Di waktu transisi antara pagi ke siang, terdapat obrolan santai dua sahabat yang sudah bersahabat sejak sd di sebuah warung kopi yang sedang sepi sunyi. Sayangnya, Andi dan Farzan sekarang sudah tidak satu sma. Hal itu disebabkan keduanya berasal dari golongan ekonomi yang berbeda. Andi dari keluarga yang berada, sekolah di salah satu sekolah swasta yang lumayan menghabiskan uang di kantong. sedangakan, Farzan yang dari keluarga yang biasa biasa saja, hanya sekolah di salah satu sekolah negeri. Walau begitu, mereka masih sering bertemu sambil bencengakrama dan bersenda guru.
Banyak topik yang mereka surah sering bahas di warung kopi itu, mulai dari video game, anime, wanita sampai ke agama dan politik. “Andi, lu tau gak niki baru aja ngeluarin sepatu terbarunya,” Farzan berbicara dengan nada kagum. Andi yang sedang menikmati kopinya pun hanya memasang wajah binggung dan heran, kenapa Farzan tiba tiba mengganti topik pembicaraan yang tadinya membahas masalah keluarga ke masalah sepatu? Sayangnya sepatu tersebut sangatlah mahal, Farzan perlu mengumpulkan 5 lembar kertas 100 ribu jika ingin membelinya. Tentu saja, Fardan tidak mampu membelinya.
“wah, mahal sekali sepatunya,” kata farzan sambil mengisyarakatkan maksud tertentu “Berapa memangnya?” tanya Andi “500 ribu Di, boleh gak gua pinjem duit buat beli sepatunya,” Farzan memohon “500 RIBU? Zan, lu kerasukan apa sih tiba tiba ngidam sepatu terus minjem 500 ribu. lagian kan lu juga udah sering minjem duit ke gua,” Andi membentak “tolonglah di, elu kan tinggal di perumahan elite. masa gak bisa minjemin 500 ribu aja,” mohon Farzan “ya gak gitu juga, masa gua minjemin duit ke elu cuman buat menuhin nafsu lu doang. Seharusnya lu jangan terlalu gunain duit buat hal yang lu gak butuhin, kan sepatu lu masih punya,” Andi menasihati Farzan pun hanya bisa pasrah dan wajahnya lemas tak berdaya diceramahi Andi.
Tiba tiba Farza pun dapat ide, dia langsung menanyakan seorang anak dari orang yang kaya raya bernama vincent. Kebetulan vincent tinggal di dekat rumah Andi dan dia juga merupakan teman SD Farzan dan Andi. Farzan pun menyuruh Andi untuk meminjam duit kepadanya dan dia berjanji dia yang akan menggantinya.
“Vincent Anak DPR Itu? gak ah, lu aja sendiri sana,” kata Andi “hah anak DPR. Pantesan waktu SD dia jajan 50 ribu sehari. Jangan jangan nih duit yang dipakenya duit hasil korupsi bapaknya” Farzan pun langsung menjelekan ayah vincent dengan berkata kalau ayahnya seorang tukang korupsi. “GAK boleh begitu zan, tidak semua anggota DPR tukang korupsi” “LAH, Lu liat aja di berita, banyak kok Anggata dewan yang korupsi” Merekapun berdebat tentang perkorupsian anggota dewan. Pada akhirnya Farzan pun mengalah dan bilang ke Andi. “yaudah kalau bapaknya gak pernah korupsi, lu bilang ke dia buat minjem duit lah,” dengan nada ngegas sambil menarik baju Andi ke atas. Andi pun langsung ketakutan. Maklumlah, badan andi sangat kecil jika dibandingakan dengan badan Farzan jadi kalau mereka berdua bertengakar kita sudah tau siapa yang akan menang.
Akhirnya Andi pun pergi menemui vincent di rumah besarnya. Belum sempat menginjakan kaki ke rumah vincent yang mewah nan megah itu, ada seseorang berjalan dengan berbagai macam aksesoris menempel di tubuhya, seperti kacamata hitam, headset di telinganya, pakaian dan sepatu mahal. Ya, dia adalah vincent yang kebetulan sedang berjalan jalan di sekitar kawasan rumahnya.
“vincent, kebetulaan banget ketemu lu disini,” sapa Andi “eh Andi, baru selesai jogging nih gua. gua langsung pulang yah, capek” respon vincent sambil meembukaa heasetnya “Tungu tunggu, jangan pergi dulu” “Ada apa sih, gua buru buru nih pengen ketemu pacar gua. Pengen makan bareng di restoran.” “Wihh, dah punya pacar lu sekarang. keren banget, tapi lebih keren lagi minjemin duit 500 ribu ke gua” “Yah, ada maunya lu. Hutang kemarin aja belum dibayar”
Andi pun binggung tidak berhasil mendapat duit 500 ribunya. Namun, Andi tidak menyerah begitu saja, dia terus memohon mohon ke vincent agar dipinjamkan uang. Tak tahan dengan Andi yang merengek rengek seperti bayi, vincent pun pada akhirnya meminjamkan uang kepada Andi, “Nih, duit” uangya dilempar oleh vincent. “wih benerin dikasih dong 500 ribu” Andi berbicara dalam hati
Akhirnya Andi pun balik ke warung kopi dan menemui Farzan disana. Namun, saat Andi ingin memberi uangnya kepada Farzan, tiba tiba saja Andi terpikirkan suatu perbuatan yang biasa dilakukan pejabat pejabat. Ya, apalagi kalau bukan korupsi. Kebetulan uang yang diberi Vincent berbentuk pecahan dua lembar senilai 250 ribu. “Duit segini kalau semuanya dikasih ke farzan sayang banget, bisa gua beliIn item game mahal di game nih. Gimana kalau gua kasih Farzan setengahnya aja” Kata Andi dalam hati “mana sini duitnya, ada gak?” tanya Farzan “Anu zan, katanya tadi vincent duitnya lagi sedikit. Makanya gua cuman dikasih 250 sama dia. Tenang aja, 250 nya nyusul kok katanya” “aduh gimana sih, padahal gua butuhnya sekarang. katanya anak dpr, kok 500 ribu aja gak ada. kurang korupsi kali nih bapaknya” “Ya ndak tau kok tanya saya”
Akhirnya mereka berdua meninggalkan warung kopi dengan perasaan yang berbeda. Andi yang senang sekaligus lega kebohonganya tidak ketahuan oleh Farzan. Sedangakan, Farzan yang meninggalkan warung kopi itu dengan perasaan kesal karena tidak bisa mendapat uang 500 ribu.
Di perjalanan pulangnya Farzan sepanjang jalan hanya bisa murung seperti sudah tidak ada semangat hidup dalam dirinya. Hanya perkara tidak bisa mendapatkan sepatu impian saja dia sampai segininya. sepenting itukah sepatu itu dalam hidupnya? Tiba tiba saja ada seseorang lewat dengan wajah kesal di depanya. Orang itu adalah vincent yang sedang kesal karena duitnya habis dipinjami oleh Andi. Farzan pun yang sudah lama tidak bertemu denganya langsung mendekati dan menyapanya.
“vincent.” Andi menyapa lalu vincent menoleh ke arahnya dan merasa sedikit binggung . “Lu Vincent kan? gua Farzan temen sd lu” “Andi? Oh ya ya, udah lama kita gak ketemu” “kenapa muka lu? Kayak kelihatan kesel gitu” “Gini, tadi si Andi temen SD kita maksa gua buat minjemin duit ke gua 500 ribu. gua kesal jadinya, padahal hutang yang kemarin kemarin juga belum dia bayar.” “Wah, tukang ngutang juga rupanya dia. Tapi.. bapak lu bukanya pejabat? Uang segitu mah gampang kali lu minta lagi.” “Bukan masalah dapetin uangnya. Tapi ini masalah tanggung jawab, dia harusnya sebagai teman tanggung jawab bayar hutang hutang yang kemarin, ini malah gak tau diri minjem uang lagi yang paling buat menuhin nafsunya doang.” “Kurang ajar emang, selama ini dia sering ceramahan gua biar jangan terlalu sering ngutang, eh dia malah sering ngutang juga.” “Gua ada ide nih, lu kan dulu jagoan pas SD, lu bantuin gua dong buat ngasih dia pelajaran. Yaa… lu tau dong pelajaran kyk gimana.” “Lu pengen gua ngehajar dia?” “Iya, tolong dong! Lu tau sendiri kan fisik gua lemah, kalau ribut sama dia pasti gua bakalan kalah. Kalo lu kan dulu sering berantem pas SD, jadi fisik lu pasti kuat. gua kasih seratus ribu dah sebagai upah.”
Farzan pun memikirkan tawaran yang diberi oleh Vincent. Dia pun sangat bimbang antara harus menghajar sahabat karibnya atau tidak akan mendapat uang 100 ribu. Namun akhirnya, dengan rasa sedikit bersalah dia memilih mendapatkaan uang 100 ribu dengan menghajar sahabat karibnya. Farzan dan Vincent pun pergi mencari keberadaan Andi.
Ditengah perjalanan Farzan dan Vincent melihat Andi yang baru keluar dari minimarket. “itu Andi kan” kata Farzan. “noh kan bener gua bilang apa, pasti dibuat top up duitnya” Sahut Vincent. “Samperin gak nih?” tanya Farzan. “yaudah ayo!” jawab Vincent.
Akhirnya mereka berdua pun langsung mendekati Andi, tanpa banyak basa basi, Farzan pun langsung menghajar Andi dengan membabi buta hingga Andi babak belur. “Ampun ampun, ada apasih ini. Kok gua tiba tiba dihajar gini,” Andi yang kesakitan pun bertanya, apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa sahabatnya sendiri memukulinya bagai samsak yang hidup. Namun, demi uang 100 ribu Farzan hanya diam melihat temanya babak belur padahal, dalam hatinya dia sangat menyesal memukuli sahabat karibnya sendiri hanya demi uang. Tidak lupa, setelah memukuli Andi, rasa bersalah pun juga menghantui dirinya.
Setelah dengan tega memukuli sahabatnya sendiri Farzan pun diberi uang 100 ribu oleh Vincent sesuai kesepakataan yang sudah dibuat oleh mereka berdua sebelumnya. Namun, uang yang diberi Vincent masih kurang untuk menebus keinginan yang Farzan mau. Total hanya 350 ribu yang terkumpul, Farzan pun pulang ke rumah dengan perasaan kurang puas.
Saat Farzan sudah hampir sampai ke depan rumahya sudah ada kakak laki lakinya yang paling dia benci sudah menunggunya disana dengan wajah agak kesal. Farzan sangat tidak menyukai saudaara laki lakinya itu dikarenakan sikapnya yang terlalu otoriter dan suka menyuruhnya dengan semena mena. “woy lama banget, mana duitnya. Udah dapet belom duitnya?” tanya kakaknya. “ada nih.” Dengan cepat Tangan sang kakak langsung merebut uang yang sedang dipegang Farzan. Ternyata selama ini Farzan mengemis uang bukan untuk sepatu, melainkan dia dipaksa kakaknya untuk mencari uang 500 ribu. “apaan nih kok Cuma 350 ribu? Segini mana cukup buat gua makan di restoran mahal sama pacar,” kakak Farzan marah. “ahh capee gua… itu kan dh lumaayan gua bisa dapet 350 ribu. Emang makan di restoranya gak bisa ditunda dulu sampe duitnya terkumpul? Kita ini orang susah kak susah,” kata Farzan dengan nada kesal.
Ditengah suasana yang sedang memanas tiba tiba terdengar deringan suara elefon dari kantong sang kakak, rupanya pacarnya lah yang menelepon.
“Iya sayang, ada apa?” Sang kakak menjaawab telefon dari kekasihnya “Kita gak jadi makan di restoran yah,” kata sang pacar “Lho kenapa?” “Abisnya kamu cuman bisa janji dan janji. Kamu tuh udah janji sama aku dari 4 bulan yang lalu tapi belum juga ditepatin” kata pacar sang kakak dengan nada kesal “Sabar dong sayang, ini aku lagi usaha nyari duitnya.” “Kita putus aja yah, soalnya aku udah punya yang baru. Dia orang kaya, anak pejabat, gak kayak kamu miskin.” “Yang, kok kamu tega sih ninggalin aku begitu aja.” “Udah yah ini aku pengen berangakat ke restoranya sama pacar baruku dadah.”
Tiba tiba suara Vincent mucul di telefon. “Yang, jadi gak ke restoranya, kok malah teleponan sih?” ujar Vincent “Oh iya, bentar yang. Udah dulu ya telfonanya dah.” Sambungan pun terputus.
Kakak Farzan kesal setelah dia mendengar apa yang dikatakan pacarnya. “Ahh dasar cewe matre, gua diputusin nih sama pacar gua gara gara lu nyari duitnya kelamaan,” kata sang kakak dengan amarah yang sudah sangat naik pitam. “kok.. gua sih yang kena.” Dikarenakan sudah tidak kuat lagi menahan amarahnya akhirnya sang kakak menjadikan Farzan adiknya sendiri sebagai samsak. Buak buak, hantama demi hantaman mengarah ke tubuh Farzan, dia hanya bisa pasrah menerima pukulaan dan tendangan itu hingga babak belur.
Akhirnya, dia merasakan apa yang sahabatnya rasakan tadi. Sungguh persahabatan yang tiada tara, Sahabatnya babak belur dia pun juga babak belur.
Cerpen Karangan: Rasdan