Krucuk… Krucuk.. krucukk “Ah cacing di perut udah pada ribut, ke kantin dulu aja ah masih lumayan nih waktu istirahatnya,” kata Alvin bermonolog.
Alvin berbelok arah, karena di tengah jalan tiba-tiba ia merasa perutnya kosong. Karena hari begitu panas, sebelum sampai ke kantin Alvin memutuskan untuk menuju ke toilet sebentar sekadar untuk mencuci muka. Namun, ketika keluar… Brukkk Tiba-tiba ada seorang cewek yang menabraknya hingga membuat buku baru Alvin jatuh. “Eh maaf gak sengaja, gue buru-buru mau ke kantin,” kata cewek tersebut sembari mengambil buku Alvin yang jatuh. “Gue kek kenal suara cewe ini,” gumam Alvin sembari melihat lawan bicaranya tersebut yang masih menunduk. “Elu!” teriak mereka berdua kompak. “Ih jijik gue pegang buku lu.” Dengan cepat Lena memberikan buku itu kepada pemiliknya. “Sial! Ketemu cewe ini lagi,” kata Alvin dengan raut wajah penuh kekesalan. “Gue yang sial ketemu cowok songong kaya lu dari tadi!” sahut Lena tak mau kalah. “Kok jadi nyalahin gue, gue baru keluar dari toilet tiba-tiba lu tabrak aja buat buku gue kotor aja tau gak!” “Kan gue udah minta maaf!” “Gue maafin, asal..” sambung Alvin terpotong yang membuat Lena penasaran “Asal apa?” Tanya Lena. “Asal lu traktir gue” “Apaan? Gak mau ah” “Mau dimaafin gak?” “Hmm, iya deh.” Lena mengiyakan dengan sangat terpaksa. “Yesss, makan gratis haha!”
Lena berjalan mendahului Alvin. Tak butuh waktu lama, mereka telah sampai. Keadaan kantin begitu sesak, membuat mereka kesulitan untuk menemukan tempat kosong, hingga akhirnya mereka melihat dua kursi yang masih kosong di sudut kantin.
“Tuh kosong,” kata Alvin sembari mengarahkan pandangannya ke dua kursi yang berada di sudut kantin. Mereka berjalan menghampiri kursi itu dan mendudukkan diri di sana. “Lu mau pesan apa?!” tanya Lena tak santai “Mbok, saya pesan mie ayam 1, soto 1, roti bakar setengah gosong 1, kerupuk 2 bungkus, sama es kelapa muda 1 ya,” kata Alvin pada Mbok Jumi. Lena mendelik, terperangah dengan banyaknya makanan yang dipesan Alvin, “Woi, lu mau bikin gue bangkrut hah?! Gila lo, pesen gak kira-kira!” “Ya gimana, gue laper,” jawab Alvin santai. “Bener-bener ya lu…” “Apa? Gue ganteng kan? Lu bilang sendiri tadi,” celoteh Alvin. “Eh apaan?” ucap Lena salah tingkah, ia malu sekali, sudah dapat dipastikan wajahnya sekarang sudah memerah seperti kepiting rebus. Alvin yang melihat wajah Lena bersemu, lantas tersenyum tipis. “Ini pesanannya,” kata Mbok Jumi sembari meletakkan pesanannya di meja. “Makasih, Mbok.”
Tanpa aba-aba, Alvin segera melahap pesanannya. Lena kebingungan bagaimana ia harus membayar pesanan sebanyak itu, ia gelisah sejak tadi, bahkan duduk pun ia tak tenang. “Lu kenapa?” tanya Alvin yang sadar ada yang aneh dari Lena. “Oh, ngga, ngga ada apa-apa.” Lena mencoba tersenyum meskipun ia masih tak dapat menyembunyikan raut wajah gelisahnya. Alvin terus menatap Lena yang kini tengah terdiam, ia sadar Lena sedang berbohong. “Kalo lagi diem gini, dia kelihatan… cantik,” batin Alvin.
“Mbok, semuanya jadi berapa?” tanya Alvin pada Mbok Jumi. “Semua jadi 35 ribu, Den,” jawabnya. Alvin melirik Lena yang sedang gelagapan, Lena baru sadar dirinya lupa membawa dompet, kalaupun bawa uangnya pun tak akan cukup karena sudah ia habiskan untuk membeli novel kesukaannya. “Eh, itu…” kata Lena terputus. “Nih, Mbok, ambil aja kembaliannya.” Alvin menyodorkan selembar uang 50 ribu kepada Mbok Jumi. “Terima kasih, Den.” Mbok Jumi menerimanya sembari tersenyum. “Loh, lu ngapain bayar sendiri?” tanya Lena tak percaya. “Gue tau lu gak bawa duit,” jawabnya santai. “Tapi kan tadi gue yang mau bayarin buat permintaan maaf, berarti… gue gak dimaafin dong?” Lena berkata dengan hati-hati. Alvin tersenyum manis mendengarnya. Catat, tersenyum manis, setelah berkali-kali ia menunjukkan sikap dinginnya kepada Lena. “Gue gak mungkin lah, tega ngebiarin cewek manis di depan gue ini kebingungan,” kata Alvin santai. Blush… Seketika rona merah kembali muncul di pipi Lena.
Bagai tersambar petir di siang bolong. Kenapa Alvin tiba-tiba bisa semanis ini? Kenapa cowok di depannya ini dengan mudahnya mampu membuat jantung Lena seakan ingin loncat dari tempatnya? Ah, sudahlah. Mereka kemudian berjalan menuju kelas masing-masing, Lena nampak tidak fokus karena terus terbayang-bayang dengan perkataan Alvin di kantin tadi.
“Eh ngapain lu senyum-senyum sendiri?” tanya Alvin saat menengok ke belakang. “Eh enggak kok.” “Jangan bilang lu udah gila ya?” “Enak aja, gue masih waras kali!” “Terus ngapain lu buntutin gue, kelas lu kan di sana?” tanya Alvin sembari menunjuk ke arah kelas Lena. “Oh iya, maaf,” jawab Lena dan ia pun bergegas lari. Lena mulai berjalan menjauh dari Alvin menuju kelasnya.
“Eh, kaya ada yang aneh,” ucapnya ketika teringat sesuatu, “kok dia tau kelas gue, ya?” Lena membalikkan badan lantas berlari menghampiri Alvin lagi. “Woi prasasti!!! Tunggu!!!” Alvin menatapnya bingung, ” Kenapa?” “Kok lu tau dimana kelas gue sih?” tanya Lena tanpa basa-basi. “Hm.” Alvin menjawab malas. Jawaban Alvin membuat Lena memicingkan mata “Lu… stalkerin gue, ya? Ngaku lu!” “Idih, kurang kerjaan bener stalkerin lu,” cibir Alvin yang seketika dibalas dengan raut wajah kesal Lena. “Terus lu tau dari mana?!” tanya Lena, lagi. “Dia gak boleh tau kalo tadi gue sempet tanya temennya,” batin Alvin. “Woi, ditanyain juga!” kata Lena sewot. “Udah lah, gue sibuk ada urusan.” Alvin berlalu meninggalkan Lena yang kini tengah menatapnya dengan raut wajah yang sulit diartikan. “Dia… menyebalkan!” gerutu Lena.
Kini Alvin dan Lena menuju ke kelasnya masing-masing untuk mengikuti pelajaran, setelah bel pulang berbunyi, mereka menyambutnya dengan senang hati dan segera pulang ke rumah. “Assalamualaikum.” Lena mengucapkan salam sembari melangkahkan kaki ke dalam rumahnya. “Wa’alaikumussalam, eh anak mama udah pulang” jawab Mama Lena. “Iya, Ma.” jawab Lena sembari menyunggingkan senyum. “Ada apa aja tadi di sekolah?” tanya Mama Lena “Ada melon, semangka, pepaya, anggur, jambu, mangga.” Entahlah, mungkin Lena sudah terlalu lelah dengan hari ini, jadi ia hanya menjawab asal pertanyaan dari mamanya itu. “Sejak kapan sekolah jadi pasar buah?” “Nanti lagi ya, Ma. Lena mau ganti baju dulu hehe.”
Sementara itu di tempat lain, Alvin sudah berbaring di atas kasur sambil memainkan gadgetnya dengan tatapan serius. Pantas saja, ternyata Alvin berusaha mencari tahu nama Instagram Lena dengan mengecek pengikut kelas X1 IPS 1, karena itu merupakan ig kelas Lena, pasti Lena mengikutinya.
“Jadi nama lengkapnya Auglena Aurita, tapi ah.. kenapa akunnya dikunci sih” ucap Alvin frustasi. Tak kehabisan akal, Alvin mencoba menggunakan akun lain demi bisa memantau sosial media Lena tanpa diketahui. Ting… Sebuah notifikasi masuk di akun instagram milik Lena, nampak sebuah akun bernama @handsomeboy mencoba mengikuti sosial medianya. Lena mengerutkan kening, lantas menahan tawa setelah membaca nama akun itu. “Punya siapa nih akun?” tanyanya bermonolog. Sekarang ia justru menerima permintaan mengikuti dari akun itu. Entahlah, iseng saja, pikirnya. Sedangkan di tempat lain, Alvin tersenyum girang ketika kini ia bisa memantau instagram milik Lena. Sebuah postingan Lena berhasil mengalihkan perhatian Alvin, nampak di sana Lena dengan rambut panjangnya yang memakai bandana berwarna merah muda, matanya yang bulat berwarna cokelat, pipinya yang chubby, bibirnya berwarna merah nan mungil dengan senyum tipis menatap kamera. “Cantik.” Sebuah kata tak terduga berhasil lolos dari bibir Alvin, ketika tersadar ia langsung menggelengkan kepalanya, frustasi. “Eh, apaan sih gue.” Perlahan ia mematikan handphone dan memutuskan untuk segera tidur, namun pikirannya dipenuhi oleh sosok perempuan yang baru ditemuinya di sekolah tadi, Lena. Lena, apakah dia benar-benar membuat Alvin terlena hanya dengan memikirkannya?
Kini hari mulai petang, matahari tak lagi menampakkan sinarnya, semilir angin terasa menusuk kulit, suara jangkrik pun seakan tak mau ketinggalan. Ting… Tiba-tiba hp Lena berbunyi. “Siapa sih ganggu gue lagi belajar aja,” oceh Lena. handsomeboy Hai “Loh? Ini kan orang tadi yang baru follow, ah biarin aja deh.” Lena mencoba mengalihkan perhatiannya dengan meletakkan hpnya
Ting… Ting… Ting… Terdengar ada tiga notifikasi pesan yang masuk. “Gatau gue lagi belajar apa! mau ku jadikan geprek kayaknya itu orang!” Lena yang fokusnya pecah karena notifikasi pesan itu semakin menggerutu. Dua notifikasi instagram dari @handsomeboy dan satu notifikasi WhatsApp dari Nafiza yang ingin menanyakan jawaban tugas sekolah yang kemudian dibalas oleh Lena bahwa ia belum mengerjakannya. handsomeboy Maaf ganggu Lena lagi ngapain? Lena membuka pesan dari @handsomeboy, ia tengah berpikir apakah ini akun temannya yang mencoba mengerjainya atau bukan, tak lama kemudian akhirnya Lena memutuskan untuk membalasnya. Auglenaaurita_ Ini siapa? handsomeboy Baca nama akun gue Seketika Lena bengong, memutar kedua bola matanya dengan malas, kemudian kembali menjawab pesan tersebut. Auglenaaurita_ Ini siapa? Gue gak butuh basa-basi handsomeboy Orang yang lu jatuhin bukunya Lena mengerutkan kening, berpikir sejenak, lantas tak percaya dengan isi pesan tadi.
Auglenaaurita_ Ini… Alvin? handsome boy Hm Auglenaaurita_ Ngapain lo dm gue? Pake akun fake lagi. Bener dugaan gue, lo itu STALKER iya, kan?! handsomeboy Gue stalking orang yang spesial aja Auglenaaurita_ Hah? Maksudnya?
Cukup lama Lena menunggu jawaban dari pesan yang ia kirim, namun ternyata pesannya hanya dibaca oleh Alvin. “Bener-bener ya nih orang, maunya apa, sih?” gerutu Lena yang sudah jengkel. Sedangkan di tempat lain, Alvin sendiri tak mengerti mengapa ia harus melakukan ini semua. “Gue ngapain dm dia, sih?!” Alvin mengacak rambutnya, sepertinya malam ini ia tak dapat tidur tenang.
Cerpen Karangan: Fahmi Nurdian Syah
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 3 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com