Pagi ini, matahari menyapaku dengan sinarnya. Kulitku terasa hangat seolah-olah cahaya memelukku. Menyelamatkanku dari dinginnya pagi. Kurekahkan harapan untuk menepis kabut kelam.
Kulihat bendera merah putih yang masih berkibar di depan rumah, sisa dari acara 17 agustus kemarin. Rasa nasionalisme ini tampak menakutkan oleh semangatnya saat melihat bendera pusaka. Merah darah juga putih tulang manusia. Kemanusiaan itu seperti terang pagi ini.
Akan tetapi, orang-orang telah memuat bendera merah putih mereka usai perayaan 17 Agustus kemarin. Apa-apaan ini? Apa salahnya jika ia berkibar setiap hari? Apakah bendera itu menutup rumahmu yang cantik itu? Mengapa rasa nasionalisme mereka seperti itu? Apa yang mereka rasakan jika memiliki sifat nasionalisme? Entahlah.
Baiklah, aku siap untuk pergi ke pagi ini. Aku ingin melihat para junior yang sedang berlatih teater untuk hari sumpah pemuda besok. Apakah mereka berseni dengan rasa nasionalisme atau berseni karena sentuhan hari sumpah pemuda besok? Saya tidak tahu, berlatih saya tidak sabar ingin melihat mereka.
Setelah 30 menit perjalanan menuju kampus akhirnya saya sampai. Dengan damai aku ke sanggar tempat mereka berlatih.
“Selamat pagi semuanya!” Ucapku dengan semangat. “Pagi kak agung!” Jawab mereka dengan senyuman pagi yang masih matang. “Baguslah, mereka bersemangat sepertiku.”
Tiba-tiba datang selembar kertas terbang ke arahku, jatuh di depan kakiku. Tulisan ini lengkap dengan tulisan dan setelah itu adalah isinya teks sumpah pemuda. Seorang pemuda berlari ke arahku mendorong surat yang terlanjur aku pegang.
“Maaf kak itu kertas saya hehehe.” “Kamu hanya menghafalnya?” “iya kak untuk upacara yang akan dilaksanakan dalam rangka sumpah pemuda nanti” “apakah kamu hanya menghafalkan tetapi tidak melakukannya?” “sekarang kan Indonesia sudah merdeka kak jadi tidak perlu dikhawatirkan kita harus mengikuti langkah pemuda zaman dahulu” “Mengikuti mungkin, tapi pemuda sekarang lebih mengagungkan Negara lain. Contoh kecil yang akan saya beri tahu apakah Anda melihat akun profil game apapun yang pasti ada orang Indonesia yang mengubah bendera akun mereka menjadi bendera asing. Benar tidak? Apa alasannya? Lebih keren bendera asing Malu pakai bendera Indonesia? Dari situ sudah kelihatan kalau dia tidak nasionalisme dan tidak akan terhormat Negaranya sendiri.” Pemuda itu mengangguk lagi dan tetap mendengarkanku Berbicara.
“Ingat, sampai kapan pun tidak ada yang namanya kebebasan. Kamu akan terus terjajah oleh bangsamu dan diri sendiri. Dahulu kita dijajah Negara lain atas nama kolonial, setelah meredeka kita masih bisa dijajah. menjajah sendiri atas obsesi dan kehendak berkedok nafsu demi eksistensi yang membawamu ke arah yang sesat. Apa yang Anda tidak sadari bahwa Anda tidak merawat jiwa nasionalisme dan melupakan bagianmu yang rapuh?” Tambahku. “Saya bersedia kak. Saya akan mencintai tanah air dan menjadi pemuda berkarakter tinggi. Saya akan mengajak teman yang lain untuk menghayati sumpah pemuda ini.”
Keesokan harinya pada tanggal 28 oktober pemuda itu membacakan sumpah pemuda dengan semangat nasionalisme. Aku mengerti, dia membacakan sumpah pemuda itu dengan hati yang membara. Tatapan matanya yang tajam menandakan bahwa sumpah pemuda yang disuarakannya itu bukan sumpah main-main. Merinding membuat semua siswa ikut membacakan sumpah pemuda itu secara serentak dan kuat. Bayangkan jika semangat ini diterapkan ke semua pemuda yang ada di Indonesia. Indonesia takkan terkalahkan dengan sumpah pemuda yang membara dalam hati para pemuda nasionalisme.
Cerpen Karangan: Nadyahafachiara Blog / Facebook: Nadyahafa Kelas: 8.1 Seorang penulis
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 25 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com