Semua memang akan terasa berat tapi, bukan berarti tak bisa kita lalui. Hidup akan terus berjalan begitu juga dengan waktu, tak akan pernah berhenti walau kita memintanya seribu kali. Niandra, itulah namaku, yang lebih akrab disapa Nia. Aku masih duduk di bangku SMA. Kata orang sih, masa dimana akan banyak cerita pertemanan atau bahkan percintaan.
Waktu sudah menunjukan pukul 06.30 dan aku sudah berjalan menuju sekolah. Tiba-tiba ada sepeda motor berhenti tepat didepanku. “Ayo berangkat bareng aja.” Ucapnya. “Azil, ngapain kamu lewat sini?” Aku terkejut melihatnya. “Mau njemput kamu lah, udah ayo naik.” Jawabnya sambil menarik tanganku. “Ya udah iya.” Aku segera duduk di motornya.
“Nia, akhir-akhir ini kok aku merasa seperti kamu menjauh dariku.” Tanya Azil memulai percakapan. “Ah, cuma perasaanmu aja kali.” Jawabku. “Kamu juga jadi cuek, ada apa sih?” Azil semakin penasaran. “Aku bingung harus memulai dari mana, mungkin ini juga bukan waktu yang tepat untuk membahasnya.” Gumamku dalam hati. “Kok malah bengong.” Azil mengejutkanku. “Eh udah sampe nih, duluan yah daah.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.
Aku langsung masuk ruang kelasku, dengan perasaan bimbang aku harus tetap terlihat tenang saat pembelajaran. Hari ini tak ada satu pelajaranpun yang bisa kumengerti. Tak tau apa yang harus kulakukan. Sejenak aku berfikir tuk mengakhiri hubunganku dengan Azil, tapi hatiku seperti tak merelakannya. “Memang sulit berada di posisi ini tapi aku harus menyelesaikannya.” Ucapku lirih.
Pukul 13.30 bel pulang berbunyi, aku mengemasi barang-barangku. “Uh, akhirnya waktu yang ku tunggu datang juga.” Ucapku lega. Tiba-tiba Azil memegang erat tanganku. “Nia, kita harus bicara.” Tegur Azil. “Bicara tentang apa?” Tanyaku penasaran. “Udah ayo jangan disini.” Dia menarik tanganku.
Azil membawaku ke taman di dekat sekolah. Suasana berubah menjadi sedikit canggung. “Apa yang ingin kau tanyakan Zil?” Aku menatap Azil. “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa sikapmu berubah Nia?” Azil bertanya penuh kegelisahan. “Aku…” Azil memotong ucapanku. “Jujur aja Nia.” Ucapnya penuh harapan. “Aku hanya tak suka jika kau terlalu dekat dengan perempuan lain. Wulan, perempuan yang kau bilang hanya teman itu, tapi dekat seolah memiliki hubungan.” Aku bicara terang-terangan pada Azil. “Aku minta maaf, aku tidak bermaksud seperti itu.” Kata Azil lirih.
“Ada hubungan apa kamu dengan dia. Apa kamu menyukai dia Zil?” Tanyaku marah. “Ja.. jangan salah paham dulu, aku… aku…” Azil tidak melanjutkan ucapannya. “Aku tau kalian saling menghubungi tanpa sepengetahuanku, bahkan aku sering melihat kalian jalan berdua. Bukannya aku melarangmu, hanya saja aku tak suka dengan caramu. Sudahlah aku butuh waktu sendiri.” Aku mengakhiri percakapanku dengan Azil. Aku segera pergi dan tak memberi waktu Azil untuk membela dirinya.
Satu minggu berlalu, setelah pertengkaran itu aku dan Azil masih sama-sama diam dan tak ada yang memulai percakapan. Hingga pada akhirnya Azil menemuiku di kelas. “Nia, aku ingin bicara.” Ucapnya lirih. “Ya bicaralah.” Jawabku singkat. “Aku lebih nyaman dengan wulan, apa kau tak apa jika kuakhiri hubungan kita ini?” Tanya Azil sambil menatapku. “Terserah kau saja, lagi pula aku juga tak bisa memaksamu tuk terus bersamaku.” Jawabku dengan hati gelisah. “Ya sudah, walaupun kita sudah putus aku tetap bisa menjadi teman baikmu.” Azil berkata dengan wajah bahagia. “Okeh.” Kataku singkat sambil tersenyum walau terpaksa dan meninggalkan kelas.
Seolah hanya mimpi, tak kusangka hubunganku akan berakhir seperti ini. Tapi inilah kenyataannya, kenyataan yang harus kuterima dan harus tetap dijalani. Masih terasa sakit, tapi apa boleh buat aku harus belajar mengikhlaskan
Beberapa minggu kemudian di sekolah, aku tak sengaja melihat Azil dan Wulan yang sedang bercanda ria penuh kebahagiaan. Aku hanya tersenyum sembari mendoakan kebahagian mereka berdua. Aku tak membenci mereka, aku juga tak menyalahkan mereka. Memang benar kata orang, perasaan tak bisa dipaksakan. Sudahlah tak usah memaksa cukup diikhlaskan saja, toh nanti juga bakal dapat yang baik juga.
Cerpen Karangan: Iva Anggraini Blog / Facebook: Iva Anggraini
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 15 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com