Jarum jam pendek sudah mengarah pada angka sembilan. Andi, Gilang, dan Johan masih sibuk mendekor ruang tamu Ambar. Pita dan balon ditata di atas dan di tepi-tepi dinding, lalu digantungkan beberapa hiasan-hiasan kecil. Foam yang dibentuk hati, bintang, siluet binatang dengan dilapisi karton warna-warni yang menghiasi. Balon-balon yang juga berwarna digantungkan di atas pita, menambah keindahan. Meja kecil tempat meletakkan kue utama ulang tahun tidak lupa dihias. Di atas dinding meja, tertulis “Met Ultah to Ambar 17th”. Dengan isengnya, Andi menambahkan tulisan di bawahnya “Harta, Tahta, Pacar” dilengkapi dengan gambar emoji smile. Sederhana.. namun apik-estetik. Memang, Andi punya sisi kreatif. Otak kanannya lebih berkembang dari yang kiri. Dialah otak untuk dekor Ambar malam ini.
Di kelas, Andi juga dikenal kreatif. Dari tangan dan otaknya, muncul ide-ide yang menarik/Keluar produk kreatif saja. Entah itu tulisan yang art, kaligrafi latin, doodle art, logo band, patahan lirik lagu, tribal, atau sekedar coretan-coretan seperti graffiti.
Pernah, kelas Andi meraih juara 2 untuk mading sekolah. Dengan berbekal barang-barang seadanya, mereka berhasil di bawah urutan kelas dengan budget yang lebih mahal untuk membuat mading. Kertas bekas kalender, daun-daun dan ranting-ranting kering, kain-kain perca tak terpakai, dan barang bekas lainnya, berhasil diubah menjadi mading yang unik namun apik. Andi, adalah otaknya.
Namun, Gilang berpikiran lain. Bahwa, sebenarnya bukan tentang barang bekas yang dipakai mendapatkan nilai tinggi, tetapi di tengah bingkai mading, tergambar ada siswa yang sedang memberikan hormat pada bendera merah putih yang sedikit sobek. tertulis “Sekolahku sayang-Benderaku malang”, tentu saja Andi pelakunya. Ia kritis, ingin mengingatkan pihak sekolah, kalau bendera merah-putih yang biasa dipakai untuk upacara bendera hari senin sudah usang dan sedikit sobek. Dan benar saja, selang hari berikutnya tampak bendera baru merah-putih berkibar di tengah halaman sekolah.
“Uuhh.. serius sekali. Istirahat mas-masnya. Ini kopinya silakan dinikmati lagi”, Ambar yang datang menawarkan kopi untuk ketiga tamunya. “Taruh situ saja, Mbar.. sebentar lagi kelar kok” jawab Gilang. “Loh.. dik Ambar, ko belum tidur? besok sekolah.. nanti ngantuk lo” goda Andi. “Kalau ngantuk ya gak usah sekolah, Mbar.. bolos saja. Sesekali biar kamu bisa rasakan sensasi bolos. Apa gak bosen tuh jadi murid yang rajin? Hehe..” Johan meneruskan. “Hush! Ya kalau kamu, Jo! Sering bolos sekolah. Ambar ini anak baik-baik, anggota Osis, aktif PMR, Pramuka, Paskib, apalagi…” Andi menanggapi. “Lah.. Ndi! aku bolosnya kan sama kamu, Gilang, Budi. Sudaah.. sesama pembolos dilarang mendahului” Ambar tersenyum kecut. Ia memang sudah tahu kalau Andi senang bolos sekolah bersama mas ponakannya, Gilang and the gank. “Loh.. mas Andi senang bolos ya? Apa mbak Ana gak marah? Dia kan juara favorit di kelas IPA, masak punya pacar senang bolos sih..?”, Ambar menyelidik. Andi jadi salah tingkah. Ingin menjawab takut salah. Takut imejnya jadi buruk di mata Ambar.
“Hahaa.. bukan dimarahi lagi, Mbar.. tapi sudah seperti aparat dengan penjahat. Andi didamprat habis-habisan sama si Ana. Bahkan, sempat melaporkan ke guru BK”, Johan tiba-tiba mempertegas. Gilang yang dari tadi diam ikut meramaikan, “Oooo..pantasss..guru BK sempat home visit ke rumah. Bapakku marah-marah tahu kalau aku senang bolos, rupanya gara-gara pacarmu, Ana ya, Ndi?” Runyam. Kedua sahabatnya tidak membela nama baik Andi di mata Ambar, malah memperburuknya. Sial. Gerutu Andi dalam hati.
“Eh.. Mbar aku belum Isya nih. numpang salat ya”, Andi mencoba mengalihkan, sebelum aib-aib lain meluncur dari lidah kedua temannya. “Waduh.. dimana mas ya. Ruang solat lagi di renov. Hujan kemarin bocor. Ehmm.. salat di kamar Ambar saja” “Sungkan, Mbar.. izinkan dulu sama bapakmu”.
Ambar segera meminta izin ayahnya dan diperbolehkan. Andi mengambil air wudu dan bergegas melaksanakan salat Isya di kamar Ambar. Andi heran. Karena biasanya, cewek akan menjaga privasinya untuk orang lain. Tidak sembarang orang bisa memasuki kamar, ruang privasinya, bahkan orangtuanya sekalipun. Tapi, Ambar? Dengan santai, cuek, tidak merasa rishi kamarnya dimasuki orang lain. Cewek yang asik nih. Sulit ditebak. Andi mencoba meramal.
Dilihatnya kamar Ambar tertata kurang rapi, untuk ukuran standar kamar cewek. Buku-buku, catatan-catatan kecil berserakan di atas kasur. Tempelan-tempelan artis korea tidak lupa tertempel di dinding kamarnya. Andi menelisik. Matanya mencari-cari, jelalatan kesana-kemari. Entah mencari apa. Seperti detektif yang sedang melakukan penyidikan, olah TKP. Mata Andi terfokus. Dilihatnya kaset CD yang telah usang. Band musik jadul “NAIF”. “Asik juga selera Ambar nih” Andi menggumam. Tanpa tahu, ada sepasang mata mengawasinya dari luar. “Mas Andi, alim juga rupanya. Mas gilang dan mas johan jarang salat, mas Budi beda agama, ini mas Andi ko masih kekeuh, gak terpengaruh”.
Selesai salat, Andi bergabung dengan dua temannya untuk menyelesaikan mendekor ruangan. tepat jam sepuluh, kiranya ruangan telah selesai dihias. Tampak Ambar dan ayahnya tersenyum puas. melihat kinerja keponakan dan temannya. “Terima kasih lo, Lang.. kamu dan teman-temanmu bantu dekor. kalau tidak ada kamu, waahh.. gimana acara besok. Ambar bisa kecewa”, ayah Ambar berterima kasih kepada Gilang. “Iya, pak lik. Ini karena sudah malam, saya dan teman-teman mau pamit dulu” Johan ikut berpamitan, “Iya pak.. sudah malam, besok sekolah, harus cepat tidur biar tidak kesiangan lalu bolos. Kita-kita ini anak yang rajin lo..”, Johan mencoba cari muka. Aku dan ambar sejenak beradu pandang. Saling menatap sebentar lalu melempar senyum. “Besok datang ya mas-masnya.. Jangan lupa, jam dua habis sekolah, harus sudah sampai di sini. Gak usah repot bawa kado. Aku tunggu lo..”, Ambar mengundang. “InsyaAllah..” berbarengan kami menjawab dengan logat kearab-araban yang difasih-fasihkan. Ayah dan Ambar tertawa.
Ketiga kawanan segera pamit undur diri. Tentu saja, bukan pulang untuk segera tidur, tapi, mereka melanjutkan agenda berikutnya, “ngopi dan cangkrukan” sampai tengah malam. Menghabiskan sisa-sisa malam. Bergumul dengan usia dan jiwa muda yang masih membara. Bercerita, berceloteh sekenanya. Menertawakan malam, menertawakan kehidupan, sambil sesekali menceritakan keinginan mereka di masa depan. Andi melihat kopinya dalam-dalam. Sisa-sisa bayangan Ambar masih melekat. Manis sekali.. Ia malah lupa kalau ada sebuah hati yang menjaganya. Sebuah hati yang selalu menunggunya di pintu masuk kelas. Ia tulus, tanpa cela mencintai Andi. Ana…
Ana yang mampu sedikit banyak mengontrol sifat liar Andi. Jika dulu, bolosnya tiga hari dalam seminggu, kini sudah satu hari saja, bahkan beberapa terakhir ini, Andi dan kawan-kawannya tidak pernah membolos. Tiga hari, Senin karena Andi baru saja pulang dari rumah, tentu saja uangnya masih ada, ia gunakan untuk makan-makan dengan teman-temannya. Kamis, alasannya karena pelajaran hari itu sulit-sulit; Matematika, Fisika, Kimia. WoW!
Entah, apa yang merasuki Andi. Jika dinasihati guru Agama, guru PKn, wali kelas, atau guru BK semua ia jawab seolah ia menantang. Ia tidak segan beradu argumen. Namun, ketika berhadapan dengan Ana, ia tunduk. Andi juga menyadarinya. Entah juga apa istimewanya Ana? Cantik? Biasa. Punya tubuh aduhai? Biasa. Kaya? juga biasa saja. Kedua orang tuanya adalah guru SD. Ah.. sekali lagi, hal-hal yang biasa dan tidak terlalu, justru sering memunculkan peristiwa yang luar biasa.
Andi masih saja sibuk dengan bayangan Ambar di atas gelas kopinya. Ana, sang penakluk! dibiarkannya berlalu, tersisih sebentar. Ia menyisakan sedikit ruang hatinya untuk Ambar. Tidak terasa, jam menunjuk pada angka dua. Ketiga sahabat, melangkah pulang. Menyudahi menikmati malam. Mereka adalah penikmat malam, baginya malam adalah ketenangan. Waktu yang sayang untuk dilewatkan dengan kesendirian. Bersama teman melewati diamnya malam, setelah siang yang dianggap mengacaukan. Mereka tenggelam. Dalam masa muda, yang melenakan. Jika ditanya tentang impian, harapan, atau masa depan? Andi dan kawan-kawannya memiliki satu kesepahaman, bahwa “malam adalah hadiah Tuhan, jika bisa mereka meminta sepanjang hari adalah malam”. Harapan yang luar biasa! ^_^
Cerpen Karangan: Anang Zunaidi Blog / Facebook: Anang Zunaidi
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 13 Mei 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com