Di sebuah lautan yang sangat luas hiduplah seekor ikan kerapu bernama Pupu. Pupu baru saja kehilangan rumah dan semua keluarganya akibat bom yang dilemparkan oleh nelayan untuk menangkap ikan. Pupu merasa sedih atas kejadian itu, tetapi Pupu tidak menyerah pada keadaan. Pupu tetap bangkit dan bersiap untuk menjalani kehidupan barunya tanpa keluarga dan orang-orang yang sangat dicintainya.
Pupu lalu bergegas meninggalkan rumah lamanya yang sudah hancur dan mencari tempat baru untuk menjadi tempat tinggalnya. “Kemana harus kucari, aku pergi seorang diri. Tanpa tau arah…,” batin Pupu dalam hati sambil terisak.
Tak lama kemudian, Pupu telah sampai di suatu tempat yang terdapat banyak jenis ikan dan hewan laut lainnya. Pupu mengutarakan maksudnya untuk tinggal di tempat itu. “Halo kalian semua, perkenalkan namaku Pupu. Bolehkah aku tinggal di sini?,” sapa Pupu kepada semua hewan laut di tempat itu. Hewan laut di situ hanya terdiam, tak tahu harus menjawab apa. “Ehm, rumah lamaku sudah hancur akibat bom yang dijatuhkan nelayan. Keluargaku semua sudah tiada, jadi bolehkah aku tinggal di sini?,” terang Pupu dengan amat sangat memohon. “Oh, kasihan sekali ikan kecil yang malang ini, mari kita bantu dia,” ucap Ibu Kuda Laut yang merasa iba. “Tidak! jangan izinkan dia tinggal di sini, dia hanya akan merusak kehidupan kita,” bantah Kiki Kepiting. “Ya betul itu, dia hanya akan merusak kehidupan kita!,” seru hewan laut lainnya.
Tiba-tiba datanglah Kakek Penyu. “Ada apa ini, kenapa ribut-ribut seperti ini?,” ucap Kakek Penyu. “Ini Kek, ada seekor ikan kerapu yang ingin tinggal di sini. Kita melarangnya, kita takut dia akan merusak kehidupan kita semua,” jawab Mimi Cumi-cumi. “Apa benar kerapu, kau ingin tinggal di sini?,” tanya Kakek Penyu pada Pupu. “Betul Kek, rumah saya sudah hancur akibat bom nelayan. Keluargaku sudah tak ada semua,” jawab Pupu sambil menangis. Kakek Penyu merasa iba kepada Pupu, tetapi bagaimanapun juga Ia harus mengambil keputusan. “Kerapu, maaf kau tidak boleh tinggal di sini. Kerapu adalah ikan yang paling sering dicari oleh nelayan, kita semua takut jika nelayan nanti juga mengebom tempat ini. Sebaiknya kamu mencari tempat lain saja, berenanglah ke arah selatan cobalah cari tempat baru,” ujar Kakek Penyu. “Baik kek, terima kasih,” jawab Pupu dengan berat hati.
Pupu lalu berenang ke arah selatan, meskipun sudah berenang cukup lama Pupu tetap tidak menemukan tempat baru untuk menjadi tempat tinggalnya. Tak lama kemudian, dia melihat ada perahu nelayan. Pupu lalu mendekat ke permukaan dan berusaha untuk mendengarkan percakapan para nelayan itu. “Mari kita lakukan penangkapan besar-besaran hari ini, kudengar daerah bagian utara terdapat banyak ikan yang bisa kita tangkap. Kita akan menjadi kaya, hahaha!,” seru nelayan itu kepada temannya. “Betul, daerah bagian utara memang kaya akan ikan-ikan yang bisa memberi kita kekayaan. Siapkan bomnya dan kita akan kaya!,” jawab teman nelayan itu. Pupu yang mendengar hal itu merasa kaget, daerah bagian utara adalah tempat tinggal Kakek Penyu. “Aku harus menyelamatkan mereka semua,” tekad Pupu dalam hati.
Pupu lalu berenang secepat-cepatnya ke daerah bagian utara, setelah mendekati bagian utara Pupu lalu menyanyikan sebuah lagu yang terlintas dibenaknya. “Bum bum, bunyi benda berdebum Dijatuhkan seseorang dari atas kapal Bum bum, bunyi berdebum Mereka akan datang, membuat kehidupan kita berubah Bum bum, bunyi berdebum Mari waspada, selamatkan semua Bum… Bum… Bum..”
Suara Pupu mengejutkan mereka semua. Kakek Penyu pun menyadari suara itu. Suara Pupu yang memberikan isyarat bahwa akan terjadi pengeboman dan eksploitai ikan besar-besaran. Tanpa berpikir panjang, Kakek Penyu segera memperingatkan semua penghuni lautan bagian utara itu untuk segera meninggalkan tempat tinggal mereka. “Perhatian kepada seluruh penghuni lautan utara, segeralah pergi dari sini. Akan ada bahaya besar menghadang kita, “ ucap kakek penyu dengan bijaksana. “Tidak! Itu hanya suara nyanyian Pupu Kerapu karena depresi kehilangan keluarganya. Pupu Kerapu sudah gila jangan percaya kepadanya,“ tegas Mimi Cumi Cumi Tiba tiba datanglah Pupu Kerapu dengan wajah panik. “Teman teman, segeralah tinggalkan tempat ini. Para nelayan kejam itu akan segera kemari untuk menghancurkan tempat ini dan membunuh kita semua!,“ ucap Pupu Kerapu dengan panik. Dengan terpaksa mereka mempercayai Pupu Kerapu dan melaksanakan perintah Kakek Penyu, kecuali Mimi Cumi Cumi. Ia membangkang perintah Kakek Penyu dan menganggap Pupu Kerapu sudah gila.
“Duar, Duaaar!,“ suara bom. “Cepat! cepat!, tinggalkan tempat ini! selamatkan diri kalian!”, ucap Kakek Penyu dengan panik. Akhirnya, mereka semua meninggalkan rumah mereka masing masing. Akan tetapi, Mimi Cumi Cumi tetap membangkang dan tidak mau meninggalkan tempat itu. Mimi Cumi Cumi hampir terkena bom itu, tetapi Pupu Kerapu yang menyadari hal itu segera berenang kembali ke lautan utara dan menyelamatkan Mimi Cumi Cumi. Mimi Cumi Cumi merasa bersalah telah menuduh Pupu Kerapu gila. Mimi Cumi Cumi pun meminta maaf kepada Pupu Kerapu, ia berhutang budi padanya. Mimi Cumi Cumi berjanji tidak akan mengulangi kejahatannya lagi. Akhirnya, Pupu Kerapu mendapatkan tempat tingal baru dan keluarga baru. Mereka pun hidup dengan damai.
Cerpen Karangan: Oktabela Emiliana Sofilaputri Nama lengkap: Oktabela Emiliana Sofilaputri Almat rumah: Losari, RT/01, RW/10, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta