Semenjak ranti meninggalkan sukri, kini mela tak lagi tinggal dengan ayahnya. Ibunya sudah membawanya dia pergi entah kemana, Semenjak saat itu sukri menjadi murung sendiri. Kegiatannya akhir akhir ini hanya menemani kambing-kambing juragan desa di kandang, dan berteriak-teriak di pingir sungai.
Melihat sukri seperti itu, bu lastri dirundung rasa haru dan khawatir, setelah mantu dan cucunya pergi entah kemana, sekarang anak satu satunya kini menjadi tak waras lagi. Hanya doa yang selalu ia panjatkan setiap hari kepada sang pemilik kehidupan. Bu lastri hanya bisa melihat tingkah anaknya yang semakin hari semakin gila. Dia menyadari hal itu Sebelum ranti meninggalkan sukri dan membawa mela pergi, yang bu lastri ketahui dahulu keluarga anaknya seperti baik-baik saja. walau perekonomian kehidupan anaknya terseok seok. Tak pernah ada keributan atau pertengkaran dari keduanya. Namun semenjak ranti mulai bekerja di pabrik sebagai asisten manager, kelakuan ranti tampak berbeda dengan sukri, seperti sedikit “Angkuh” karena bisa mencari uang dari keringatnya sendiri.
Yono tetangga dekat sukri sekaligus buruh di pabrik tempat ranti bekerja pun tak tau banyak soal pekerjaan ranti di pabrik. yang dia ketahui hanya ranti sering keluar bersama bosnya. Entah masalah pekerjaan ataupun urusan lainnya.
“Mas yon sering ketemu ranti di pabrik?” Tanya sukri saat bertemu di sungai. “Sering mas tapi ya cuma sekedar lewat saja” jawab yono sekenanya “saya curiga dengan sikap ranti kepada saya mas, semenjak dia kerja di pabrik dia sudah berani melawan saya” “saya tidak tau kerja dia mas, tapi dia sering keluar sama bos saya” ujar yono.
Sukri memberanikan dirinya untuk bertanya lebih dari itu kepada yono, namun yono hanya mampu menjawab sepengetahuanya saja. Meski dia tidak mendapatkan jawaban apa yang dia mau tapi sudahlah, ranti sudah pergi meninggalkan dia sendiri
Setelah melihat anaknya seperti ini, bu lastri tak tinggal diam. Dia menyuruh yono dan ojik untuk pergi ke seluruh pelosok daerah untuk mencari mela dan ranti. berharap bertemu dengan mereka dan membawanya pulang. Sukri tampak merenung diam saja melihat kepergian kedua temannya mencari anak dan istrinya. Sukri berharap akan ada hasil baik dari perjalanan mereka berdua selama mencari mela dan ranti.
Berbekal nekat dan belas kasih kepada sukri, mereka berdua akhirnya pergi. Entah kemana mencarinya karena tak ada alamat atau tujuan yang jelas. hanya secarik foto ranti bersama mela sebagai sarana pencarianya. Pencarian mereka dimulai dari pabrik yono bekerja. Yono mengumpulkan informasi dari seluruh pekerja pabrik mulai dari buruh, satpam, sampai tukang sapu. akhirnya mereka mendapat kabar bahwa pak ali maneger mereka lah yang sering berpegian dengan ranti.
Perjalanan Yono dimulai ke sebuah desa dimana seperti yang dikatakan teman teman di pabrik, desa ini adalah tempat dimana rumah pak ali berada. Namun bukan rumah bersama istri dan anaknya, melainkan rumah kedua. Ojik pun melihat situasi rumah tersebut, pekarangan yang luas dan sejuk menjadikan Suasana sepi dan nyaman. Ojik melangkahkan kakinya tepat di teras rumah, “permisi kulonuwun” sapa ojik sambil mengetuk pintu. Tak ada Suara balasan dari dalam rumah, namun setelah sekian kali ojik mengetuk pintu. Untuk yang terahir kali “permisi, pak alii permisi.” “ada yang bisa dibantu nak?” seorang nenek menjawab salam mereka dan nenek tersebut berdiri tepat di belakang mereka. Ojik dan yono pun kaget melihat kedatangan nenek itu. “Begini nek, kami mencari pak ali ini benar rumahnya? Kok dari tadi saya ketok pintunya gak ada suara balasan.” Tanya ojik. “sekitar 2 minggu yang lalu dia memang masih di sini, bersama orang tak di kenal. Tapi sejak dia grebek warga minggu lalu bersama perempuan dan anak kecil, dia tak berani kesini lagi.” Ojik pun kaget saat nenek itu mengatakan bahwa pak ali bersama perempuan dan anak kecil, mungkin itu ranti dan mela! Ya benarr. Gumam ojik dalam hati. Setelah berbincang cukup lama, mereka berterima kasih lalu pergi.
Satu jawaban cukup meyakinkan yono bahwa mela memang dibawa kabur oleh ali. Akhirnya mereka pergi ke suatu tempat, yaitu rumah pak ali bersama keluarganya di kota. Kendaraan yang mereka tumpangi pun berjalan cepat dan selamat. “ini rumah pak ali dan keluarganya jik.” Kata yono “secepatnya kita masuk.” Jawab ojik. Ahirnya mereka berdua memutuskan untuk masuk.
—
Perasaan cemas dan gelisah telah menghampiri sukri, karena beberapa hari ini teman-temannya belum pulang dan belum ada kabar baik tentang istri dan anaknya. Bu lastri pun begitu tabah melihat permasalahan yang dialami oleh anaknya. Begitu sabar bu lastri mengingatkan sukri supaya dia selalu berdoa, dan jangan membuang buang waktu di kandang kambing apa lagi di pinggir sungai. Sukri pun sudah mulai membaik dari keadaanya pekan lalu mirip orang gila, “Kamu sabar saja, berdoa supaya ojik dan yono bisa membawa istri dan anakmu pulang.” Ucap Bu lastri. Beliau tampak sedih ketika melihat anaknya setiap hari gelisah. “Iya buk.” Jawab sukri mantap.
—
Tanpa mereka sadari ojik dan yono mendapatkan perlakuan tak mengenakkan dari istri pak ali karena ojik bertanya dimana pak ali dan ranti berada. Seketika itu mereka pergi meninggalkan rumah itu. Tampak yono mulai kesal dengan hari hari yang dilalui mereka karena tidak membawa hasil yang berarti.
“Aku sudah capek jik mencari mela dan ranti.” Kata yono “Terus bagaimana? Kalau kita pulang tanpa membawa hasil, apa tidak menjadi gila lagi sukri di rumah?” Jawap ojik cemas. “Ya sudah kita sekarang mau kemana lagi?” “Kita pergi ke pasar.” “Untuk apa kita kesana?” “Ikut saja” sahut ojik.
Sampai di pasar tujuan mereka adalah pak amin. Penjual soto, dulu sebelum ranti pergi, hampir seminggu sekali dulu sukri dan ranti langanan makan soto ke warung pak amin, mungkin pak amin tau dimana ranti. mereka langsung menuju warung soto. Dan pak amin pun dengan ramah menyambut kedua pelanggan barunya. “Selamat siang pak amin.” Sapa yono sopan kepada pak amin. “Mas yono masuk masuk, mau soto? duduk duduk saya bikin kan rasa spesial mas, silakan” “Maaf pak, saya bukan mau makan. Tapi mau tanya, apa ranti akhir akhir ini mampir dan makan soto di sini?” kata yono secepat mungkin menuju topik permasalahan. “Minggu lalu dia ke sini, makan sama anaknya. Tapi tumben juga dia tidak dengan sukri. Tapi bersama orang lain. Saya juga bertanya sama ranti, sukri dimana kok gak bareng lagi, dia diam saja”. Kata pak amin. Setelah mendengar penjelasan pak amin, akhirnya mereka yakin bahwa memang pak ali bersama ranti dan mela.
—
Setelah mengetahui bahwa ojik dan yono tidak membawa kabar baik, dan tak mengetahui keberadaan mela dan ranti, akhirnya sukri memutuskan untuk mencarinya sendiri. Ojik pun merasa bersalah apalagi yono, karena tidak dapat menemukan dimana istri dan anak sukri. Bu lastri telah meminta maaf dan berterimakasih kepada ojik dan yono karena telah membantu sukri meski tak membuahkan hasil.
Sukri memutuskan untuk pergi sendirian, sama seperti ojik dan yono, sukri pun berangkat hanya berbekal foto anak istrinya tanpa tau harus pergi kemana. Sukri mulai menyiapkan mental diri untuk menjalani hari di luar sana. “Bu aku pergi dulu doakan aku bisa menemukan istrii dan anakku bu.” Sukri berpamitan kepada ibunya. “Doaku menyertaimu nak. Jangan lupa sholat dan berdoa saat tiba waktunya”. Pesan ibu lastri untuk anaknya “Terimakasih bu. Sukri berangkat.”
Hari hari yang harus sukri jalani sendiri di jalanan dalam pencariannya. Meski sukri tak sepenuhnya waras seperti dulu akibat depresi berat akan beban hidupnya. Bu lastri merelakan anaknya pergi. Tak henti hentinya bu lastri menitihkan air mata di depan yono dan ojik, ojik pun tak sangup melihat kesedihan keluarga sukri. “Sebenarnya aku tak tega melihat sukri pergi mencari istrinya sendirian bu.” Kata yono kepada bu lastri “Apalagi ibu, tetapi biarlah dia mencari keluarganya.”
Penantian yang panjang, Sudah hampir berminggu minggu bu lastri semakin khawatir karena yang menghilang bukan hanya menantu dan cucunya, namun anaknya! Sukri. Semenjak dia berpamitan pergi mencari anaknya, dia belum pernah pulang. Ibu lastri semakin hari tubuhnya semakin kurus juga rambut dipenuhi uban karena memikirkan anaknya yang tak kunjung pulang juga.
Tersadar dari lamunannya ojik pun kaget. Teringat bahwa temannya sukri belum juga pulang. Dia lantas mengajak yono untuk pergi mencari sukri!. “Kenapa sukri jadi hilang juga, tak balik balik pula?” Tanya ojik “entahlah, kita cari saja semoga sukri sehat selalu”.
Saat ojik pergi ke pasar, secara tak sengaja ada penjual koran menawarkan dagangan kepadanya. Melihat berita yang ramai diperbincangkan di warga pasar, akhirnya ojik memutuskan untuk membeli. Dari inti cerita yang disajikan di berita tersebut. Ojik mengenali ciri ciri korban yang tewas. Dan saat itu ojik langsung menghubungi yono untuk mengajak dia pergi ke rumah sakit melihat mayat si korban yang ada dalam berita di koran. Menurut kabar dari polsek setempat ternyata korban tersebut adalah sukri. Dia meninggal karena kedinginan dan kelaparan, orang sekitar pasar tak mengenali siapa dia, sukri dikira orang gila klontang klantung. Akhirnya proses jenazah pun diselesaikan. Bu lastri tak sadarkan diri sejak mengetahui berita kematian anaknya yang malang itu. jenazah sukri pun lalu dibawa pulang untuk dimakamkan. Beban terlalu berat yang dihadapi bu lastri. Yono pun turut berduka cita sedalam dalamnya.
Beberapa hari kemudian Bu lastri sudah membaik dari keterpurukannya. Namun sepertinya beliau masih sedih. “Sudahlah bu jangan bersedih lagi, sukri sudah tenang di sana ikhlaskan saja bu”. Kata yono ringkas. “Iyaa yon, terimakasih. Saya selalu tabah dan tawakal menerima cobaan ini”. Bu lastri tampak lesu. Setelah 40 hari sukri meninggal, yono dan ojik pun bertekad harus menemukan ranti, karena sungguh durhaka dia kepada suaminya, Yono dan ojik pun pergi mencari mela dan ranti lagi untuk yang kesekian kalinya.
—
Hawa dingin menyelimuti tanah lapang penuh nisan, suara burung sesekali terdengar. Perlahan lahan suara kaki melangkah mendekat dan tetesan air mata jatuh membebani hati. Matanya bengkak seharian menangis entah karena senang atau sedih. “Ranti” nama yang selalu di dalam lubuk hati sukri. Mela “MELATI” buah hati mereka berdua. Sudah sejak lama ranti duduk di depan kuburan suami yang ditinggal minggat selama ini. Tampak mela tak ada di sampingnya entah kemana anak durhaka itu.
“Aku datang mas sukri”. ranti duduk di depan makam. “Aku memang istri durhaka mas, maafkan aku”. sesekali mengusap air matanya yang bengkak karena terlalu lama menangis. “Aku adalah perempuan yang tak baik untukmu mas, aku pergi meninggalkanmu, karena aku takut akan membebani hidupmu. Tapi maaf mas, caraku memang salah. Aku ke sini untuk meminta maaf kepadamu mas, aku sangat mencintaimu mas sukri. Tapi beban ekonomi kita yang membuat aku pergi, maafkan aku jika aku telah membuatmu seperti ini.” Letupan hati kesal ranti di depan makam sukri.
Ranti tampak lelah dengan semua pembicaraannya sendiri, angin yang semakin dingin, matahari semakin menghilang. Ranti akhirnya pergi meninggalkan pemakaman. Lantas begitu nekatnya anak ini. Dia pergi ke rumah mertuanya.. “Permisi bu.” Dengan sopan ranti mengetok rumah bu lastri, mertuanya. Suara langkah kaki pelan pelan menghampirinya dari dalam rumah. “Silakan masuk.” Pintu dibuka. Alangkah terkejutnya bu lastri melihat menantu durhaka telah berani datang ke rumahnya. “Ada apa kamu datang kesini?” Kata bu lastri yang acuh tak memandang ranti. “Maafkan aku ibu, aku memang salah. Aku pergi begitu saja meninggalkan mas sukri dan membawa mela pergi. Aku tak tau aku harus bagaimana, maafkan aku ibu.” Lastri tampak menangis dan bersujud meraih kaki bu lastri. “Setelah lama kamu pergi, kamu datang hanya meminta maaf saja? Apa kau tak tau sukri meninggal jadi mayat di jalan, gara gara mencari perempuan sepertimu? Yono dan ojik susah payah mencarimu kau juga tak ditemukan. Kemana saja kau ini! Apa tidak durhaka kau kepada suamimu, kau dapat kabar dari koran kan kalau sukri mati? Istri macam apa kau ini!.” “Aku memang salah bu, ampuni aku bu.” “Aku tau, kau pergi dengan bosmu gila itu kan? Pergi saja kau dari sini, aku tau mau melihatmu lagi. Dimana cucuku! Dimana anaknya sukri, melati!” Terlihat bu lastri sungguh marah kepadanya. Bu lastri sungguh murka dengan kedatangan mantunya, lastas ia ingin dia pergi dan tak kembali lagi. Namun mela harus ikut dengan bu lastri untuk mengobati kesedihan ini semuanya.
Setelah yono dan ojik tak menemukan ranti dan mela dimanapun mereka mencari, untuk yang kesekian kalinya mereka akhirnya pulang. “Bu lastri, kulonuwun” sapa yono di depan rumah bu lastri “Silakan masuk, oh yono dan ojik masuk masuk cepat” jawab bu lastri ramah. Setelah mendengarkan pengakuan ojik dan yono yang tak menemukan ranti, lantas bu lastri yang bercerita tentang ranti. “Dia tadi ke sini, sekarang kamu pergi ke rumah ranti dan bujuk mela ikut dengan kalian. Aku akan merawat mela, dan biarkan ranti pergi. Setelah selesai ojik dan yono pergi menemui ranti.
Mela tak tau jika ayahnya sudah mati, karena tak ada yang memberitaukan kepadanya. Ranti yang sedari tadi gelisah akan kedatangan ojik dan yono untuk menjemput mela. dia pasrah akan semuanya. Dan akhirnya yono bertemu ranti, dengan segera ia ingin mengakhiri pertemuannya. “Aku lelah mbak ranti, sudah sekian lama aku mencarimu dimana mana, sampai sukri gila, sampai dia mati kau tak tampak, ternyata kau di sini. Kau tau maksud dan tujuanku datang ke sini bukan? Kau siapkan semuanya.” Yono nampak kesal. “Mas yono sama mas ojik maaf kan aku ya telah merepotkan kalian. Aku titip mela supaya baik bersama neneknya untuk menebus semua salahku kepada mas sukri” “Terserah, kami pergi dulu. Jangan kau ganggu mela dan bu lastri lagi!” Setelah akhirnya mela dibawa pergi oleh yono dan ojik akhirnya mela ikut dan dirawat dengan baik oleh neneknya. Ojik dan yono sangat senang karena bu lastri sudah bahagia dengan cucunya.
Jauh disana, ranti menderita, karena sudah ditinggal pergi oleh pak ali dan kini dia hidup sebatangkara. Mungkinkah jika kelak dewasa mela akan datang mengunjungi dan menjemputnya? Waktu yang akan menjawab.
Cerpen Karangan: Khoirul Huda Blog / Facebook: khoirul huda