Malam Minggu adalah malamnya anak remaja katanya. Karena beberapa remaja sering nongkrong di malam Minggu. Enggak sih bukan Cuma malam minggu aja, tapi lebih tepatnya kebanyakan di hari minggu. Di rumah Shenina ada Bagas dan juga Ahmad yang sedang menonton film di netflix. Mereka sedang menonton film anak remaja yang lagi booming “Mariposa” judulnya.
“Kita itu kaya air sama minyak, ga akan pernah nyatu” salah satu scene yang mereka kini jadikan sebuah topik obrolan. Scene di mana Iqbal menyatakan kalimat tersebut pada Aca di perpus. Ketiga kawan sejoli ini masih asik nonton film, sambil menikmati kopi dan juga cemilan-cemilan yang mereka siapkan. Sampai salah satu dari mereka bersuara.
“Mmmm, oiya selain dari kedua unsur tadi, ada ga sih hal lain yang ga bisa disatuin di dunia ini?” tanya Ahmad tiba-tiba. “Hah… kenapa lo mad, tiba-tiba amat nanya gitu?” sanggah Shenina. “Yaaa enggak gua penasaran ajaa, ada ga sih?” Ahmad menjawab pertanyaan Shenina. “Ga ada lah, semua yang ada di dunia ini bisa nyatu” jawab Shenina lantang. “Eh enggak tau, menurut gua ada hal selain tadi, yang ga bisa disatuin” Bagas menengahi. Shenina dan Ahmad memikirkan kata-kata Bagas tadi. Keduanya masih menunggu bagas melanjutkan obrolannya, karena terpotong oleh kopi yang sedang ia nikmati.
“Inget pembahasan yang minggu kemaren ga? Yang tentang politik itu” Tanya Bagas kepada kedua temannya, hmm bukannnya jawab malah balik nanya. “Inget–inget” jawab kedua temannya. “Nah, menurut gua politik dan agama itu ga bisa satuin” kata Bagas. “Karena mereka punya dimensi yang beda kan, agama fokus ke akhirat, sedangkan politik fokus ke dunia” tambah Bagas. “Lohh, kenapa gitu” jawab Shenina. “Nih ya gas, agama dan politik itu bisa disatuin kok, karena politik dan agama saling berdampingan, buktinya aja di negara kita, agama sama politik sama-sama berdiri dan berdampingan” lanjut Shenina, sambil meletakan gelas yang berisikan kopi ke atas meja. Obrolan ini terus berlanjut dan mereka mulai masuk kepembahasan yang lebih serius yaitu politik dan agama. Emang agak serem si kalo ngomongin politik, tapi karena pada kenyataannya kehidupan kita enggak jauh-jauh dari yang namanya politik. “Yaa emang, agama dan politik sekarang berdiri dan berdampingan, tapi emang mereka nyambung, emangnya dua hal itu punya kesatuan?” sanggah bagas. “Kenapa kita nyambung ke poitik sih” shenina bicara sendiri. “Yaa gapapa kali Shen, itung-itung nambah wawasan tentang politik, biar bisa jadi ibu pejabat kalo lo mau HAHAHA, secara kan gajinya woaah, ga bisa gua nyebutnya, susah bet kawan, HAHAHA” Bagas tertawa geli.
Mereka bertiga akhirnya tertawa bersama-sama, menertawai nasib para rakyat miskin yang berteriak kelaparan, sedangkan para pejabat tinggi dengan mata tertutup saja sudah bisa membeli mobil lambhorghini. Setelah mereka puas mentertawakan apa yang terjadi di negerinya ini, mereka melanjutkan bahasan yang tadi sempat tersendat.
“Menurut gua, apa yang tadi dibilang sama Shen itu bener, kalo politik itu fokus ke dunia, sedangkan agama fokus ke akhirat. Nah, kedua dimensi ini yang menurut gua jadi kesatuan mereka, gimana kalo misalkan di dunia politik ga ada agama, maka politik akan berantakan. karena agama adalah sumber moral, agama juga harus menjinakan politik, supaya apa? Supaya politik berorientasi pada kejujuran, keadilan dan juga persatuan” ucap Ahmad. “Terus kalo ga ada agama, yang ada bakal melahirkan masyarakat yang mengagung-agungkan kekuasaan, jabatan dan hal duniawi aja. Terus kalo misal agama tanpa adanya politik masyarakatnya enggak punya kebebasan dan juga kekuasaan, jadi agama sama politik ini udah klop banget, saling melengkapi” lanjutnya.
Bagas mulai paham atas pembicaraan mereka soal agama dan politik yang ternyata bisa disatukan dan berdampingan. Karena manusia pada umumnya punya sifat serakah walaupun konotasi serakah tidak semua negatif, tapi kalau dibarengi dengan agama yang mengajarkan moral kepada penganutnya, maka akan memberikan dampak yang baik untuk dirinya, masyarakat, agama dan juga negara.
“Secara yang jelasin anak politik ya Gas, masa iya kaga paham HAHAHA” ucap Shenina sambil menepuk pundak Bagas. Kedua temannya pun ikut tertawa. Lalu tiba-tiba lagi muncul sebuah pertanyaan lagi dalam benak wanita berambut pendek, yaaa siapa lagi kalo bukan Shenina. “Tapi nih yaa, ngomongin soal agama dan politik, menurut kalian agama itu dimanfaatkan ga sih sama politik, apalagi di Indonesia” kata Shen kepada kedua temannya. Bagas dan Ahmad saling berpandangan, sambil memikirkan pertanyaan dari Shenina tadi. “dimanfaatkan gimana maksud lo?” jawab Bagas. “Yaa kaya agama tuh dijadiin kendaraan buat menggapai kekuasaan gitu, buat mempertahankan jabatan kekuasaan mereka” balas Shenina. “Ohh iya gua paham, maksudnya” kata Ahmad. “Kalo menurut gua, jatohnya bukan memanfaatkan agamanya Shen, tapi memanfaatkan kebodohan masyarakat melalui dogma-dogma kegaamaan dalam sebuah kampanye mereka, yaa yang pasti tujuannya itu untuk meraih kekuasaan” lanjutnya.
“Sebenernya kalo ngomongin politik dan agama di Indonesia itu yang salahnya adalah agama dijadikan sebuah kendaraan untuk tujuan politik, itu salah banget” tambah Bagas. “Dan juga mereka ngejadiin agama itu kaya tameng untuk menggapai apa yang mereka inginkan” kata bagas dengan nada yang greget. “Mmmm iya yaa bener, sekarang emang kebanyakan kaya gitu, itu salah banget” kata Shenina menyimpulkan.
Politik itu bukan hanya sekedar tentang kekuasaan tapi tentang bagaimana mencapai sebuah keadilan, kebenaran dan kebahagiaan untuk masyarakat suatu negara. Keserakahan akan muncul ketika sesesorang tidak bisa mengendalikan sebuah keinginan, maka sikap keserakahan akan muncul. Segala cara apapun akan ia lakukan asalkan tetap mempertahankan dan mencapai keinginan dan kekuasaan.
“Terus nih ya, gua mau tanya sama kalian, kenapa si agama bisa dijadiin kendaran untuk berpolitik?” tanya ahmad kepada kedua temannya. Bagas dan shenina langsung memutar otak untuk jawab pertanyaan dari Ahmad, sambil jari telunjuk diketuk-ketuk di pinggir jidat. “emmm karena mereka resah kali” jawab bagas asal. “Atau karena ada something?” tambah Bagas. “Menurut gua kenapa kasus kaya gini bisa terjadi, itu karena masyarakatnya yang pluralisme dan juga religius. Di mana agama yang diakui di Indonesia cuma 6, dan yang paling besar atau mayoritasnya adalah islam, maka yang sering digunakan sebagai kendaraan politik adalah islam. Itu menjadi salah satu hal yang menjadikan politik di indonesia beridentitas” Jawab Ahmad. “Nah, maka dari itu para penguasa atau para politikus memanfaatkan agama untuk mencapai kekuasaan yang mereka inginkan. Mulai dari jabatan tertinggi yang harus beragama islam, terus bawahan-bawahnya pun juga harus beragama islam. Padahal ketika beliau mencapai kekuasaan, islam belum tentu atau tidak ia terapkan dalam berpolitik. Contohnya kaya korupsi, ga menepati janji, ga adil sama rakyatnya dan masih banyak lagi deh pokoknya. Hal yang seharusnya kita lihat dan nilai adalah kinerja juga karakter sesorang yang mencalonkan diri tadi” lanjutnya.
“Jadi, mereka pake dogma-dogma agama sebagai ajang kampanye, karena masyarakat yang punya pola pikir bahwa, mereka akan terwakilkan dengan terpilihnya beliau, gituu ya mad?” tanya Bagas. “Padahal pada kenyataannya belum tentu jadi sosok yang mereka bayangkan, iya kan?” lanjut Bagas. “Iyaa gitu Gass, makanya kita harus jadi pemuda-pemudi yang handal dan cukup terampil dalam hal politik kaya gini” jawab Ahmad.
“Iyaa jadi artinya kita harus netral ya kan, memilih berdasarkan kinerja orang yang mencalonkan itu, gitu ya?” tanya Bagas. “Iyaa betul” kata shenina. “Kita nih sebagai generasi penerus bangsa dan negara harus dan wajib banget bersikap tegas dan adil, kan sesuai tuh sama ideologi negara kita” tambah Ahmad. “Yuk-yuk semangat yuk” kata Shenina menyemangati dirinya dan kedua temannya.
Jam sudah menunjukan pukul dua dini hari, tidak terasa obrolan yang tadinya tidak penting berubah jadi penting dan bermanfaat. “Eh udah malem, udahan yukk” ajak Ahmad pada kedua temannya. “Kuyy” jawab keduanya berbarengan. Akhirnya ketiganya pulang ke rumah masing-masing. Dengan hadiah yang dibawa malam ini adalah tentang bagaimana manusia harus bersikap dan bertindak dalam menghadapai politik yang semakin lama semakin keras.
Cerpen Karangan: Siti Fatmawati sandari Blog: fattmaawww.blogspot.com Ig: @fattmawzz
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 4 Oktober 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com