“AAAA IBU!, SUDAH JAM BERAPA INI!!” teriakku bangun melihat matahari yang telah terbit, “Ini masih jam 7 pagi kenapa ribut?” sahut ibu membuka pintu dan duduk di ranjangku “Ibu hari ini ada rapat Siswa/Siswi di kampusku, dan rapatnya setengah jam lagi! Aaaaa!” aku segera turun dari ranjang, mandi, tanpa sarapan aku berangkat “Sampai jumpa ibu!”.
Aku mempercepat sepeda motorku, sampai di parkiran aku melihat ada banyak anak di lapangan aku segera menuju ke kelas menaiki tangga tanpa mempedulikan tali sepatuku yang lepas aku terjatuh dan dahiku terluka aku kembali berdiri menuju kelas saat membuka pintu aku melihat seorang lelaki. Dia tampan tinggi, bahkan aku sebahunya terlihat dari tampangnya dia pintar juga sopan.
Aku meletakkan tasku berlari menuju ke lapangan sebelum itu ketika aku hendak menutup pintu kelasku ia menyapaku “Hei!” sapa lelaki itu “Ya..” jawabku membalikkan badanku ia menarikku ke dalam kelas dan menutup pintu kelasnya “Hei kenapa kau ini!, aku tak punya banyak waktu untuk berbicara denganmu rapatnya akan segera di mulai” aku meneriaki dia tetapi ia terus melihat dahiku yang terluka “Apakah kau sadar bagaimana keadaan dahimu?” tanya lelaki itu “Mm ya kenapa ini tidak seberapa sakit jadi kumohon minggir” aku mendorongnya dan lelaki itu memegang tanganku berusaha menghentikanku “Kau harus dibawa ke UKS kau terluka dan harus diobati jika tidak itu bisa infeksi dan bisa merusak tupang juga emm mungkin saraf otakmu” jelasnya “Hmm mana mungkin ini sedikit gak banyak” aku berkata seperti itu sambil menahan sakit sebenarnya sakit banget. Darah yang ada di dahiku mulai bertetesan di lantai tangga “Hei darahmu keluar banyak itu bisa mengakibatkan pusing kau akan pingsan nanti” sahutnya menghentikanku yang berjalan turun tangga “Tidak peduli yang penting aku bisa mengikuti rapatnya pergi sana!” teriakku.
Setelah berbaris dan mendengarkan instruksi dari kepala kampus untuk mengahadapi perlombaan terutama yang jadi pemain utama, terik matahari mulai menyambar dan anak-anak mulai mengibas-kibaskan tangannya. Ketika aku melihat matahari terasa kepalaku pusing sebenarnya ibu kepala kampus tadi sudah memeringatkanku untuk diobati terlebih dahulu baru bisa mengikuti rapatnya, tetapi aku bandel aku hanya ingin mendengarkan rapat itu karena sangat penting bagiku.
BRUUUK “Hei ada siswi pingsan!, medis cepat tangani dia!” kata salah satu OSIS yang menjaga di bagian tengah, itu bukan aku yang pingsan melainkan Beasya ia adalah tergolong anak yang lemah tetapi ia pintar dalam ilmu matematika. “Astaga, kenapa aku pusing sekali bumi ini seperti berputar-putar” kataku “Hei jika pusing segera ke belakang dan menuju ke UKS sebelum kau pingsan” kata Intan sahabatku menyarankanku agar ke UKS sebelum aku pingsan, aku menuju ke belakang sambil memegang dahiku yang masih penuh darah entah apa yang terjadi padaku aku membandel tak mau diobati ini yang terjadi, darahku semakin keluar banyak, aku terjatuh tepat di lelaki yang kutemui di kelas tadi seketika ia menangkapku dan memandangku tetapi aku sudah menutup mataku terlebih dahulu “Hei dia pingsan, sini kubawa ke UKS”, “Tidak, terima kasih Merisa biar aku yang membawanya kau terlalu lelah dari tadi menolong guru-guru” kata lelaki itu. Dia membawaku ke UKS dan membaringkanku.
“Uhh..mm aku di mana.. UKS ehh bagaimana?” “Hei jangan bangun dulu tetap berbaring kau masih belum pulih dengan darahmu itu” teriak lelaki itu “Mm terima kasih ya, maaf aku tidak mendengarkan kata-katamu” aku menyesal krn merepotkan “Hei tak apa-apa yang penting kau selamat dan tak ada luka parah” “Kau.. biasanya lelaki tampan sepertimu marah-marah, ini tidak” sahutku sambil mengangkat kedua tanganku “Hei gelang dari siapa itu?” tanya dia “Hei kenapa kau terlalu kepo?” aku berbalik tanya “Mm hanya ingin tahu” “Oh ya?” “Kau itu sebenarnya cantik tapi bandel” “Memang aku akui gua bandel dan lu cowok yang dikategorikan terlalu sabar” “gua mau panggi lu IncessNyasarr” “Apa tuh artinya..” “Putri yang nyasar ga tau jalan hahahah”
Saat aku melihat ia tertawa, dia sepertinya lelaki yang sabar, tetapi ia tegas dan baik tak seperti yang lain. Entah kenapa aku mulai merasa suka padanya. “Ya aku suka padanya..”
“Apa?, lu bilang apa?” “Emm tidak gua suka Doraemon lho aku suka dia hehe” “Oh ya salam kenal gua Rio” “Nama-nama pasaran, salam kenal jugak gua Devinandra” “Pantes lu bandel namanya aja kayak laki-laki”
Hari hari telah berlalu 9 bulan kami sangat akrab dan kami mulai bersahabat kami banyak menghabiskan waktu seperti 2 orang kekasih. Ya kurasa aku suka padanya
Tliiit.. tliiit.. “Halo Rio, ngapain tumben telfon?” “Eh IncessNyasar, bisa ketemuan di cafe biasanya gak sekarang gua mau kenalin temen gua siapa tau lu bisa akrab sama dia” “Oke lha gua berangkat” “Oke hati-hati ya dah” “Oke dah..”
“Ibu, aku mau ke cafe biasanya yang aku keluar sama Rio” “Ohh iya hati-hati jangan lupa bawakan ibu MilkCoffe ya” “Oke ma dadah!” “Daah”
Sampai di cafe itu, aku kaget melihat seorang perempuan sedang canda tawa dengan Rio. “Halo Devi, aku Siska si mantannya Rio” “Ohh iya, eemm mantan?” tanyaku heran “Ya dia ke sini mau ngajak aku balikan dan ngundang elu” “Apa.. ba..balikan sama mantan lu Rio?” “Nggak!, dia bohong gua cuman mau memperkenalin lu berdua kok sumpah” “Lu udah merusak kepercayaan gua yo!, gua selama ini percaya kalau lu gak ada orang lain ternyata.. lu bohong sama gua lu merusak kepercaan gua! udah gua mau pergi selamat berbahagia!” “Devi tunggu!!, dev!, dia bukan siapa-siapaku dev!, DEVI!”
Aku menghiraukan panggilan dari Rio dan berangkat pulang, saat di perjalanan kulihat di kaca sepionku ada Rio yang mengikuti. Aku mempercepat sepedaku sedang kan Rio hampir dekat di belakang
“DEVI BERHENTI!” “NGGAK AKAN!, NGAPAIN LU NGIKUTIN!” “DEV AWAS ADA PALANG PINTU KERETA DEV!” “Palang?”
Seketika aku membalikkan badanku ke depan lalu sepedaku menabrak palang pintu aku terlempar di tengah rel kereta, ketika aku membuka mataku aku melihat Rio yang berlari dan di sebelah kananku ada kereta yang melaju. Seketika aku segera bangkit tetapi tak bisa rasanya tubuhku remuk terkena besi tadi, dahi yang sudah sembuh ini kembali mengelurkan darah.
Aku berjalan perlahan sedangkan kereta hendak mendekatiku Rio yang ingin menyelamatkanku pun tersandung tidak ada siapapun di sini jalan ini sepi.. penjaga palang pintu kereta pun masih jauh utk menyelamatkanku. Ketika aku berjalan aku berhenti apakah sudah takdirku untuk mati?, kulihat Rio bangkit dengan luka di lengannya aku berusaha berjalan tetapi tubuhku memerintahkan untuk jatuh kembali aku tak sanggup lagi tuk bangun. Kereta datang, kereta itu agak pendek jadi sedikit bergeser dengan tanah aku berdiri lagi sambil menangis.
“Rio!” Rio yang masih berlari hendak mendekati palang pintu pun tak berhenti “Devi awas!!” “Rio aku mencintaimu!” BRAKKK…
Beberapa hari kemudian.. “Ehh di mana aku, aku masih hidup..” Aku kembali mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
“Kau sudah pulih Devi?, bagaimana keadaanmu?” “Intan!, bagaimana kau bisa tahu aku ada di rel kereta saat itu?” tanyaku “Saat itu aku mengendarai sepeda motor sblm kereta itu melahapmu habis aku menarikmu ke belakang kau sudah pingsan” “Ohh begitu”
“Kau mencintai Rio bukan?” tanya Intan “Ya aku mencintainya tapi dia sudah punya” jawabku “Tidak Siska itu hanya teman biasa Rio kau saja yang terlalu salah paham” “Kau benar, di mana ia sekarang” “Tadi baru saja aku menelfonnya katanya dia masih ada di rumahmu proses pencarianmu bersama polisi” “Oh mereka tidak tahu aku di sini?” “Tidak hehe aku belum memberitahu aku akan menelfon ibumu” “Oke”
Aku kembali ke rumah sejetika senyum di keluargaku kembali menyinariku. Ketika keluargaku pergi ke kantor polisi untuk suatu urusan aku diperbolehkan tak ikut jadi aku di rumah bersama Rio yang menemaniku.
“Kau masih hidup aku sangat bersyukur, lain kali jangan salah paham dulu!” “Hush jangan banyak bicara gua membencimu saat ini” “Maaf kan sudah kubilang Siska bukan siapa-siapaku” “Iya aku tahu dari Intan” “Lu cinta sama gua kan?” tanya Rio “Emm, akhirnya lu tahu”
“Sebenarnya sejak di UKS gua sudah jatuh cinta padamu juga, lu maukan jadi pacar gua?” “Malas takut tidak setia” sahutku “Ehh gua setia orangnya, gua janji akan selalu menjaga elu” “Ya gua mau!” “Makasih..” “gua yang makasih”
“gua merasa kita ditakdirkan gak sih?” “Mana gua tahu.. yuk ke kamar, gua punya koleksi foto artis-artis banyak!” kataku menariknya menuju ke kamarku “Wah bagi satu dong” “Kaga mau!”
THE END
Cerpen Karangan: Ridha Febiasri
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 16 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com