Dalam hidup setiap orang pasti berharap mendapatkan kasih sayang, pasangan dan cinta sejati. Sedangkan aku sendiri tidak begitu mengerti apa itu cinta sejati? mungkin ada benarnya juga bahwa cinta sejati seperti hantu; banyak dibicarakan oleh orang-orang namun sedikit orang yang menjumpainya.
Yang aku mengerti dan aku rasakan sendiri tentang cinta adalah bahwa cinta merupakan pelaku perubahan. Cinta bisa mengubah seorang penakut menjadi seorang pemberani, cinta bisa mengubah orang lemah menjadi orang kuat, cinta bisa mengubah seorang pemalu menjadi seorang yang percaya diri, cinta bisa mengubah kehinaan menjadi kemuliaan, cinta juga bisa mengubah seseorang yang pribadinya ceria menjadi pribadi yang murung, cinta juga bisa mengubah sehat menjadi sakit. Tapi, cinta juga sebaliknya bisa mengubah bahagia menjadi derita.
Seperti yang terjadi pada Sofi, adikku. Saat aku melihat adikku gagal cinta, ia lebih suka mengurung diri di kamar. Sofi yang aku kenal seorang yang ceria dan aktif kini berubah menjadi seorang yang murung. Seseorang yang gagal dalam cinta sering kali terlihat pandai berdamai dengan orang lain tapi dengan dirinya sendiri selalu berperang. Dan ini terjadi pada Sofi sejak ia putus cinta dengan pacarnya.
Kejadiannya pada hari senin satu minggu yang lalu. Melihat suasana yang sangat cerah pada pagi hari itu dengan cahaya matahari yang menghangatkan tubuh juga udara pagi yang menyegarkan dada, aku kira hari itu akan menjadi hari keberuntungan untuk adikku yang akan pergi mengikuti lomba nyanyi lagu-lagu opera.
Dari kecil Sofi memang cenderung lebih menyukai lagu-lagu klasik, mungkin karena terbiasa mendengar lagu-lagu klasik yang biasa dimainkan oleh ibu. Dan lagu yang akan dinyanyikan Sofi pada perlombaan hari itu adalah lagu kesukaannya sejak dari kecil, lagunya Samuel Barber yang judul lagunya Agnus Dei.
Senin pagi itu Sofi berangkat diantar oleh aku sendiri dengan berkendaraan mobil. Mamah dan Papah tidak bisa ikut mengantar karena ada urusan bisnis. Di awal perjalanan biasa saja tidak ada hal yang membuat perasaanku tidak baik, Sofi sendiri aku lihat begitu semangat bahkan terdengar sedang asyik mendengarkan lagu yang akan sofi nyanyikan. Namun ketika sampai di pertigaan jalan lampu merah, tiba-tiba Sofi ingin keluar dari mobil dengan alasan ingin ke kamar mandi.
“Kakak, Sofi mau ke kamar mandi dulu, kalau lumayan lama kakak parkirkan saja mobilnya di depan tokok pakaian dekat pohon pinus itu” kata Sofi tergesa-gesa sambil membuka pintu mobil bagian tengah
Lampu hijau telah menyala. aku memarkirkan mobil di depan toko pakaian seperti yang Sofi pinta untuk sekadar menunggu. Setelah 20 menit berlalu akhirnya Sofi masuk kembali ke dalam mobil namun dengan ekpresi muka yang berbeda, terlihat sedikit pucat dan matanya merah seperti habis menangis. Karena aku penasaran sebelum kami melanjutkan perjalanan aku bertanya pada Sofi, “Kamu tadi dari mana? kok lama banget. Mata kamu juga merah, kenapa?”
Sofi menjawab, “tidak ada apa-apa, kakak. Sofi baik-baik saja, hanya kelilipan kemasukan debu” ucap sofi sambil disusul dengan senyuman yang aku kira senyuman palsu. Aku sendiri tidak banyak bertanya karena aku pikir misi hari ini harus sampai ke lokasi tempat sofi mengikuti perlombaan.
Singkat cerita perlombaan selesai. Tiga hari dari perlombaan ada perubahan yang signifikan dari diri sofi. Sampai mamah dan papah bertanya-tanya apa yang terjadi pada sofi. Aku sendiri belum tau jelas apa penyebabnya namun aku punya dugaan ini masalah cinta dengan pacarnya yang bernama Lukas. Dan benar dugaanku tidak salah, ternyata yang membuat adikku terlihat tidak fokus saat ikut perlombaan dan akhir-akhir ini terlihat berubah adalah karena masalah cinta dengan pacarnya.
Aku juga baru tau jelas bahwa alasan sofi keluar dari mobil untuk ke kamar mandi ternyata memergoki pacarnya sedang duduk mesra berduan dengan perempuan lain di kursi taman. Aku sendiri mengetahui ini dari teman dekat sofi yang biasa main ke rumah.
Sebagai kakaknya aku merasa iba. Aku tidak ingin melihat adikku hanyut dalam kesedihannya. Karena itu tepat pada malam hari tadi aku sengaja ke atas ingin memberi nasihat pada Sofi. Aku pun naik ke atas. Sambil mendengarkan lagunya Sarah Brighman – Time to say goodbye, Sofi terlihat sedang duduk termenung di teras luar kamarnya. Tanpa banyak basa-basi aku mendekati sofi dan mulai berbicara
“Kakak tau apa yang terjadi padamu. Kakak juga ikut merasakan apa yang kamu rasakan. Tapi kamu tidak bisa seperti ini terus menerus. Larut dalam kesedihan itu tidak baik, sayang”
Sofi tidak merespon perkataanku, matanya sayup sedu tertuju pada selayang pandang pemandangan langit di malam hari. Namun air matanya mulai menetes membasahi pipinya. Aku pun mendekati, jongkok, dan mengusap air matanya seraya berkata, “Kamu percaya tidak bahwa kepergian seseorang itu adalah kedatangan seseorang? Luka adalah dimana cahaya akan memasuki hati manusia.” “Entahlah kakak. Saat ini Sofi bingung” Sofi mulai berkata “iya. Kakak sangat memahaminya. Tapi kakak harap kamu harus bangkit. Kamu masih muda dan perjalanan hidupmu masih panjang. Kakak tau mungkin prosesnya tidak mudah, tapi percayalah semua akan baik-baik saja” “Bantu sofi untuk bisa keluar dari situasi ini” Sofi berkata sambil menatapku “Akan selalu kakak bantu. Kamu adikku satu-satunya. Sofi, setiap orang yang datang menetap di hati atau sekadar singgah lalu kemudian pergi meninggalkan, yakinlah bahwa mereka semua adalah guru yang jagat raya persembahkan yang akan memberikan pelajaran penting yang baru atau pelajaran lama namun dengar warna yang berbeda kepadamu. Kamu faham maksudnya?” Ucapku Sofi tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala.
Aku lanjut berkata, “Kadang aku sendiri memaknai kehidupan ini adalah kumpulan pengulangan seperti yang dikatakan Nietzsche. Kita punya masalah lalu mencari solusi dan selsai, kemudian punya masalah lagi, mencari solusi dan selesai, terus seperti itu. Mungkin tugas kita sebagai manusia mesti memberi makna pada setiap peristiwa yang menimpa kita, misalnya saat kamu patah hati karena putus cinta kamu jangan memaknai “Ditinggalkan pacar” tapi cobalah maknai bahwa kamu sedang diselamatkan dari orang yang tidak baik”
Air mata sofi semakin deras, menangis dan dengan tiba-tiba memelukku. Aku biarkan Adikku menangis sampai selsai dalam pelukanku. Dan akhirnya aku ajak sofi untuk masuk ke dalam kamar dan istirahat.
Cerpen Karangan: Wahyu Nugraha