Sekolah SMA 35 sebentar lagi akan mengadakan sebuah festival sekolah yang merupakan acara rutin yang dilakukan setiap ujian akhir akan diselenggarakan. Bel pelajaran pertama pun berbunyi, seluruh siswa-siswi berlarian menuju ke kelasnya masing-masing, terutama kelas 3-B, karena pelajaran pertama mereka dimulai dengan pelajaran seorang guru killer.
“Baiklah, sepertinya semuanya sudah masuk. Ollie, tumben sekali kamu masuk.” Ucap guru killer yang bernama Reine. Ollie adalah salah satu murid yang paling bermasalah di kelas ini. “Lagi bosen aja bu.” Celetuk Ollie sekenanya.
Reine sebenarnya sedikit jengkel mendengarnya, tapi dia berusaha untuk tetap menjaga martabatnya sebagai guru, apalagi sebentar lagi akan ada murid baru yang masuk. “Baiklah, sebelum pelajaran dimulai, kalian akan mendapatkan teman baru. Anya, silakan masuk.” Seorang gadis dengan rambut yang cukup panjang dan tebal memasuki ruangan. Ia hanya tertunduk dan berdiri di samping Reine.
“Ayo, perkenalkan dirimu. Jangan malu,” ucap Reine. Anya perlahan mengangkat kepalanya, seperti sebuah jamur yang menyambut pagi “Sa-salam kenal. Namaku Anya. Aku baru saja pindah ke sini beberapa hari lalu.” “Perkenalan yang bagus Anya. Sekarang, tempat dudukmu ada di…” Reine melihat ke sekeliling ruangan. Satu-satunya kursi yang kosong hanya ada di samping Ollie. Reine merasa sedikit kasihan kepada Anya. “Di sana!” Tak ada pilihan lain Reine menunjuk ke kursi kosong di sebelah Ollie.
Anya berjalan perlahan dan tetap tertunduk menuju kursi yang dimaksud. “OLLIE!” Teriak Reine, Anya berhenti berjalan. “Awas kalau macam-macam.” “Baik bu,” jawab Ollie sekenanya.
Pelajaran pun berlangsung, lima menit pertama tak terjadi apapun, Reine terus menerangkan pelajaran. Lima menit berikutnya, Ollie sudah mulai bosan dan melirik-lirik ke arah Anya dan memperhatikannya menulis sesuatu. Sepuluh menit berikutnya Ollie sudah tertidur.
Reine yang melihatnya, menyuruh murid yang lain untuk diam. Reine diam-diam menuju ke meja Ollie. “DENGAN BEGITU!!!” Teriak Reine sambil menggebrak meja Ollie. Ollie yang tertidur langsung tersentak dan kakinya terpentok kaki meja. “Aw, aw, aw.” Ollie mengelu-elus kakinya. Murid yang lain tertawa kecuali Anya.
Jam pelajaran pun berakhir, Anya yang baru saja masuk ke sekolah itu pergi berjalan-jalan sendiri, meskipun orang lain banyak memperhatikannya karena ia tidak menggunakan sepatunya yang ditinggalkan di dalam kelas. Anya tak peduli dengan tatapan orang-orang dan terus berjalan hingga sampai di toilet.
Anya membasuh mukanya, dan tiba-tiba Ollie sudah ada di belakangnya. “Elu! Anya bukan!?” Ollie bertanya sedikit meninggikan suaranya. “Iya, ada apa?” Jawabnya tanpa menengok ke arah Ollie dan menatapnya dari kaca. “Kenapa lu ga ngetawain gue juga tadi?!” Ollie menghampiri Anya. “Hah!? Ngapain?” “Lu anak baru jangan sombong ya!?” Ollie memutar badan Anya dengan paksa. Anya hanya menatap Ollie dengan tatapan datar.
Ollie semakin geram dan emosinya memuncak. Ia melihat ke kaki Anya, “sepatu lu mana!? Apa lu terlalu malu buat make sepatu lu yang agak berdebu itu? Ha ha ha ha ha!!!” “Masalah lu apa? Emangnya kenapa kalo gue ga pake sepatu?” “Uhhhhh!!!” Ollie mengangkat tangannya ingin menampar Anya.
“OLLIE!!!” Reine menahan tangan Ollie. “Kalian berdua ikut ke ruang guru, SEKARANG!” Reine menarik tangan Ollie, Anya mengikuti mereka dari belakang, murid-murid lain sudah berkumpul di dekat toilet memperhatikan mereka.
“Ollie! Udah ibu bilang jangan bikin masalah!” Bentak Reine di dalam ruang guru yang sedang kosong. “Bukan salah Ollie, dianya aja yang ga nanggepin Ollie.” “Lagian kenapa tiba-tiba dateng di belakang orang dan ngoceh ga jelas!?” Balas Anya “Udah-udah! Ollie, balik ke kelas sana!” Lerai Reine. Ollie mendengus dan berjalan keluar ruangan begitu saja.
“Anya, kenapa sepatumu dilepas?” “Oh, ini udah kebiasaan Anya bu. Orangtua Anya juga udah ngehubungin kepala sekolah buat ngasih tau soal ini.” “Oh… Yaudah kalo gitu kamu juga ke kelas, sebentar lagi bel masuk.” Anya membalas dengan anggukan lemah.
Pelajaran akhir telah selesai dan seluruh kelas akan menentukan apa yang ingin mereka persembahkan di dalam festival sekolah nanti. Kelas Ollie saat ini sedang kebingungan untuk menentukan apa yang akan mereka persembahkan.
“Temen-temen! Gimana nih? Ada yang punya usul buat bikin apa di festival nanti?” Tanya ketua kelas yang memiliki rambut pirang yang dihiasai dengan jepitan rambut berupa palet lukis. “Bikin maid cafe!” Seru salah seorang murid yang memiliki rambut lebat, panjang dan halus terurai. “Bikin maid cafe tapi penuh kacang-kacangan!” Seru murid lainnya yang memiliki kalung berupa biji pohon ek. “Apaan sih!? kenapa maid cafe semua? yang lebih seru gitu loh.” “Gimana kalo pentas drama komedi?” Tanya seorang murid cowok berjaket hitam yang mengalungkan sebuah headset di lehernya. “Boleh tuh setuju, kan di sini banyak komedian, huhihuhi.” Seorang murid yang sedang mengunyah apel menyetujuinya. “Oke, kayaknya gue list dulu ya di papan tulis.” Si ketua kelas agak kesusahan menghapus coretan papan tulis yang berada di bagian atas, dia membiarkannya begitu saja dan mulai menuliskan daftar ide untuk dipersembahkan pada saat festival.
“Ollie, kamu ga punya ide apa gitu? Kan kamu yang paling berani di sini.” “Ga ada, gue ikutin kemauan kalian aja.” “Oke kalo gitu. Anya, kamu kan baru di sini, apa ada yang mau kamu lakuin di festival nanti?” “Sebenernya ada sih, aku pengen masuk ke rumah hantu. Aku belum pernah ngerasain masuk ke dalem rumah hantu. Di sekolahku dulu ada tapi aku ga ikutan soalnya tiba-tiba sakit di hari itu.” “Rumah hantu ya? Boleh juga sih…” Belum selesai ketua kelas berbicara, Anya menambahkan, “lagian kan di sini ada yang ketawanya kayak setan.” Anya menghadap ke arah Ollie. “MAKSUD LO APA!!???” Ollie berdiri dengan cepat dan langsung menghampiri meja Anya. Orang-orang yang duduk di dekat mereka pun mencoba melerai mereka. “Eh, eh udah udah kenapa jadi pada berantem?” Kata salah seorang murid yang mencoba melerai mereka yang memiliki rambut jabrik seperti nanas.
“LO JANGAN SOK JAGOAN YA!!!” Ollie menunjuk-nunjuk Anya. “Ollie sabar.” Salah seroang temannya berusaha menenangkan. “LEPASIN!!” Ollie memberontak. “WOY DIEM!!!” Ketua kelas menggebrak meja. Seketika suasana kelas menjadi hening, belum pernah ada yang melihat ketua kelas marah, dan dirumorkan kalau dia sampai marah nyawa taruhannya. Ollie berdiri beberapa detik di samping meja Anya sebelum kembali ke bangkunya. “Ehem! Sampe mana tadi?” Hening selama 5 detik, “oh ya, rumah hantu. Masukin daftar dulu ya. Ada lagi saran?”
Seisi kelas hanya terdiam selama sepuluh detik, “Oke kalo gitu kita langsung vote aja ya. Kalian tulis di sobekan kertas nanti yang paling banyak, bakal langsung diajuin ke panitia, Oke?” “OKE!” Jawab sekelas kompak.
Dari hasil votingan menunjukkan kalau hasil votingan seimbang antara maid cafe dengan rumah hantu. Mereka pun diminta untuk memvoting lagi, hasilnya tetap sama. “Kayaknya ada yang ga beres. Bentar.” Ketua kelas menghitung jumlah voting dengan jumlah siswa yang berada di kelas. “Ah, benerkan, kurang satu, siapa yang ga ngevote? Cepet angkat tangan!” Ollie mengangkat tangannya, “gue yang ga ngevote.” “Kenapa ga ngevote?” Tanya ketua kelas. “Kan gue udah bilang, gue ngikutin kemauan kalian aja,” jawab Ollie santai. Si ketua kelas menghampiri Ollie, “cepet vote atau ga…” Ketua kelas mengepalkan tangannya di depan wajah Ollie. “I-iya iya.” “Oke, besok gue umumin hasil votingnya. Sekarang gue mau ngasih ke panitia dulu.” Kelas pun bubar.
Keesokan harinya setelah jam pelajaran, ketua kelas mengumumkan hasil dari voting kemarin, “temen-temen, kemaren karena rumah hantu udah ada kelas yang ngajuin duluan, akhirnya kita bakal ngadain maid cafe!” “YEEEESSSSS!” Para murid pria bersorak bergembira. “Semua harus berpartisipasi ya, kalo ga bakal ngerasain akibatnya.” Seluruh kelas terdiam mengangguk pelan, “oke, kalo gitu mulai besok kita udah mulai bikin konsep dan dekorasinya, oke!?” “OKE!!!” Sekelas kompak menjawab.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Seluruh kelas terlihat sangat sibuk untuk mempersiapkan festival yang sudah dinantikan. Ollie pun turut membantu dengan sedikit paksaan.
Ollie memasang hiasan-hiasan di atas jendela menggunakan tangga. Anya membantu membuat dekorasi bersama dengan yang lainnya. Melihat teman-temannya yang terlihat santai mengerjakan sesuatu dengan duduk-duduk, Ollie sedikit jengkel, karena jengkel pijakan Ollie sedikit meleset hingga membuatnya terjatuh.
Anya yang berada tepat di bawahnya dengan cepat menahan tubuh Ollie, teman-temannya yang lain pun ikut berdiri. “Lu gapapa?” Tanya Anya yang sedang keberatan menahan tubuh Ollie. “G-gue gapapa!” Ollie pun berusaha membenarkan posisi tubuhnya. “Udah lanjut sana bantu yang lain!” Ollie langsung menaiki tangga untuk melanjutkan menghias.
Anya hanya memperhatikannya lalu kembali duduk mengerjakan tugas membuat dekorasi. Saat sedang sibuk-sibuknya mengerjakan, tiba-tiba Anya merasa tidak enak badan dan menahannya agar tak terlihat oleh teman-temannya. Tetapi, gerak-gerik Anya mulai terlihat mencurigakan.
“Nya, lo gapapa?” Tanya teman di sampingnya yang melihat gerakan Anya menjadi tidak beraturan. “Gue gapapa kok.” Anya berusaha untuk fokus. Namun tak berapa lama tubuhnya mulai bergetar. “Nya? Anya?” Tanya temannya sambil mengenggam bahu Anya. Tak lama Anya terjatuh tak sadarkan diri. Teman-temannya pun panik dan segera membawanya ke UKS.
Anya perlahan membuka matanya, melihat ke sekelilingnya dan di sampingnya sudah ada Reine yang sedang duduk membaca buku. “Oh, rupanya kamu sudah sadar,” ucap Reine yang melihat gerakan kepala Anya dari pelupuk matanya dan menutup bukunya. “Kok saya ada di sini bu?” Tanya Anya sedikit kebingungan. “Tadi kamu pingsan di kelas. Temen-temen kamu langsung bawa kamu kesini.” Reine berdiri, “ibu ke ruang guru dulu ya, itu ibu udah bawa makanan dimakan dulu aja dan juga ada obat disebelahnya. Jangan banyak gerak, sementara kamu di sini dulu.” Anya hanya menjawabnya dengan anggukan kecil, Reine pun meninggalkan ruangan.
Tak berapa lama Reine pergi seseorang memasuki UKS. “Kalo ga kuat jangan dipaksain ya lain kali!” Ucap seseorang yang baru saja memasuki ruangan itu dan perlahan menuju tempat tidur Anya yang tertutup tirai putih. “Gue kesini mau kasih tau lu sesuatu.” “Ah ternyata si Ollie. Mau ngomong apa sih?” Anya menatap Ollie dengan tatapan datar. “Maksud lo apa SI OLLIE!? Denger ya! Gue udah capek-capek ngebantuin. Kalo lo sampe ga dateng ke festival nanti awas aja!” “Ya terserah gue mau dateng apa ngga.” “Awas lo ya!” Ollie langsung meninggalkan Anya begitu saja.
Cerpen Karangan: Hydarnus Blog: hydarnusnote.blogspot.com
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 14 Oktober 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com