLTA, dan PLTB?” ”Ada yang tahu?” Anak-anak mencoba menebak. Ah, tapi mereka tampak ragu. Pak Akma kembali melanjutkan penjelasannya. ”PLTS itu kepanjangan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Sedangkan PLTU adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap. PLTA adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air. PLTB adalah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau angin.” Wah, wah! Kalau sudah begini Pak Akma pasti memberikan tugas atau pekerjaan rumah untuk mencari pengetahuan lebih lanjut tentang PLTS, PLTU, PLTA, dan PLTB. Hm, tidak apa … Pak Akma memang paling bisa membuat kami selalu haus akan materi pelajaran yang baru diberikan. Tak masalah! ***
Jatiraden, 10122010
Cerpen Karangan: Slamet Samsoerizal Facebook: slamet samsoerizal