Namaku Rara Nova Azkia, remaja 17 tahun yang duduk di bangku kelas 2 SMA di daerah Kuningan, Jakarta Pusat. Aku adalah anak tunggal dari seorang designer bernama Hana Kumala. Mama menjalani peran sebagai seorang single parents semenjak ayahku meninggal saat usiaku masih 10 tahun. Namun, mama jarang pulang ke rumah dan sering pergi ke luar kota. Dan akhirnya bibi di rumahku lah yang merawatku.
Hari ini, hari yang membosankan lagi di kelas. Guru sejarah seakan menina bobokkanku untuk segera terlelap, entah kenapa aku sangat membenci pelajaran ini.
“Rara bangun!!” Suara lantang Pak Guntur yang tak lain adalah guru sejarah membangunkanku yang sudah terlelap beberapa menit. Pak Guntur memang terkenal menjadi guru paling galak di sekolah. Aku perlahan membuka mataku dan melihat Pak Guntur sudah berdiri disamping mejaku.
“Kenapa kamu tidur saat jam pelajaran saya” “Maaf Pak” “Keluar dari kelas saya!!” “Tapi Pak…” “Keluar sekarang!!!” Aku pasrah dan berlalu pergi dari kelas membosankan itu.
Aku duduk di bangku dekat kelas sembari menunggu jam istirahat. Pelajaran sejarah adalah mata pelajaran pertama hari ini. Tak lama bel istirahat berbunyi, Pak Guntur keluar dari kelas dan menghampiriku. “Rara, karna kamu sudah tidur saat jam pelajaran saya kamu harus mendapat hukuman” “Masa di hukum sih pak” “Kamu rapikan buku-buku di dalam perpustakaan, nanti saya cek” “Sekarang pak?” “Iya”
Pak Guntur pergi ke kantor dan meninggalkan aku yang masih tak terima dihukum. Namun, karna aku tidak bisa melakukan apapun akhirnya aku memilih pergi ke perpustakaan seperti yang diperintahkan oleh Pak Guntur.
Aku pun sampai di perpustakaan yang berada di sebelah barat gedung sekolah. Aku memasuki gedung yang bahkan jarang sekali aku masuki. Tampak beberapa murid sedang membaca buku dengan serius. Aku pergi menuju sebuah rak dan mulai merapikannya, hingga tak sengaja tanganku memegang tangan seseorang yang hendak mengambil buku. Lantas aku segera menarik tanganku dari tangannya.
“Eh sorry-sorry gua gak sengaja” Aku menoleh kearah pemilik tangan itu. Laki-laki berbadan tinggi, berkulit putih, dan berwajah tampan itu hanya diam lalu pergi. Aku mengingat-ingat siapa laki-laki itu karna aku sepertinya pernah melihatnya. “Oh iya dia kan ketua osis yang disukai banyak cewek, Kak Nathan”
Dia adalah Nathan Argantara, ketua osis yang menjadi idola di sekolah. Sosok laki-laki dingin, cuek, dan pintar yang mampu membuat cewek manapun terpesona. Kecuali aku, tidak tau kenapa aku sangat membencinya. Dia terlihat seperti kulkas berjalan di mataku, menyebalkan.
Akhirnya tugasku selesai, buku-buku sudah tertata rapi di tempatnya. Jam istirahat masih 15 menit lagi, aku pergi ke kantin untuk membeli air mineral. Aku sedang tidak selera makan jadi aku tidak memesan makanan. Aku duduk di bangku di pojok kantin, tiba-tiba seseorang menghampiriku. Dia Jihan teman sekelasku, anak seorang pilot yang cantik dan ramah. Dia juga salah satu anggota osis.
“Lo kemana aja Ra, dari tadi kok gak kelihatan” “Gua dihukum sama Pak Guntur suruh rapiin buku di perpus” “Lagian lo pakek tidur segala di kelas” “Lo kan tau gua gak suka pelajaran sejarah, bosen banget dengerinnya” “Yaudah terserah lo” Mungkin Jihan sudah lelah menasehatiku terus-menerus, tapi mau bagaimana lagi aku memang membenci pelajaran itu.
*kring-kring-kring* Bel sekolah tanda pelajaran akan kembali dimulai sudah terdengar. Semua murid mulai meninggalkan kantin, begitupun aku dan Jihan. Kami berjalan melalui lorong sekolah menuju kelas. Namun tiba-tiba seorang laki-laki menabrak bahuku membuatku refleks berteriak. “Kalo jalan pake mata dong, nabrak orang sembarangan!!!” Laki-laki itu menoleh, ternyata dia adalah kakak kelasku yang tak lain adalah Kak Nathan. Dia hanya diam dan membuatku semakin jengkel, sedangkan Jihan hanya diam karna dia sebenarnya menyukai Kak Nathan.
“Lo anggota osis kan?” “Iya Kak” “Nanti pulang sekolah ada rapat, semua anggota wajib ikut” “Iya kak” Dia melangkah pergi tanpa ucapan maaf karna telah menabrakku, dan itu membuatku semakin jengkel. Aku pun memberanikan diri untuk mengeluarkan suara yang sedari tadi tak bisa aku keluarkan. “Woy ketua osis sombong, udah nabrak orang gak minta maaf langsung pergi gitu aja lagi. Gak punya etika banget, cowok bukan!!!”
Dia berbalik lalu menghampiriku, dadaku terasa dag-dig-dug entah karna apa. Tak biasanya aku takut pada seseorang selain guru dan orangtuaku. Kini dia hanya berjarak 1 meter dari tempatku berdiri, kakiku terasa lemas dan tanganku bergetar. “Apa lo bilang? Gua gak punya etika, terus lo ngomong kayak gitu ke kakak kelas artinya lo punya etika he?” “Tapi kan lo cowok, minta maaf kek. Bukan langsung pergi gitu aja” “Oke, SORRY” Ucapnya ditekan lalu berjalan pergi meninggalkan aku yang masih bingung kenapa jantungku berdetak kencang.
Jihan memandang sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ra, Ra. Sehari aja gak bikin masalah bisa nggak, ini malah cari masalah sama Kak Nathan” “Lagian orangnya nyebalin, rasanya pengen gua gigit urat nadinya sampe putus” “Sadis lo Ra. Udah ah ayo masuk kelas keburu Bu Salwa ngomel-ngomel” “Emang hari ini ada pelajaran matematika ya?” “Ada Rara” “Astaga gua gak inget” “Udah ayo” Jihan menarik tanganku menuju kelas. Dan pelajaran berjalan seperti biasanya tak ada yang istimewa.
Cerpen Karangan: Makhluk Munafik
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 28 Oktober 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com