Kehidupan di laut tidak kalah menariknya dengan kehidupan di daratan. Bahkan penghuni kawasan laut jauh lebih unik lagi dan lebih beragam. Ada juga yang aneh ataupun langka. Salah satu penghuni laut yang unik, aneh, dan langka itu adalah Opis, si kelinci laut. Ia memiliki warna-warna yang cerah.
Pagi hari ini, Opis seperti biasa bangun tidur dengan penuh riang-gembira. Ia sangat bersemangat. “Opis, cepat turun, waktunya sarapan, Nak!” Panggil ibunya yang sedang berada di dapur. Opis segera turun dari kamarnya dan menghampiri asal suara yang tadi berteriak memangil namanya. Sebelum Opis sampai di dapur, aroma rumpul laut dan bunga karang (makanan kesukaannya) sudah tercium olehnya. Opis sudah tidak kuat menahan godaan dari harumnya makanan kesukaannya itu. Ia pun menambah kecepatan berenangnya agar bisa sampai di dapur dengan segera.
“Pagi, Bu, mana rumput laut dan bunga karangnya!, aku sudah lapar nih!” Tanya Opis sambil terengah-engah. Dadanya naik-turun karena kecapaian. Tapi sebuah senyuman manis masih menghiasi wajahnya walaupun ia tampak terlihat sekali kelelahan. “Kok kamu tahu kalau ibu menyediakan rumput laut dan bunga karang buat sarapan?” “Kan kedua makanan itu kesukaan aku, Bu, jadi aku hapal banget sama baunya.” Kata Opis menyeringai. Opis makan dengan lahap sekali. Lima belas menit kemudian, ia pun telah menghabiskan makanan di piringnya. Dan setelah itu, ia pun segera beranjak dari meja makan dan pergi ke sekolah. Sebelum berangkat sekolah, ibunya membekali Opis koral—makanan kesukaan Opis yang lain agar uang sakunya tidak ia habiskan buat jajan, sehingga bisa ditabungkan di celengan berbentuk kura-kura miliknya.
SD Deep Blue Sea. Itulah nama sekolah tempat Opis menimba ilmu. Ia sebenarnya murid pindahan atau bisa di bilang murid baru di sekolah itu dan belum tahu benar keadaan di sekolah barunya. “Si perampok makanan datang. Selamatkan makanan kalian!” Teriak suara di belakang Opis. Saat teriakkan itu menggema, Opis sedang asyik berbincang-bincang dengan teman sekelasnya, Hibo, si lumba-lumba, dekat pintu kelasnya. “Belum insaf juga dia rupanya.” Kata Hibo tiba-tiba. “Dia siapa?” Tanya Opis penasaran. “Itu… si Charly,” Hibo menjelaskan. “Dia itu jahat banget. Dia suka mengambil dengan paksa makanan yang di bawa oleh anak-anak sekolah ini. Mangkannya dia dijuluki ‘si perampok makanan’!”
Opis mengamati Charly yang sedang merebut makanan dari anak-anak lain dan ia bertanya kembali pada Hibo. “Kenapa mereka tidak melawan waktu makanannya di ambil dengan paksa?” “Lihat saja badan si perampok makanan itu, dia tujuh kali lebih besar dari kita. Itulah alasannya kenapa anak-anak di sekolah ini tidak ada yang berani sama dia.” Opis terus saja mengamati Charly. Tanpa di duga mata mereka saling bertemu. Dengan seringai yang licik, Charly menghampiri Opis dan Hibo. “Hei, ada apa lihat-lihat?” Tanya Charly. “Kamu bisa berhenti tidak merampas makanan yang bukan milikmu,” Tegur Opis. “Bukankah itu tindakan yang tidak terpuji!?” Hibo menyenggol Opis dengan sirip kanannya, menandakan ia tidak setuju dengan apa yang telah diperbuat oleh temannya itu. “Kawan, dia itu si perampok makanan. Lihat saja postur badannya besar sekali. Kita bisa dihabisi sama dia dengan sekali pukul.” Bisik Hibo gemetar. “Ha… ha… ha… kelinci laut ini rupanya punya nyali juga,” Charly mulai murka. “Kau tahu aku ini siapa, hah? Aku ini dari jenis ikan hiu putih besar, si perampok makanan, dan namaku Charly. Akulah yang paling ditakuti oleh semua anak-anak di sekolah ini, paham?” “Tapi aku tidak takut padamu, Charly!” “Cih… Lihatlah dengan kedua matamu itu! Aku lebih besar darimu. Kamu punya modal apa untuk mengalahkan aku?” “Aku punya otak dan akal untuk bisa mengalahkanmu!” “Kurang ajar!”
Charly semakin berang. Saat ia akan menyerang Opis dengan giginya yang kuat, melancip, dan tajam, Opis mengeluarkan cairan hitam—itu bakat alamiahnya untuk melindungi diri. Tidak hanya gurita, kelinci laut pun bisa mengeluarkan cairan hitam yang mirip tinta. Mata Charly tidak bisa menemukan di mana Opis berada. Ia mengayun-ayunkan siripnya agar cairan hitam itu tidak menghalangi niatnya untuk menghajar Opis. Charly berontak. “Sial… apa yang kau lakukan padaku, kelinci laut?!”
Lama-kelamaan cairan hitam itu mulai memudar. Dan pandangan Charly pun berangsur-angsur normal kembali. Saat cairan hitam itu sudah benar-benar menghilang, Charly terkejut dengan apa yang tampak didepannya. Pak Rinko, kepala sekolah SD Deep Blue Sea, berada persis di hadapan Charly. Di samping kiri dan kanannya, ada Opis dan Hibo. Rupanya setelah Opis mengeluarkan cairan yang mirip tinta itu, ia dan Hibo bergegas ke ruangan kepala sekolah dan mereka menceritakan segalanya tentang sikap dan perbuatan kurang terpuji Charly.
“Charly, kamu tidak boleh menyakiti siapa pun, termasuk teman-temanmu, “Pak Rinko menasihati. “Seharusnya sesama teman itu harus saling berbagi, menghormati dan saling menyayangi.” “Maaf, Pak, saya menyesal!” Kata Charly menyesali perbuatannya. “Jangan kamu ulangi lagi perbuatan yang tidak terpuji seperti itu, ya!” Pak Rinko menambahkan. “Iya, Pak, saya tidak akan mengulanginya lagi, saya berjanji!” Melihat Charly sudah menyesali perbuatannya, Pak Rinko pun berhenti menasihatinya dan pergi meninggalkan Charly, Opis, juga Hibo. Seperti terkena mantra sihir, Charly pun hanya bisa menunduk terdiam. Ternyata nasihat dari Pak Rinko mengena ke hatinya. Yang tak di sangka-sangka lagi, Charly menangis tersedu-sedu. Mungkin ia sudah benar-benar menyesali perbuatannya.
Dari pertama kali melihat Pak Rinko (seekor paus biru yang menjadi kepala sekolah di SD Deep Blue Sea), Opis sudah mengaguminya. Pak Rinko sangat berwibawa di mata Opis. Suatu saat nanti, Opis ingin menjadi seperti Pak Rinko, mampu membela yang benar dan menindak yang salah. Opis juga berharap semoga Charly benar-benar jera.
Cerpen Karangan: Gusty Adya Herdy Blog: http://indonesiasharklovers.blogspot.com