Tiara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, dengan gusar dia duduk di pojokan kamarnya. Rasanya tidak ada lagi yang harus diperjuangkan dari hidupnya sekarang. Hatinya gelisah, pikirannya entah kemana saja, bahkan sekarang dia seperti orang linglung
Beberapa hari ini selera makannya sudah tak lagi ada. Isi pikirannya hanya sebatas “bagaimana aku dihari selanjutnya.”
Tidurnya pun sudah tidak senyenyak biasanya, itu dikarenakan halusinasinya yang berlebihan. Terkadang dia selalu mendengar jerit tangis bayi hingga ia histeris, keluarganya pun hingga bingung menghadapinya. “Kumohon berhenti, aku tak ingin mendengarnya lagi”, isaknya. Hampir tiap malam dia mendengar suara bayi, padahal tetangganya tidak ada yang baru melahirkan.
Dan bukan tanpa alasan dia menjadi seperti itu tiap malamnya. Ini terjadi setelah sebulan yang lalu dia menghampiri Harman, pacarnya di club malam biasa mereka berkumpul.
“Man, Aku hamil”, Ujar Tiara sambil menahan isak tangisnya. Pandangan lelaki itu langsung linglung, namun dengan cepat ia menetralkan perasaannya. “Kok kamu ngomongnya sama aku?”, Ucap Harman dengan suara tertahan, takut-takut ada yang mendengar percakapan mereka. “Bukankah aku sudah cerita kalau aku sudah telat datang bulan selama sebulan ini?” “Ah.. Mungkin kamu hanya kelelahan sayang, telat datang bulan bukan berarti kamu hamil kan?” Sahut Harman dengan cepat. Sungguh dia tak pernah menginginkan percakapan ini terjadi padanya. Dia tak ingin menjadi seorang ayah dalam waktu dekat ini. Dia masih ingin melanjutkan kuliahnya.
“Tapi aku sudah pakai Test-pack, Dan hasilnya memang aku hamil, Man.” Air matanya perlahan turun. “Kita Harus Bagaimana?” Harman mencengkram kuaat bahu Tiara, “Aku akan tanggung jawab, tapi ini sangat memalukan, Ra. Kita masih sekolah, aku masih ingin mengejar cita-citaku.”, “Lalu harus bagaimana?”, “Kita gugurkan saja, kita tidak bisa membiarkan bayi itu lahir. Bagaimana masa depanku? Bagaimana juga masa depanmu, Ra? Kamu tidak mau kan Orangtua kita menahan malu?” Seketika tangis Tiara pecah, dunia seakan tidak berputar lagi untuknya. Disatu sisi dia tak ingin mengugurkan kandungannya namun perkataaan pacarnya itu ada benarnya juga.
“Tak apa, aku takkan meninggalkanmu. Setelah kita gugurkan dia, kita berjalan seperti biasayaa saja. Kau tak perlu khawatir, Ra.” Ucap Harman dengan mantap untuk meyakinkan sang kekasih.
Keesokan harinya, mereka mendatangi rumah yang mereka tahu dari teman mereka yang pernah juga melakukan aborsi, samar-samar Tiara mendengar suara jerit dari dalam rumah. wajahnya kini pucat pasi, baru saja ia ingin mengurungkan niatnya untuk aborsi namanya sudah dipanggil. “Tiara Lesmatari”, “Ayo Ra”, Ucap Harman sambil menarik tangannya. Tiara rasanya ingin lari dari tempat itu. Sekarang rasa takutnya menjadi-jadi. Lalu perasaan takut tadi sekarang sudah berubah menjadi rasa sakit yang hampir merenggut nyawanya. seperti ada yang terlepas dari dalam dirinya. Baik mental dan fisiknya sekarang sudah rusak.
Dan sejak kejadian itu, Harman sudah mulai sulit untuk dihubungi, sudah jarang berkunjung ke rumahnya untuk menemuinya. Bahkan Harman sampai pindah sekolah ke kota lain, Tiara merasa putus asa sekarang, apa yang harus ia lakukan sekarang. ingin bercerita pada orangtuanya rasanya takut sekali.
Jadi, setelah pulang sekolah Tiara selalu saja mengurung diri di kamarnya. Selalu duduk di pojokan kamarnya sambil meringkuk. Sebab tiap malam selalu saja terdengar suara tangis bayi. Saat pertama kalinya mendengarnya dia selalu meyakinkan diri bahwa itu hanya halusinasinya saja, namun dimalam-malam berikutnya tangis itu selalu menghantui dirinya.
“Hentikan!”, Jeritnya. Hingga sang ibu menghampiri kamar anak gadisnya itu. “Ra, ada apa? buka pintunya” Ucap sang ibu hingga beberapa kali. Namun tak ada sahutan dari Tiara. setelah itu tak ada lagi racau dari ibunya.
Dibeberapa hari kemudian sang ibunda sudah kelewat bingung, mengapa putrinya itu tidak beranjak dari kamarnya, sudah beberapa hari juga tidak berangkat sekolah. Dengan perasaan khawatir Ibunya memangil Suaminya untuk bisa memanggil Tiara keluar kamar, namun tetap saja tak ada sahutan dari anaknya itu.
—
Seketika rumahnya dikelilingi para warga sekitar. Tangis histeris begitu memilukan terdengar dari dalam rumah, Perempuan paruh baya itu tak tahan menahan isak tangisnya. Bahkan tak habis pikir mengapa putrinya bisa melakukan hal nekad menghabisi nyawanya sendiri.
Para tetangga yang berkumpul di rumah itupun perlahan-lahan mulai berbisik-bisik “Kenapa yah, itu?” “Katanya sih, bunuh diri minum obat nyamuk.”, jawab salah satu warga disana. “Duhh, kasihan. Kok bisa nekat gitu yah, Bu?” Ucap Ibu yang satunya lagi. “Namanya anak masih SMA, masih labil gitu, bu. katanya sih baru aborsi, bu.” Ucap Ibu yang sekarang sedang memakai daster lusuh. “Tahu dari mana bu? jangan nyebar gosip gak bener ah..” “Gak percaya bu? Itu kan si Tiara temen sekolah anak saya bu. Gimana saya gak tahu.” ucap ibu berdaster lusuh tadi. “Hiyyy.. Gitu yah, ya ampun kasihan deh,”
“Terus nih yah bu. Saya dengar-dengar pacarnya lari, makanya si Tiara nya tuh bunuh diri.” “Udah-udah, ibu-ibu ini kok malah menggosip disini toh, ini kan rumah keluarga yang sedang berduka toh, nanti setan anaknya itu dengar malah ibu-ibu yang digentayangi. Mau?” Ucap Ibu RT. “Betul kata Ibu RT, katanya kalau ada orang yang meninggalnya bunuh diri, arwahnya suka gentayangan. Hiyyyyy..” gedik si ibu tua. “Husss,” hardik Ibu berdaster lusuh tadi, “Jangan ngomongin aib orang, ahh. Nggak baik.” Lalu ibu-ibu itupun satu persatu mulai pergi meninggalkan rumah kedukaan tersebut.
Perlahan-lahan keadaan rumahpun sepi dengan sendirinya.
Cerpen Karangan: Inriani_ Blog / Facebook: NriNews Instagram: im_nrinew31 Email: agnesinriani[-at-]gmail.com
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 18 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com