Sebut saja namaku Ani. Aku sekarang duduk di bangku SMA kelas 12, bersama dengan sahabat, teman sebangku, dan sekaligus sudah seperti saudara sendiri, dia adalah Kiya. Hari-hari kami selalu bersama. Walaupun rumah kami berjauhan, tetapi jika aku ingin pergi ke suatu tempat aku selalu minta ditemani Kiya begitu pun sebaliknya.
Suatu hari kami sedang membicarakan perihal akan melanjutkan kemana setelah lulus nanti. Setelah cukup lama berbincang dan sedikit berdebat, kami sudah memutuskan untuk melanjutkan di salah satu Universitas yang ada di Purwokerto.
Setelah selesai Ujian Sekolah, kami sepakat untuk membicarakannya bersama orangtua kami masing-masing. Orangtuaku setuju dengan keinginanku untuk kuliah di Purwokerto, tetapi lain hal dengan Kiya yang dilarang oleh orangtuanya untuk kuliah di Purwokerto. Dengan alasan, disana tidak ada saudara dan mungkin orangtua Kiya khawatir akan hal itu. Orangtua Kiya berkeinginan untuk mendaftarkan Kiya di universitas yang ada di Semarang saja, karena disana ada kakek dan neneknya jadi Kiya bisa tinggal bersama mereka. Dan orangtuanya pun jadi tidak khawatir selama Kiya tinggal dan kuliah di Semarang.
Kiya bingung harus sedih atau senang. Ia senang bisa kuliah dan tinggal bersama kakek dan neneknya, tapi disisi lain ia sedih berarti ia tidak akan satu kampus dengan sahabatnya dan pasti jarang bertemu.
Di lain hari mereka berdua saling menanyakan bagaimana pendapat orangtua masing-masing. Ani menyampaikan terlebih dulu kepada Kiya bahwasanya kedua orangtua Ani memperbolehkan Ani kuliah di Purwokerto. Lalu Ani bertanya kepada Kiya, dan Kiya memasang wajah sedih sambil mengatakan bahwa ia tidak diperbolehkan oleh orangtuanya kuliah di Purwokerto. Ani pun ikut sedih dan sedikit kecewa dengan jawaban Kiya. Ani langsung memeluk Kiya dengan erat. Setelah tahu hal tersebut, mereka benar-benar menghabiskan waktu berdua hampir setiap hari mereka pergi me time sampai saling menginap di rumah satu sama lain.
Pada saatnya hari kelulusan tiba, mereka berdua dinyatakan lulus. Setelah itu mereka mendaftar di universitas yang mereka tuju dan pada akhirnya mereka berdua diterima. Ya mereka antara sedih dan senang diterima di Universitas masing-masing, masih tidak bisa membayangkan bagaimana hari-hari mereka tidak saling bercerita, canda tawa, secara langsung.
Bulan berlalu terasa begitu cepat, tinggal menghitung hari mereka akan berangkat ke kampusnya masing-masing, Ani ke Purwokerto dan Kiya ke Semarang. Masih satu provinsi memang, tetapi bagi mereka yang ibarat “amplop dan perangko” itu sangat sulit pastinya untuk berpisah.
Di lain waktu, Ani punya ide untuk saling tukar kado dengan Kiya, agar selalu ingat satu sama lain apabila melihat barang pemberian sahabatnya. Ani menyampaikan idenya itu kepada Kiya, dan Kiya menyetujuinya.
Di tempat pertama kali mereka bertemu dulu, tukar kado bersama sahabat dilaksanakan. Agar moment ini selalu dikenang mereka pun sesekali berfoto bersama dan dicetak. Mereka saling membuka kado pemberian satu sama lain. Ani memberi sebuah Al-Qur’an kepada Kiya, agar setiap Kiya membacanya selain ingat kepada Allah SWT juga ingat kepada sahabatnya Ani. Lalu Kiya memberi sebuah tumbler, karena Ani suka sekali membawa minum saat ke sekolah, di tumbler itu juga ada foto mereka berdua.
Mereka berharap dengan tukar kado itu, bisa memperkuat tali persahabatan di antara keduanya. Apabila ada masalah atau apapun itu, mereka bisa tetap saling terbuka satu sama lain walaupun berjauhan tidak menghalangi kepedulian di antara keduanya.
Hari perpisahan pun tiba, Kiya berangkat lebih dulu ke Semarang sedangkan Ani masih ada satu hari lagi di rumah. Ani pergi ke rumah Kiya, dia ingin menyaksikan keberangkatan sahabatnya itu. Mereka saling melontarkan kata-kata perpisahan dan janji akan selalu berkabar di keadaan apapun itu. Pelukan terakhir dari Ani untuk Kiya ditambah dengan tangisan pastinya.
Selamat berpisah untuk sementara sahabat, kita akan bertemu kembali dengan kesuksesan yang menyertai kita. Amin…
Cerpen Karangan: Regina Aryani Blog / Facebook: Regina Aryani