Entah mengapa sampai detik ini aku masih tidak menyangka dengan semua ini. Pria yang selalu ada untukku akhir-akhir ini. Iya dia, sosok yang aku temui dua tahun yang lalu. Pertemuan yang tidak tertuga dan sekarang kita menjadi sepasang kekasih. Disaat aku ingat dengan semua itu, membuat jantung ini tak berhenti berdebar.
Hai, aku seorang gadis yang ceria dan sedikit manja. Seorang gadis yang selalu bahagia karena telah dimiliki seseorang yang ia cintai dua tahun yang lalu. Serta seorang gadis pemilik nama Aqilatunnisa Khairiyah biasa dipanggil Aqila. Kata ayah, arti namaku sangat bagus dan ia sangat menyukainya, kalau tidak salah arti namaku adalah pemilik kepribadian yang unggul dan pandai bersyukur serta selalu bersikap baik. Menurut kakak, ayah memberikan namaku seperti itu ia berharap aku memiliki sifat seperti arti namaku yang indah itu.
“Na, kamu makan ya. Mau aku suapin apa makan sendiri, kasian perut kamu harus isi dulu nanti lanjut lagi ngerjain tugasnya” perintah seseorang yang ada disampingku. Dia membawa makanan lezat tentunya itu adalah makanan favoritku.
Kalian ingin tau dia siapa? Dia adalah seorang pria yang aku cintai. Ya, dia adalah Raka Avaizy. Pria pemilik kulit kuning langsat yang cerah dan seorang kapten pemain basket. Dia adalah pria yang sangat perhatian padaku setelah ayah dan kakak.
Setelah kepergian ayah satu minggu yang lalu, aku merasa dunia tidak adil sebab dengan teganya memisahkan aku dengan kedua pria yang aku cintai di dunia ini. Setelah kepergian kakakku satu bulan yang lalu karena kecelakaan ketika dia sedang bekerja, eh satu minggu yang lalu ayah pun meninggalkan aku dengan bunda. Jadi sekarang bundalah yang harus mencari nafkah untuk sekolahku.
Awalnya aku meminta bunda untuk pindah sekolah agar bunda tidak perlu mengeluarkan uang yang banyak untuk sekolahku. Namun bunda menolaknya, padahal aku tak apa bersekolah di SMA yang biasa saja tapi bunda tetap memaksaku tuk bertahan di sekolah itu.
“Bunda tak lelah kok untuk membiayai kamu di sekolah itu. Uang bunda juga masih cukup untuk kamu sekolah disana, apalagi sebentar lagi kamu mau lulus SMA” “Tapi bunda, biaya sekolah disana sangat mahal” “Gakpapa kok, kan masih ada uang tabungan bunda sama ayah … bunda juga punya perusahaan jadi tak masalah. Tugas kamu hanya belajar, selalu bahagia, dan yang paling penting jangan pernah sombong. Mengerti?” “Mengerti Bunda.”
Seperti hari-hari biasanya, setiap pagi Raka selalu menjemputku untuk pergi bersama ke sekolah. Namun pagi ini entah ada apa Raka menjemputku pagi sekali.
“Raka tumben kamu jemput aku sepagi ini?” tanyaku curiga. “Aku mau ajak kamu sarapan di kantin bareng. Aku tau bunda lagi keluar kota dan bunda nyuruh aku buat ajak kamu sarapan bareng” “Ya ampun, ya udah deh” “Ya udah gimana nih?” “Ya udah ayo berangkat, katanya mau sarapan di kantin” “Ouh iya, ya udah ayo.” Raka menggenggam tanganku erat dan membawaku menuju motornya tak lupa aku mengambil tas yang berada di sopa ruang tamu dan mengunci pintu terlebih dahulu.
Sesampai di sekolah aku memberikan helm kepada Raka dan ia menyambut dengan baik uluran tanganku. Aku melihat ke sekeliling terlihat sangat sepi dan ternyata masih pukul 06.15 yang tertera di jam tanganku. Sungguh aku belum pernah berangkat sepagi ini.
Aku melihat Raka yang dengan sigap langsung menggengam tanganku dan membawaku menuju kantin. Suasana kantin sama halnya yaitu sepi dan hanya ada beberapa orang. Aku disuruh menunggu sedangkan Raka jangan kau tanyakan yang pasti ia sedang memesan makanan.
“Khai?” panggil Raka yang telah siap dengan dua porsi nasi goreng diatas meja dan dua teh hangat yang ia bawa. “Hah, ada apa?” “Makan dulu nih” “Okey” “Makan yang banyak.”
Kalian pasti bingung mengapa Raka memanggilku Khai sedangkan yang lain memanggilku Aqila. Kalau kata Raka, Khai lebih indah dan itu pantas untuk panggillan _special_ untukku. Aku mendengar alasannya itu membuatku tertawa terbahak-bahak sejujurnya aku tidak pernah menyiapkan panggilan _special_ unntuknya sedangkan dia, sudahlah tak usah aku ceritakan.
Dulu waktu kakakku masih ada, ia pernah berkata jika Raka cocok untukku dan dia merestui hubungan kita. Bahkan kakak sampai menyiapkan hari ulang tahunnya dulu bersamaku, entah mengapa kakak bisa bersikap sangat hangat kepada Raka. Padahal dulu jika aku ketahuan pacaran oleh kakak pasti selalu melarangku bermain bersama kekasihku kecuali harus ditemani olehnya, sedangkan Raka. Entahlah mungkin kakakku percaya padanya.
“Kakak kenapa kakak sangat menyukai Raka?” tanyaku padanya yang sedang asik bermain game, tentunya bermain game bersama Raka. “Karena kakak percaya dan suka padanya” jawabnya tanpa menoleh sedikitpun padaku. “Kenapa kakak bisa percaya kaya gitu sedangkan dulu …” “Dia beda Qil” “Beda apanya kak?” “Suatu saat kamu pasti tau” “Ih, kakak mah kebiasaan” rengekku. Kakak melihat kearahku dan mengacak rambut bagian atasku. “Udah jangan ngambek, nanti kamu juga tau sendiri kok Qil.”
Iya kakak, sekarang aku sudah tau alasan kakak mengapa kakak percaya pada Raka. Kak, jika kakak masih ada mungkin kakak akan bahagia menyambut ulang tahunku yang ke tujuh belas tahun. Namun sayang, kakak udah nggak ada jadi nggak bisa merayakan bersama.
“Kak Akhtar Bilfaqih” teriakku pada kakak yang tak kunjung membuka pintu kamarnya. “Ada apa?” jawab kakak yang menatapku lembut dicelah pintu kamarnya. “Jangan lupa nanti malam oke” “Emangnya ada apa?” “Ih, kakak lupa!” “Kakak ngga lupa kok de. Nanti kakak yang akan menjadi orang pertama yang mengucapinya” “Oke bagus. Tahun depan juga” “Tahun-tahun berikutnya pun” “Beneran! Kakak janji ya” “Iya.”
Kakak, kakak udah janji loh mau jadi orang pertama seperti biasanya tapi mengapa kakak pergi. Padahal sebentar lagi loh kak, mungkin sekarang orang pertamanya bunda kalau dia sudah pulang dari luar kota atau mungkin Raka.
Cerpen Karangan: Usnah Nurdiana