Pada suatu hari di sebuah pohon rindang yang besar, hiduplah seekor burung walet bernama Welly dengan adiknya yang masih sangat kecil, yaitu Rorouw. Sarang mereka berada di sebuah pohon besar yang letaknya tak jauh dari pesisir pantai. Welly memiliki seorang sahabat bernama Titiraram, yaitu seekor tiram mutiara. Setiap hari biasanya mereka selalu bertemu di tengah laut. Namun karena sekarang Welly harus mengurus adiknya, maka dia tidak bisa pergi jauh untuk mencari makan.
Hari ini cuaca sangat panas. Angin yang biasanya sepoi-sepoi kini terasa seperti ingin menguasai dunia, tak ada binatang atau serangga yang berani ke luar sarang mereka. Sehingga Welly kesulitan untuk mencari makan.
“Di mana aku bisa mencari mangsa? Aku bahkan tidak melihat satu pun serangga di sekitar sini! Jika aku tidak bisa mencari makanan di sekitar sini, nanti adikku bisa mati! Jadi, sekarang aku harus apa?” Gumam Welly. Dari jauh, nampak beberapa ikan laut melompat-lompat di udara. Mereka seakan terbang bebas tanpa ada yang menghalangi. Semua itu dimanfaatkan Welly untuk mencari makanan meski angin di laut sangatlah kencang. “Aku harus dapat mengambil salah satu ikan! Aku harus cepat!” Kata Welly yang kemudian pergi ke tengah laut.
Nampaknya untuk mencari ikan, tidaklah semudah yang dibayangkan Welly. Tubuhnya terombang-ambing, sehingga sulit menjangkau ikan-ikan itu. Jangankan menjangkau, menyeimbangkan tubuhnya saja sangat sulit. Meskipun begitu, Welly terus berusaha.
Setelah cukup lama mencoba mengambil ikan, kini usahanya berhasil. Hatinya sangat senang, sehingga ia berusaha sekuat tenaganya untuk kembali ke sarangnya dengan cepat. Welly terus mengepakkan sayapnya. Hingga akhirnya, ia sampai di sarangnya. Welly sangat terkejut melihat sesuatu. Betapa terkejutnya Welly hingga ikan yang apa pada paruhnya tanpa sengaja ia jatuhkan.
“Apa ini? Di mana adikku, di mana dia?” Teriak Welly ketika mendapati yang berada di sarangnya hanyalah kulit telur bekas adiknya dulu. “Aku harus mencarinya, takkan kubiarkan sesuatu terjadi padanya! Jikalau aku tidak menemukannya, maka aku pun tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri!” Welly kemudian segera bergegas mencari adiknya.
Teriknya matahari dan ganasnya angin saat itu, tidak memutus semangatnya. Welly pergi ke sana-ke mari tanpa arah tanpa tujuan. Namun tak kunjung menemukan adiknya itu. “Di mana adikku, di mana dia? Tidak ada yang bisa aku tanyai, semuanya takut untuk ke luar sarang! Tapi, jika adikku tidak ada di dekat sarangku, apakah itu berarti kalau dia dimangsa binatang lain? Apa? Tidak akan kubiarkan itu!” Pikir Welly dalam hatinya. Sungguh malang nasibnya. Baru seminggu yang lalu telur itu menetas. Dan kini, seakan telah hilang ditelan bumi. Rasa putus asa mulai menyelimuti hatinya. Rasa takut pun bercampur dengan rasa bersalah di hatinya. Namun, semua telah terjadi.
“Ini semua salahku! Tak seharusnya aku meninggalkan gua dan tinggal di pohon itu! Apa yang telah kulakukan?” betapa hancur hatinya kala itu. Namun kehancuran hatinya kala itu, ia jadikan bahan bakar untuk terus mengobarkan api semangat mencari adik satu-satunya itu.
Setelah lama Welly mencari, kini lajunya tiba-tiba berhenti ketika melihat sekelompok gagak putih ganas ada di depan matanya. Welly begitu terkejut dan begitu takutnya hingga memutuskan untuk kembali ke sarangnya. Welly pun membalikkan badannya. Kini, ia lebih terkejut lagi ketika melihat seekor gagak putih besar di depannya. Welly hampir terjatuh, namun saat melihat beberapa gagak putih siap menunggunya di bawah, ia mencoba menyeimbangkan tubuhnya.
“Mau ke mana walet?” Tanya gagak putih itu. “Aku…, aku mau…, mau mencari adikku!” Jawab Welly. “Memangnya, kemana adikmu itu pergi?” “Jika aku tahu maka aku tidak akan mencarinya!” “Oh, ternyata kau pemberani ya?” “Apa yang kau inginkan?” Welly mencoba memberanikan diri. “Ehm…, tidak ada. Oh iya, perkenalkan aku Jello. Calon pimpinan gagak-gagak putih ini. Jadi, jangan macam-macam denganku!” “Memangnya aku bisa apa?” “Benar, kau tidak bisa melakukan apa-apa ya?! Jadi, kami bisa membantumu” “Membantu?” Wajah Welly mulai berbinar tanpa ada rasa takut. “Tentu saja, bagaimana?” “Apa kau tidak akan berbuat macam-macam?” “Untuk apa?” Jawab Jello tegas. “Baiklah, jadi bisakah kalian membantuku?” “Ehm…, jika aku berhasil menemukan adikmu, maka itu artinya sebuah hutang budimu padaku! Dan suatu saat, aku akan meminta kau untuk membayar hutangmu itu padaku! Bagaimana?” “Baiklah.” Tanpa berpikir panjang, Welly menerima penawaran Jello. Semua tak terpikirkan oleh Welly. Ia hanya ingin adiknya kembali. Dan pada saat itu juga para gagak putih mulai mencari adik Welly.
Embun pagi terus berganti. Angin-angin yang dulu berhembus kini tak muncul lagi. Awan-awan yang beterbangan mulai menghilang entah ke mana. Bintang-bintang yang bertaburan seakan tak memancarkan sinarnya lagi. Hari terus berlalu, namun adik Welly belum juga ditemukan. Welly semakin sedih. Mengapa adiknya belum juga ditemukan? Kini, tubuhnya tak kuat lagi untuk bangkit, terbang, dan mencari adiknya. Sehingga Welly harus menunggu kabar dari Jello di sarangnya.
“Adikku…” Teriak Welly saat melihat Jello membawa adiknya. “Bagaimana kau bisa menemukan dia?” Sambung Welly. “Aku menemukannya di lubang tanah di dekat muara sungai” “Bagaimana bisa dia ada di sana?” “Tanya saja pada adikmu!” Jello langsung pergi. Welly tidak memperdulikan sikap Jello. Ia terus memandangi adiknya itu. Memberinya makan dan membuatnya tertidur. Mereka terus menghabiskan waktu mereka bersama.
Hari-hari yang mereka lalui sangatlah menyenangkan. Tak ada yang lebih menyenangkan bagi Welly kecuali adiknya itu. Semua terasa lengkap baginya. Akhirnya kesehatan adiknya yang dulu melemah, kini telah membaik. Begitu pun dengan Welly. Angin yang biasa menyapa, embun pagi yang selalu menetes, sinar bintang yang terus bersinar, dan harumnya bunga-bunga yang bermekaran kini telah berarti bagi Welly. Tak ada yang diinginkannya lagi.
Sinar matahari pagi mulai menyentuh bulu-bulu halus Welly. Matanya yang saat itu terpejam, kini telah terbuka berhiaskan bintang. Kabut yang masih tebal menyelimuti membuat Welly semakin tidak tega untuk membangunkan adiknya. Samar-samar, tampak tampak ada sesuatu yang terbang mendekati sarang Welly. Semakin dekat, semakin terlihat besar. Entah apa itu? Karena warna dan bentuknya tersamarkan kabut.
“Hai…” Sapaan itu sangat mengejutkan Welly. “Kau? Ada apa?” Tanya Welly kepada Jello yang mendekatinya itu. “Aku ingin kau membayar hutangmu!” “Hutang? Hutang apa?” Welly baru sadar kalau para gagak putih itu akan meminta semua binatang untuk melakukan yang mereka inginkan jika para binatang melakukan sesuatu kepada para gagak putih itu seperti yang dilakukan Welly kepada Jello. “Jangan pura-pura! Baru beberapa hari yang lalu, apakah ingatanmu sangat lemah sehingga kau melupakan jasaku?” “Apa yang kau lakukan?” “Sudahlah! Aku tahu kalau ini adalah sandiwaramu saja.” “Apa yang kau inginkan?” “Serahkan sarangmu dan mutiara milik sahabatmu itu!” Kata Jello tegas. “Bagaimana bisa? Membuat sarang tidaklah semudah yang kau kira! Dan, Titiraram adalah sahabatku!” “Siapa bilang kalau dia adalah musuhmu?” “Dasar kau ini, aku tidak bisa mengkhianatinya!” “Mengapa tidak bisa? Kau lakukan itu semua untuk orang yang kau sayangi kan? Begitu pun denganku! Jika aku kehilangan orang yang aku sayangi, maka kau juga akan merasakan itu semua!” “Kau tidak bisa melakukan itu semua!” “Mudah saja, aku bisa memangsa adikmu sekarang!” “Kau benar-benar licik!” “Bukankan dari tadi kau yang licik? Kau berusaha berbohong tapi tidak bisa! Lalu aku, licik apanya? Bukankah kau yang menyetujuinya? Berarti kau yang memutuskan kan? Pikirkan baik-baik! Balas budi dibalas balas budi! Besok, aku akan kembali untuk mengambil sarangmu dan mutiaranya!” Jello langsung terbang menjauh ditemani sinar matahari yang mengalahkan tebalnya sang kabut. Welly mulai merenung. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Entah apa jadinya nanti? Siapa yang akan dipilih? Setiap keputusannya akan mengubah dunia ini.
“Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Jello pada adikku nanti? Aku masih bisa membuat sarangnya lagi. Tapi, mutiaranya…?” Pikir Welly. “Aku tidak peduli. Aku akan berpura-pura meminjam mutiara Titiraram dan akan ku erikan pada Jello. Semoga hubunganku dengan Titiraram tetap baik-baik saja!”
Cerpen Karangan: Dikta Sumar Hidayah SMPN 1 PURI