Dita sejak tadi terdiam menatap layar handphonenya. Sepertinya Dita sedang menunggu sesuatu, terlihat dari wajahnya Ia nampak kesal sekali.
“Raka, lu kenapa read beta pung chat? Lu kan tau beta paling benci kalau orang read beta pung chat!” Seru Dita dalam hati. Beberapa menit kemudian handphonenya bergetar. Nampak terlihat sebuah notifikasi di layarnya. Namun Ia tidak mempedulikan notifikasi itu, karena bukan itu pesan yang diinginkannya. Dita pun memutuskan untuk tidur sebentar, ketika terbangun di ceknya seluruh notifikasi, dan ternyata ada sebuah sapaan dari seseorang.
‘Syalom Dit’ begitulah isi pesan yang masuk. Dari siapa lagi jika bukan dari Raka, orang yang Dita dambakan chat darinya. ‘Kenapa? Tumben lu chat beta.’ Balas Dita yang masih kesal ‘Lu ni harus tunggu ketong chat daluan eh, son bisa ko lu chat daluan?’ ‘Beta mau chat ma takut jadi penggangu jadi ya sudah lebih baik beta menunggu sah.’ Balas Dita dengan emoji super manis ‘Alasan yang tidak tepat.’ Begitulah mereka. Chatingan sampai larut malam, terkadang Dita terlihat cekikan membaca isi pesan dari Raka.
“Hei Dit, lu kenapa senyum-senyum sendiri?” Seru yuna yang tiba-tiba muncul di depan pintu kamarnya Dita. “Ehh lu tu mirip hantu eee, lu masuk lewat mana? Datang ju son bisa bilang selamat siang.” Ketus Dita “Tidak perlulah, ini kan rumah aku juga.” Jawab yuna singkat dengan gaya bahasa di buat-buat “Enak sah lu pung rumah, ini rumah beta pung bukan lu pung rumah.” Seru Dita melempar bantal guling ke wajah yuna “Wahh lu ajak beta perang ni?”
Terjadilah perang lempar bantal guling di kamar Dita. Kedua sahabat ini memang tidak pernah akur, tapi sifat kasar yang dimiliki masing-masinglah yang membuat mereka semakin akrab. Perang bantal itu berakhir seketika saat bunyi notifikasi dari handphone milik Dita
“Sapa yang chat lu? Biasa lu sonde terlalu peduli, kenapa tiba-tiba itu bunyi notifikasi ke terlalu penting buat lu?” tanya Yuna heran melihat sikap sahabatnya itu. Ia paling mengerti, Dita biasa selalu mengabaikan notifikasi dari handphonenya. Melihat sikap Dita yang tidak seperti biasanya, Yuna mengintip di belakang Dita agar dapat membaca isi chat itu. “Ohh dari Raka. Bosong dua ni su dekat lama oh. Kayanya bosong dua pacaran ni. Cie, dia sekarang LDR ohh.” Yuna mencolek perlahan pipi sahabatnya “Sonde beta son pacaran dengan dia. Katong hanya teman sah.” Jawab Dita menyembunyikan isi percakapannya “Sudah lai, sonde pacaran na chat jalan lancar. Lu ni son bisa jujur di beta ko? Beta ni lu pung sahabat dari lu kecil sampai sekarang!” “Hae, beta mau jujur apa di lu, memang beta sonde pacaran dengan dia nona manis eh.” Jawab Dita tetap santai. “Lu su berubah eee, biar suh beta su pulang. Lu lanjut su chat dengan lu pung teman Raka tu.” Jawab Yuna sinis, karena sikap Dita yang perlahan mulai tidak berterus terang lagi dengannya. Dita yang dulunya selalu membiarkan Yuna membaca isi percakapannya sekarang menjadi tertutup dan tidak seasyik dulu lagi. Namun Dita tak merasakan hal itu. Hari-harinya dihabiskan untuk Online Facebook agar dapat berkomunikasi dengan Raka. Waktu perlahan merangkak, 7 bulan sudah mereka lewati, Dita terlihat begitu bahagia. Namun diantara Ia dan Raka belum ada kepastian. Entah kisah ini akan berakhir bahagia atau pun sebaliknya.
Pada suatu siang Raka mengirim chat yang tidak seperti biasanya. ‘Dit malam aktif eee. Beta mau tanya lu do.’ Begitulah isi chat dari Raka. ‘Tergantung kalau malam sinyal bagus, nanti beta aktif ma kalau sonde nanti beta sonde aktif. Lu mau tanya apa na tanya sekarang to, kebetulan ini sinyal ada bagus ju.’ Balas Dita menjelaskan. ‘Intinya malam aktif oh, b tunggu.’ “Raka ini hari dia kenapa eh, ko memangnya dia mau tanya apa? Bekin penasaran sa. Atau jangan-jangan Kory su cerita semua di Raka ni oh.” Gumam Dita menduga-duga. Namun Dita menepis semua pikiran buruknya itu. Ketika malam hari, Dita berniat untuk tidak online namun Ia penasaran dengan apa Yang akan ditanyakan Raka.
Tring… tringg… tring.. tringgg.. Bunyi notifikasi pesan yang masuk ke Facebooknya Dita. “Adohh liat ini ana doh, beta su bilang jangan chat beta pake kata sayang, nanti beta pung mama dapat baca percakapan beta kena marah. Apa lai mama sekarang ada pegang beta pung akun, ehh dia cari kena blokir dari mama ni.” Gumam Dita perlahan ketika membuka mesengernya. “Ahhh Mama, kaka ada inbox dengan dia pung nyong mama.” Teriak Riza adik bungsunya Dita “Lu mulai balapor su, nanti beta sonde kasih lu gula-gula lai.” Ancam Dita menakut-nakuti adiknya “Kalo kaka sonde kasih beta gula-gula nanti beta lapor mama bilang kaka ada pacaran dengan Kaka Raka.” Seru Riza tak mau kalah. “Lu kici ana sa ada tau pacaran tu apa? Raka sapa lai yang lu maksud?” Tanya Dita heran karena Ia tidak pernah menyebut atau menceritakan tentang Raka. “Kemarin beta ketemu kaka Yuna, dia yang kasih tau kalau kaka Dita pacaran dengan Kaka Raka. Sekarang pilih su, mau kasih gula-gula atau beta lapor mama ko sita kaka pung hp.” Riza mulai menggoda kakaknya. “Su malam begini lu masih mau pi belanja? Biar beta kasih lu uang sa, besok baru lu pi belanja.” Ucap Dita sembari memberikan sogok kepada adiknya agar jangan memberitahu Ibunya. “Hahaha.. kaka paling bae. Makasih kaka sayang.” Riza berlari keluar dari kamar Dita dengan senyum mengembang di wajahnya, karena besok Ia akan mendapat jatah jajan dua kali lipat dari biasanya. Sedangkan Dita kembali asyik dengan chatingannya. Ternyata yang ditanyakan Raka adalah siapa pacar Dita sebenarnya. Dita yang semula tidak ingin jujur namun setelah berpikir lagi Ia akhirnya jujur bahwa Ia sedang menjalin hubungan dengan seseorang. Rasa kecewa yang besar membuat Raka marah dan merasa bahwa Dita tidak menghargainya lagi, beribu kali Dita meminta maaf namun semuanya sia-sia.
Keesokan harinya ketika pergi ke sekolah Dita yang anaknya ceria kembali murung, dia yang tidak biasanya menghabiskan waktu di perpustakaan kini tidak ingin keluar lagi dari sana. Yuna binggung dengan sikap sahabatnya itu. Ia pun mendekati Dita dan bertanya,
“Dit.. sebenarnya ada masalah apa? Lu ada kenapa ini hari pung pendiam? Cerita kasih beta su, beta sonde suka lu yang sekarang ada apa-apa sembunyi dari beta.” Bisik Yuna perlahan karena mereka berada di dalam perpustakaan “Mari pi belakang kelas sa baru beta cerita, ini kawan dong ada banyak yang mau baca buku, nanti ketong baribut.” Ajak Dita pada Yuna. Mereka berjalan menyusuri lorong sekolah dan akhirnya tiba di tempat yang mereka tuju.
“Yun… lu baca ini.” Dita menyodorkan handphonenya kepada Yuna. Ia membacanya dengan seksama namun tiba-tiba alisnya berkerut, “Beta binggung dengan lu, sekarang beta tanya do, lu sebenarnya pacaran dengan Raka atau? Jangan buat beta ke orang bodoh begini, cerita su cepat!” “Beta sonde pacaran dengan dia Yun!” Tegas Dita “Son pacaran na terus kermana? Beta sonde paham dengan lu pung maksud.” “Beta belum pacaran dengan dia, mungkin tadi malam dia mau ungkapkan dia pung perasaan tapi,” Dita terdiam “Kenapa Dita? Tapi kenapa?” Tanya Yuna penasaran. “Tapi beta jujur di Dia kalau beta ada pacaran dengan Denil. Jadi dia marah beta, dia pung chat ni langsung berubah. Chat su sonde nyambung lai dengan beta ke biasa. Baru dia bilang beta ni anggap dia ke sampah, padahal kan beta sonde ada maksud begitu.” Sahut Dita tertunduk menyesali perbuatannya “Lu kenapa pi jujur? Lu bodoh na.” “Beta hanya sonde mau Dia tau dari orang lain, nanti dia lebih marah lai. Makanya beta jujur.” Kata Dita tersenyum menutup kesedihannya “Itu su lu pu salah sendiri, beta pernah bilang toh, supaya lu jangan terima Denil. Dia pung sifat tu sonde bae, pi makan lu pu Denil. Oia satu lagi, itu Karma karena selama ini beta suruh lu cerita lu sonde mau cerita.” Timpal Yuna sembari melangkah pergi meninggalkan Dita sendiri yang sekarang masih duduk termenung menyesali semua perbuatannya.
Hari demi hari di laluinya dengan penyesalan, namun pada suatu malam saat Ia sedang mengScrool beranda Facebooknya, Ia menemukan kalimat motivasi yang tertulis seperti ini ‘Mungkin kamu terlalu mencintai dunia, mungkin kamu terlalu mencintai manusia. Sehingga akhirnya Tuhan cemburu dan memberimu luka agar kamu kembali mengingatnya.’ Begitulah kalimat yang Ia baca pada sebuah grup rohani di akun facebooknya. Dita kembali sadar, memang selama ini Ia lupa pada Tuhan, karena terlalu sibuk dengan handphonenya sehingga Ia sering mengabaikan panggilan untuk beribadah. Dita yang dulu aktif mengikuti kegiatan di rayonnya kini menjadi anak yang pasif dan tidak pernah mengambil bagian dalam pembagian tugas lagi. “Mungkin Tuhan begitu mencintaiku, sehingga Ia memperingatkanku di saat aku hampir pergi menjauh dariNya.” Seru Dita dalam hatinya. Orang-orang yang dulunya membuat Dita tertawa riang kini menghilang dan mulai menghindar. Semuanya berubah seketika. Semua kesenangannya berubah menjadi sepi yang sulit dijelaskan. Dita ingat kata guru agamanya saat pelajaran berlangsung, nasehat gurunya tergiang-ngiang terus di kepalanya. Kata-kata Bu Dedy yang mengatakan bahwa ‘Hanya ada dua alasan mengapa Tuhan mengambil sesuatu dari kita. Yang pertama mungkin dia bukan yang terbaik, yang kedua mungkin dia pergi untuk memperbaiki dirinya menjadi lebih baik, setelah itu kembali pada kita.’ Setelah merenungi semua itu, Dita percaya di suatu saat nanti Tuhan akan mengubah air mata kesedihan itu menjadi kebahagiaan yang besar. Dalam doa Ia terus meminta pada Tuhan agar menyediakan masa depan yang indah. Dita yang dulunya senang menjahili temannya, kini berubah menjadi anak yang baik. Perubahan yang terjadi pada dirinya di pertanyakan oleh semua teman-temannya. Dita hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan senyuman lebar saja.
Cerpen Karangan: Zhindi Klali Blog / Facebook: Zhindi
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com