Terlalu fokus belajar sampai melampaui yang dikejar hingga merusak kesehatan tanpa sadar ~ anak manis.
Ini cerita tentang seorang gadis bernama Khalisa Antafunnisa. Anak kedua dari tiga bersaudara dan merupakan anak perempuan satu-satunya, Nisa juga dikenal sebagai anak yang genius, polos dan ceria.
Pagi itu, Nisa dipanggil oleh kepala sekolah untuk mengikuti kegiatan olimpiade matematika. dengan wajah yang sangat polos Nisa hanya menjawab dengan anggukan kepala. Tidak lama ketika Nisa dengan kepala sekolah sedang berbincang-bincang terdengar suara ketukan dari luar.
Tok.. tok.. tok.. “Assalamualaikum, pak saya Farez izin menghadap,” “Waalaikumsalam, silakan masuk!”
Pintupun dibuka dan masuklah Farezta Azri Evano atau biasa dipanggil Farez. dia merupakan rival Nisa dalam perihal merebutkan prestasi. Farez pun masuk kemudian duduk bersebelahan dengan Nisa. Kepala Sekolah pun langsung menyampaikan tentang olimpiade Matematika. Setelah lama mereka berdiskusi, Nisa dan Farez pun meninggalkan ruangan tersebut dan kembali ke kelas.
“Nisa kamu ikut olimpiade lagi?” ujar salah satu teman kelas Nisa “Ya gitu deh al hehe,” dibalas cengiran khas Nisa “Mau deh sa jadi kamu,” teman Nisa pun kembali berucap sambil membayangkan dirinya menjadi Nisa Dengan wajah yang amat sangat polos Nisa hanya membalas dengan anggukan seolah-olah itu hal biasa, banyak teman sekelasnya yang iri dan ingin menjadi Nisa. “astagfirullah saa bales kek, jangan cuma ngangguk. Ih aku karungin nih,” saking gemes kepada Nisa, teman Nisa yang bernama Alena itu rasanya benar-benar ingin menculik Nisa. “hehehe,” seperti biasa hanya dibalas cengiran “arghh!! Nisaaaa!” Alena pun berteriak sembari pergi karena sudah terlalu gemas bercampur kesal
Tidak lama setelah itu, bel pun berbunyi peserta olimpiade pun langsung bergegas untuk latihan. “Farez!! nanti Nisa ikut pulang bersama ya,” dengan tidak santai Nisa berseru memanggil nama Farez mengajak untuk pulang bersama. Terlampau malu karena ulah Nisa, Farez menjawab dengan nada dingin “Ga,” “jahat banget si rez, bayangin aja ini terakhir kalinya Nisa bersama Farez.” ucap Nisa dengan nada yang menyebalkan. “kayak mau ke mana aja lo,” dengan acuh Farez melanjutkan pelajarannya dan mengabaikan Nisa yang bingung nanti pulang dengan siapa.
Melihat tak ada balasan dari Nisa, Farez pun melirik dan mendapati Nisa yang tertidur. Farez pikir Nisa menangis atau bagaimana, lah ini malah tidur! Setelah lama belajar, dan Nisa masih dengan kegiatan tidurnya. Tanpa mau menunggu Nisa, farez langsung melengos pulang. Namun, belum sampai di depan pintu Farez berbalik dan berniat membangunkan Nisa. “woyyy!!!” dengan teriakan yang kencang Nisa terbangun dengan terkejut “eh Nisa udah mati yaa yeayy,” mendengar ucapan Nisa, Farez pun melongo “ingin banget mati lo?” “tidak, tetapi umur ga ada yang tahu kan.” jawab Nisa acuh “iya tau tetapi lo-” sebelum Farez menyelesaikan ucapannya Nisa langsung pamit pulang.
Setelah meninggalkan Farez, Nisa langsung bergegas untuk pulang dengan berjalan kaki. Jam sudah menunjukkan pukul 17.50 dan Nisa baru sampai di depan gerbang rumahnya “hallo pak, buka gerbangnya dong nanti terburu malam,” pinta Nisa setelah menyapa pak satpam “eh neng, kok jalan si. tidak dijemput sama aden apa?” tanya satpam tersebut “ah tidak pak. yaudah saya langsung masuk ya mau mandi dadah pak,”
Sebelum menginjakan kaki ke dalam rumah sudah disambut dengan pertanyaan-pertanyaan seperti biasa “Gimana Nilainya?” tanya sang ayah tegas “sempurna yah,” dengan semangat Nisa menjawab ucapan ayahnya “Bagus, belajar lagi ya. Harus mendapatkan 100 ayah tidak mau dengar kamu dapat 95,” pinta sang ayah sembari pergi “siap ayah!”
Setelah ayahnya pergi, Nisa langsung ke kamar untuk membersihkan diri, dan harus belajar dengan keras supaya mendapatkan nilai sempurna. sewaktu mengerjakan salah satu soal, Nisa tidak dapat menjawabnya namun dengan sekuat tenaga dia kembali mencoba memecahkan soal tersebut hingga mendapatkan jawaban. tanpa terasa waktu menunjukkan pukul 02.00 pagi, dan dia langsung beristirahat.
Suatu pagi, di mana waktu olimpiade pun berlangsung Nisa dan Farez langsung bergegas menuju ruang olimpiade. semua tidak ada yang berubah. hanya Nisa yang sedikit berubah, Mukanya kelihatan sangat pucat, Namun dengan wajah polos dan ceria Nisa membalas ucapan mereka dengan cengiran khasnya dan meyakinkan bahwa dia tidak papa.
Di ruang olimpiade semuanya bersorak ramai, meneriaki jagoan masing-masing. lain halnya dengan Nisa, dia terlihat menatap sendu kedepan di mana belum ada kehadiran keluarganya atau mereka memang tidak hadir seperti biasanya. “huft, selalu seperti ini, mereka hanya mengandalkan otakku sedangkan kasih sayang mereka hanya untuk anak lelaki mereka. cukup sadar Nis kamu diperhatikan jika kamu mendapatkan nilai sempurna apa-apa sempurna,” Nisa menatap kedepan dengan pandangan kosong sembari membatin memikirkan hidupnya yang menurut orang-orang sempurna, haha omong kosong. bahkan dia tak pernah mendapatkan kasih sayang yang tulus dari orangtuanya.
olimpiade pun dimulai selama kurang lebih 2 jam dan sembari menunggu pengumuman. mereka, hanya duduk diam tanpa bergerak untuk pergi.
“Faress!! mau tanya dong,” seru Nisa “Hm?” sembari mengangkat salah satu alisnya membuatnya terlihat keren dengan suara terdengar datar “kamu bakal kehilangan aku tidak rez? kalau aku pergi,” tanya Nisa polos “gue? tidak lah, ngapain kehilangan lo. pergi ke mana si? keluar kota kan? pd lo,” jawab Farez sembari bertanya. “tidak keluar kota juga rez. siapa tau aku pergi jauh kan, terus kamu tidak bakal ada patner sama rival lagi deh,” ujar Nisa acuh “ya lo balik lah, jangan pergi-pergi,” pinta Farez Dengan lirih Nisa menjawab “semoga rez,” “ha? lo ngomong apaan woe. bisik-bisik tidak dengar ni,” ujar Farez dengan tidak santai “tidak, eh itu pengumumannya kalau menang yang pidato aku ya rez,” dengan mengalihkan pembicaraan sembari meminta izin supaya dia yang berpidato. “serah,”
“PENGUMUMAN UNTUK SELURUH PESERTA OLIMPIADE MATEMATIKA UNTUK SEGERA MENUJU RUANGAN!! KARENA SEBENTAR LAGI AKAN DIADAKAN PENGUMUMAN SIAPA YANG MENANG!!” suara dari panitia lomba pun sudah terdengar “OKEE, SEKARANG PADA tidak SABAR KAYAKNYA TIM SIAPA YANG BAKAL MENANG DAN DARI SEKOLAH MANA. LANGSUNG SAJA KITA MULAI…” “JUARA KETIGA DIRAIH OLEH….” “SMAN 1 BANDUNG,” prok.. prok.. prok..
“Kita lanjut ya!! JUARA KEDUA DIRAIH OLEH….” “SMAN 1 TANGGERANG RAYA,” prok.. prok.. prok..
“WAHH YANG DITUNGGU-TUNGGU JUARAA KESATU DIRAIH OLEH…” “SMA MERAH PUTIH JAKARTA,” prokkkk… prokk.. prokk.. “yeeeaaayyy kita menang,” ujar Nisa dan Farez “Farez aku ya yang pidato,” ucap Nisa Farez pun hanya mengangguk dan penasaran karena baru pertama kalinya Nisa gadis polos dan ceria meminta untuk berpidato. “apa coba yang mau dibilang tu bocah,”
“Silakan perwakilan dari SMA MERAH PUTIH JAKARTA ada yang ingin disampaikan?” Nisa pun dengan tingkah ceria maju kedepan meski kelihatan mukanya pucat. “tes.. tes.. 1.. 2.. 3..” “Assalamualaikum, pertama-tama perkenalkan nama saya Khalisa Antafunnisa biasa dipanggil Nisa, kedua saya ingin mengucapkan syukur kepada allah SWT, kemudian kedua orang tua saya, lalu guru pembimbing saya dan tidak lupa rival sekaligus patner Matematika saya. ketiga saya berdiri di sini ingin menyampaikan sedikit terima kasih dan maaf, izin perpanjangan durasi kak, buat orangtua saya, terima kasih sudah melahirkan saya meski kalian hanya berperan biologisnya, ayah ini juara terakhirku kupersembahkan untuk kalian, maaf jika kedepannya aku tidak bisa lagi menjadi sesempurna yang ayah minta. ayah, aku anakmu sudah lelah, rasanya benar-benar ingin menyerah, tolong beri aku kasih sayang meski terakhir, bukan hanya karena kalian membutuhkan baru aku diperhatikan. aku bukan robot yang harus terus dipaksa belajar. sampai harus mengubur sebuah mimpi yang sudah kubangun, demi kesempurnaan yang kalian inginkan…” semua terdiam bahkan ada yang tercengang tidak percaya Nisa yang polos dan ceria ternyata menyimpan luka batin yang dalam
“ayah, bunda jika kalian melihat ini aku hanya ingin bilang jangan lagi kekang anakmu demi kesempurnaan. mungkin, bahkan kalian tidak tau bagimana keadaan kesehatannya. sekarang aku menderita sakit tumor otak stadium akhir, aku juga terkena asam lambung, ginjalku hanya satu ayah, satunya sudah tidak berfungsi karena terlalu keras dalam belajar. keinginanku hanya satu, tolong beri aku kasih sayang. untuk saudara-saudaraku jangan pernah kecewakan ayah dan bunda. mereka menyayangi kalian tanpa kalian bersusah payah belajar,”
“terakhir sebelum penutupan, Farezta aku suka kamu. jangan balas perasaan ini aku hanya ingin kamu tau sebelum aku menutup mata.” ucapan terakhir Nisa diiringi dengan senyuman manis, sangat manis.
Nisa gadis itu hanya anak yang ceria, tanpa bahagia. dia tidak pernah tersenyum, bahkan dia lupa arti senyum dan ketika matanya tertutup dia pun dengan tulusnya tersenyum sangat manis. beban yang di pundaknya hilang, allah sudah tau bahwa hambanya yang ini sudah lelah dan bahkan setiap malam menangis ingin menyerah.
note: belajar boleh, ambis juga boleh tetapi kesehatan juga penting. buat orangtua, jangan terlalu menuntut seorang anak untuk sempurna, bahkan anak itu sampai rela mengubur mimpinya hanya untuk dituntut sempurna oleh orangtua. Tolong dukung kelebihan seorang anak dan terima kekuranganya
TAMAT
Cerpen Karangan: Zeliya Friska Nama penulis adalah Zeliya Friska. gadis yang lahir tanggal 27 januari, motivasinya jangan jadikan kekalahan sebagai trauma. namun, bangkit dan buktikan pada dunia, penulis yang hebat tidak akan tumbang meski mencoba namun gagal! tetap semangat! salam muda generasi muda.. ig: zellfrsta13 email: zellfris[-at-]gmail.com
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 30 Oktober 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com