Tanpa mencarikan adiknya makan terlebih dahulu, Welly langsung pergi untuk bertemu Titiraram. Ternyata Titiraram berada di sebuah terumbu karang besar berwarna kuning. “Rupanya, kau telah mengingatku…?” Kata Titiraram. “Maaf, kau tahu sendiri kan kalau aku harus menjaga adikku?” Jawab Welly. “Baiklah, kau mau bertemu denganku atau mau mencari makanan?” “Ehm…, sebenarnya adikku sedang sakit. Jadi, aku membutuhkan mutiaramu untuk menyembuhkannya. Jadi, bolehkah aku meminjam mutiaramu untuk beberapa hari saja?” Pinta Welly dengan wajah memelas. “Tentu saja. Ini adalah mutiara terbaikku. Jika kekuatan mutiara ini hilang, maka aku akan kehilangan kekuatanku untuk mengontrol keseimbangan laut dan kerajaan tiram mutiaraku. Jadi, jaga baik-baik ya!” “Aku akan berusaha” Welly langsung pergi dengan membawa mutiara pink milik Titiraram di paruhnya. Perasaan senag dan sedih terselubung dalam hatinya. Kedua perasaan itu rupanya telah membuatnya lupa akan sahabatnya sebagai Ratu Tiram.
Esoknya, Welly memberikan mutiara dan sarangnya pada Jello. Jello mulai tertawa licik. Mulai menari-nari di udara. Seakan tak peduli apa yang akan dialami Welly nantinya. Tiba-tiba hujan turun, sangat deras mengalir. Petir mulai menyambar di mana-mana. Awan yang tadinya putih bersih, sekarang sangat gelap menghitam. Pohon-pohon yang awalnya menari-nari, seakan tergoncang dan ingin pergi berlari. Ini sangatlah menyakitkan bagi Welly. Tidak mempunyai sarang dan tempat berteduh. Welly dan adiknya hanya bisa bertengger di sebuah ranting pohon yang daunnya sangat lebat.
Tetes demi tetes air hujan turun. Tetes demi tetes pula air mata Welly mengalir. Ia sangat kasihan melihat adiknya. Belum bisa apa-apa, namun sudah merasakan itu semua. Seekor burung walet kecil yang tidak pernah mengeluh selama hidupnya yang masih seumur jagung itu.
Tak lama kemudian, hujan mereda. Dengan sedikit rintik-rintik dari langit. Namun, awan putih mulai muncul dari persembunyiannya. Sebuah hal yang tak pernah diduga sebelumnya. Yang membuat perubahan lukisan wajah Welly dan adiknya. Sebuah pelangi yang menghiasi langit. Pelangi warna-warni yang menulis suatu kebahagiaan bagi siapa pun yang melihatnya. Pelangi di antara beberapa awan, yang membuat perubahan dan kenyamanan untuk yang ada di langit dan yang ada di bumi.
“Apakah kau bisa melihat itu?” Tanya Welly pada adiknya, Rorouw. “Ya, sangat indah! Aku sangat menyukainya” Kata-kata yang diucapkan Rorouw membuat hati Welly semakin senang. Ia tak perlu mengira bahwa adiknya telah sedih dengan semua hal yang telah dialaminya. Meskipun hanya sebentar, namun rasa ketidak khawatiran itu sangat membantu Welly untuk lebih fokus membuat sarang untuk mereka nanti.
Meskipun rerumputan masih penuh dengan air dan Welly masih belum makan apa-apa, ia berusaha untuk mengambil beberapa rumput kering dan beberapa batang ranting pohon yang tergeletak di tanah. Dengan kemampuannya sendiri, Welly membuat sarang yang sebenarnya ia khususkan untuk adiknya tersayang.
Saat sinar matahari pagi memberikan kehidupan, saat itulah kehidupan dimulai. Sinar matahari sangat redup, angin yang sepoi-sepoi terasa sangat dingin meskipun tidak mendung. Apakah itu terjadi karena kemarin hujan? Tidak! Karena setelah beberapa lama, angin mulai berhembus dengan kencang. Deburan ombak mulai terdengar di mana-mana yang membuat suasana terasa suram. Hari yang biasanya penuh dengan burung yang beterbangan, kini tak ada satu pun yang melintas.
“Ada apa ini? Waktu itu cuaca sangat panas, beberapa hari yang lalu, hujan, dan hari ini, tidak ada panas, tidak ada mendung tapi angin berhembus sangat kencang!?” Kata Welly. “Ini semua adalah salahmu!” Suara itu terasa seperti tak asing bagi Welly. “Ada apa? Kau terkejut?” Lanjutnya. “Titiraram?” Ya, binatang itu adalah Titiraram yang berbicara dengan Welly di pantai. “Kau bingung mengapa aku bisa ada di sini? Bukankah aku adalah Ratu?” Tanya Titiraram. “Apa yang kau lakukan di sini?” “Mengambil mutiaraku! Ada apa? Kau takut atau terkejut mendengar aku meminta hakku kembali? Tentu saja kau terkejut, karena kau adalah sahabat yang tidak bisa dipercaya!” Sindir Titiraram. “Apa maksudmu?” “Kalau begitu, berikan mutiaraku jikakau adalah sahabat yang bisa dipercaya! Dan buktikan, kalau saat ini adikmu sedang sakit!” “Adikku memang sakit! Tapi, hari ini dia sudah sembuh” “Alasan! Kalau begitu, berikan saja mutiaranya padaku!” “Ehm…” “Mengapa kau diam? Kau tidak bisa mengembalikannya? Memangnya, di mana mutiaraku? Tidak kau hilangkan kan? Tentu saja tidak, karena mutiaranya tidak ada padamu!” Nada Titiraram terdengar sangat marah. “Mutiara itu tidak ada padaku” Welly mencoba mengelak. “Kalau tidak ada padamu, sebenarnya apa yang kau sembunyikan dariku” “Memangnya apa yang kusembunyikan darimu? “Entahlah, maka diri itu aku bertanya padamu! Sudahlah, tidak usah basa-basi lagi! Serahkan mutiara itu padaku sekarang juga! Kalau tidak…” “Kalau tidak apa?” Potong Welly. “Kalau tidak aku juga akan mengkhianati persahabatan ini! Aku juga bisa melakukan apapun sesuka hatiku. Kau tahu, kehidupan di laut sangatlah memprihatinkan? Aku tahu, sekarang aku tidak bisa mengendalikan kehidupan di laut karena kekuatanku sudah hilang. Dan hilangnya kekuatanku, hanya karena ketika mutiara itu digunakan untuk mengobati penyakit turunan dari raja Gagak putih! Dan kesimpulannya, kau telah menyerahkan mutiaraku pada mereka!” “Apa yang kau katakan? Aku tidak melakukan apa-apa! Memangnya apa buktinya?” “Aku tidak bisa membuktikan apapun. Karena kau sendirilah yang akan membuktikannya!” “Dengan cara?” “Dengan cara mengembalikan mutiaraku sekarang juga. Ada apa? Mengapa kau diam saja? Aku memintamu sekarang! Semuanya telah menungguku! Aku tidak bisa kembali sebelum aku berhasil membawa mutiaraku kembali!” “Maaf, aku tidak bisa mengembalikannya!” “Ada apa? Aku benar kan, kalau kau yang memberikan mutiaraku kepada para gagak putih itu? Tak kusangka, kau benar-benar telah membuatku kecewa! Aku tak bisa mengorbankan semua rakyatku hanya demi dirimu! Bila saatnya nanti, kau akan merasakan betapa murkanya para tiram mutiara! Agar kau tahu, bagaimana rasanya disakiti oleh teman sendiri!” Titiraram langsung pergi setelah mendengar berita langsung dari Welly. Ia merasa bahwa sekarang Welly telah sangat kejam padanya. Dunia tak seperti yang ia rasakan dulu. Bagaimana dunia yang memberikannya kehidupan, kini telah memberinya begitu banyak kehancuran.
Ternyata murka Titiraram tidak hanya sampai di situ. Ombak yang awalnya mendebur cukup keras kini telah menjadi sangat keras hingga membuat banyak erosi. Ombak-ombak di tengah laut seakan berlomba-lomba untuk meninggikan diri mereka masing-masing Angin yang awalnya cukup kencang, sekarang terasa seperti badai. Awan hitam mulai muncul di mana-mana. Sinar matahari tak terlihat lagi. Petir mulai menyambari di sana-sini. Banyak sekali pohon tumbang karena ulah sang petir. Daun-daun kering yang beterbangan mulai melayang meninggi ke udara. Angin-angin itu seakan telah berkumpul menjadi satu dan mulai bersiap untuk menghantui daerah itu. Sungguh kejadian yang tak pernah diduga sebelumnya. Tak ada suara satu pun kecuali suara deburan ombak dan angin yang mulai menyesakkan hati. Pasir-pasir pantai juga ikut terbawa kemana pun air laut dan angin membawa mereka pergi. Dunia seakan mau hancur. Apakah itu adalah murka Titiraram? Semua tak bisa dikontrol sekarang. Karena, tanah sudah mulai retak. Gempa mulai muncul di mana-mana. Gelombang tinggi terlihat seperti tsunami. Sebuah peristiwa menegangkan yang tak pernah bisa terlupakan. Tentu saja itu semua membuat Welly merasa kebingungan. Dia tak tahu, tempat aman untuk berlundung sekarang. Gua akan runtuh, hujan di mana-mana, petir juga menyambar, gelombang laut sangat tinggi. Rasa putus asa mulai menghantui dirinya.
Dilihatnya dari jauh, hujan mulai berhenti di tengah laut meskipun dengan rintik-rintik. Begitu pun juga dengan petir yang tak terlihat lagi di tengah laut. Namun, semuanya tampak pindah ke daratan. Welly semakin bingung, apa yang akan dilakukannya? Dengan sayapnya yang basah, Welly terbang membawa adiknya ke tengah laut untuk menghindari semua yang terjadi di daratan. Awalnya, Welly merasa senang karena bahaya yang ada di tengah laut hanyalah ombak. Namun kini, napasnya sudah sesak. Ia mulai tak kuat membawa adiknya terbang. Tinggi terbang Welly sudah semakin mendekati ombak laut yang tinggi-tinggi. Welly menangis, ia tak punya tujuan lagi untuk pergi. Kini, ia semakin tidak bisa berbuat apa-apa. Angin tiba-tiba muncul dengan sangat cepat. Bukan angin biasa, namun angin puyuh yang menghancurkan apapun di depannya. Welly dan adiknya hanya bisa melihat apa yang telah terjadi. Dan akan melihat, apa yang akan terjadi selanjutanya.
Angin puyuh itu berpindah cepat sekali. Tanpa bisa diduga, angin puyuh itu sudah berada di dekat Welly. Welly mencoba mengelak. Namun, karena kekuatan angin itu sangat kuat, maka sulit bagi Welly untuk mengelak. Tubuhnya mulai pasrah dengan semua itu. Mulai tak peduli, kemana angin itu akan membawanya terbang. Dengan sekuat tenaganya, Welly mencoba menjauh dari angin itu, namun tak berhasil. “Yeeeeaaaaahhhh…” Teriak Welly dan adiknya saat angin puyuh itu menghilang begitu saja. Namun pada saat itu juga ombak datang. Ombak yang setinggi bukit Jamus bahkan lebih menghampiri Welly dengan adiknya. Ombak yang datang super cepat itu mengejutkan Welly yang membuatnya tidak bisa terbang meninggi lagi. Sebuah kejadian yang akhirnya merenggut tubuh Rorouw dari cengkeramannya. “Rorouw…!!!” Teriak Welly saat melihat adiknya jatuh ke laut dan hilang entah ke mana. Ombak yang hanya membuat tubuhnya basah itu telah merenggut adik satu-satunya itu. Sebuah kenangan yang lebih menyakitkan dari hanya sebuah kejadian mengerikan itu. Baginya, tak ada lagi kebahagian di dunia ini selain adiknya yang sangat ia sayangi. Meskipun ada berjuta emas, berjuta berlian, dan berjuta mangsa sekalipun, tak bisa membuatnya merasakan senang. Karena satu-satunya yang bisa membuatnya bahagia telah meninggalkannya. “mungkin ini yang dirasakan Titiraram. Dan mungkin juga bisa lebih menyakitkan. Aku sadar, semua yang terjadi adalah hasil dari perbuatanku sendiri. Apakah aku pantas menerima itu semua? Ini terlalu menyakitkan bagiku! Tak ada yang bisa kuperbuat sekarang” Welly mulai menangis.
Welly tidak bisa menahan rasa sakitnya saat itu. Sehingga ia mencoba untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Namun, ada yang mencegahnya. “Untuk apa kau mengakhiri hidupmu? Tetap saja hidupmu tidak akan bahagia! Karenakau telah merusak kebahagiaan orang lain.” Suara itu terasa menyakitkan di telinga Welly. “Apa maksud…? Titiraram? Mengapa kau ada di sini?” “Ada apa? Tidak boleh? Aku hanya mau menyampaikan kalau rasa sakit yang kau alami sama halnya dengan sakit yang kualami!” “Kau tidak merasakan rasa sakit itu!” “Aku tidak merasakannya? Hey.., rakyatku menderita karena kau! Banyak sekali pertikaian terjadi di mana-mana! Aku tidak bisa melihat itu semua!” “Kau lebih memilih kekuasaanmu ketimbang aku?” “Bukankah kau juga?” Welly terdiam mendegar apa yang dikatakan Titiraram. Ia baru sadar kalau sebenarnya dialah yang egois. Akhirnya, Welly melanjutkan hidup seperti biasanya. Meskipun itu tetap menyakitkan bagi Welly. Begitu pun dengan Titiraram yang akhirnya menjadi tiram mutiara biasa.
Cerpen Karangan: Dikta Sumar Hidayah SMPN 1 PURI