Namaku Reza, aku duduk di bangku SMA, aku mempunyai teman perempuan ia bernama Riska, yaitu orang yang aku suka. Di pagi hari yang cerah, entah kenapa aku sangat semangat setiap melihat dia. Ketika dia melihat balik dan menyapa dengan senyumannya, behh, rasanya jantung ini mau copot. Tapi sayangnya dia tidak sekelas denganku, walaupun begitu aku tidak menghiraukannya, yang penting masih bisa ketemu.
Ketika bel istirahat sudah berbunyi, aku pun bergegas menuju ke kantin. Tidak lupa mengajak teman, oh iya aku kenalin dulu yah circle aku, namanya Jovan dan Andre. Kami pun bergegas menuju kekantin karena takut kehabisan makanan favorit kita.
“Enak yah makanan disini, untung aja gak kehabisan kita,” ucap Jovan. “Ya iyalah, eh bentar-bentar itu bukannya si Riska yah?” tanya Andre. “Loh iya ya, dia kok dideketin sama cowok, wah gak beres ini Za,” ucap Jovan. “Ya terus aku harus bagaimana?” tanya Reza. “Kamu harus tembak tuh cewek, keburu diambil sama yang lain,” ucap Jovan. “Tapi kan Van, Reza gak punya senapannya,” ucap Andre. “Masih sempet-sempetnya lu ngejokes ndre, ini lo bantu dong temen kita,” ucap Jovan. Mereka bertiga pun masih mengintai si Riska bersama cowok lain yang diduka masih PDKT. Dengan adanya itu, Reza masih belum menyerah Untuk ngedeketin cewek itu.
Keesokan harinya Reza mengajak Riska untuk pergi ke taman untuk menyatakan isih hatinya, sesampainya disana. “Kenapa Za kamu kok ngajak aku kesini,” ucap Rizka. “Iya nih lagi bosen aja di rumah,” jawab Reza.
Sekian lama mereka mengobrol dan akhirnya Reza ingin membicarakan apa yang ada di isi hatinya. “Iya nih, Riz jujur yah aku mau bicara sama kamu,” ucap Reza. “Boleh,” “Sebenarnya kamu itu udah punya pacar apa belum sih?” tanya Reza dengan gugup. “Belum sih, emangnya kenapa?” ucap Riska. “Sebenarnya,” “Apa?” Reza ternyata masih ragu-ragu menyatakan cintanya. “Nggak, sebenarnya aku lapar dari tadi belom makan, yuk cari makan,” ucap Reza. “Oh makan, yaudah ayo,” ucap Riska. Dikarenakan Reza tidak percaya diri, akhirnya dia memutuskan mengajak Rizka untuk makan, hari pun semakin malam, Reza memutuskan untuk mengantarkan Rizka kembali ke rumahnya.
Keesokan harinya Reza bercerita tentang kejadian kemarin ke temannya. “Selanjutnya bagaimana?” ucap Reza. “Ya terus deketin tuh cewek, oh iya bro mental lu itu juga harus kuat,” ucap Jovan. “Sabar yah bro,” ucap Andre.
Reza masih memikirkan kejadian kemarin, dalam hati Reza “Kenapa yah aku kemarin nggak langsung ngomong aja, padahal ya tinggal sat-set aja langsung beres,”. Reza masih merenung dan memikirkan bagaimana caranya bisa jadi pacarnya si Riska.
Hari pun berganti, sekarang waktunya Reza sekolah, pakaiannya sangat-sangat rapi dan bau parfum yang sangat wangi. Dia sangat semangat di hari ini, karena mau bertemu dengan pujaan hatinya.
“Mel, lihat Riska nggak?” tanya Reza. “Oh Riska lagi sakit Za,” ucap Imel. “Loh emangnya sakit apa?” “Riska sedang sakit masuk angin, gara-gara kemarin malam keluar sama aku,” “Oh makasih ya,” “Sama-sama,”
Dalam hati Reza merasa tidak enak karena masih kepikiran tentang Riska yang sedang sakit. Yah, wajarlah ya, kalau melihat orang yang kita sayang sedang sakit pasti kepikiran, karena itu tandanya kita sayang ke dia.
Sepulang sekolah Reza langsung bertanya-tanya kepada Riska. “Ris, kamu sakit apa?” ucap Reza. “Kamu nanya?” canda Riska. “Ya iyalah, malah bercanda, aku tuh kawatir kamu kamu kenapa-napa,” ucap Reza dengan tidak sengaja. “Cie, sekarang jadi perhatian, pasti ada udang dibalik batu,” ucap Riska. “Yah nggak papa kan Cuma nanya, apasalahnya nanya ke teman sendiri,” ucap Reza. “Hm,” Reza sangat senang ketika berbicara dan bercanda dengan Riska walaupun lewat telepon.
Keesokannya Reza berangkat ke sekolah, berharap Riska sudah sembuh, “Mel, Riska sudah masuk?” tanya Reza. “Belum Za,” jawab Imel. “Oh, makasih ya,” “Iya,”
Reza kebingungan padahal kemarin ketika bertelepon dengan Riska, dia nampak baik-baik saja. “Ah sudahlah, mungkin Riska butuh istirahat,” dalam hati Reza. Bel pulang sudah dibunyikan, semua siswa diperbolehkan untuk pulang. Reza tidak lupa menyusul temannya untuk pulbar alias pulang bareng. Ditengah-tengah perjalanan ada seorang ibu-ibu yang meminta untuk bareng.
“Mau bareng sampai mana bu?” tanya Reza. “Sampai perempatan sini aja lo nak dekat kok,” ucap ibu. “Kebetulan searah kok bu, gapapa” ucap Reza. “Eh, Van kok tumben Reza baik, mau mengantar kan ibu itu,” tanya Andre yang di bonceng oleh Jovan. “Yah, mungkin semenjak deket sama Riska itu,” ucap Jovan.
Sesampainya di rumah Reza langsung mandi dan tidur karena kecapekan, di mimpi tidurnya Reza mengajak pacarnya keluar Negeri yaitu Riska, dan setelah bangun dia sadar bahwa itu cuma mimpi.
Dihari ketiga Reza berangkat ke sekolah. “Mel, dia udah datang,” ucap Reza. “Belum masuk dia Za, penyakit Riska tambah parah, ia dilarikan ke UGD,” ucap Imel. “Yang bener kamu Mel,” “Iya bener,”
Reza sangat cemas, sepulang sekolah ia menjenguk Riska yang berada di Rumah sakit. Sesampainya disana ia bertemu Riska yang keadaannya sangat lemah. Reza hanya bisa duduk dan terdiam diluar kamar.
Satu jam kemudian dokter berbicara kalau Riska sudah boleh dilihat. “Ris, kamu kenapa kok bisa begini,” ucap Reza dengan sedikit menangis. “Hm, nggak papa kok, terimakasih ya sudah perhatian,” ucap Riska dengan senyum. “Ah, nggak kok, oh iya aku bawah buah ni aku taruh dimeja ya,” ucap Reza. “Hm,”
Sudah lama Reza menanti momen ini, dan sekarang adalah momen yang pas buat Reza untuk menyatakan cintanya. “Em Riz, jujur yah aku boleh ngomong,” ucap Reza. “Iya ngomong aja gak papa,” ucap Riska. “Aku tuh sebenarnya sudah lama suka banget sama kamu, jadi kamu mau nggak jadi pacar aku?” tanya Reza sambil memegang tangan Riska. “Emm, mau banget,” sambil terharu. “Ha, serius?” sambil kaget. “iya,”
Reza akhirnya sangat senang ketika cintanya diterima oleh Riska, ia berjanji akan selalu setia kepada Riska. Singkat cerita, ketika Riska sudah sembuh ia mengajak Riska ke Pegunungan Arjuno, ia memilih kesana dengan alasan pemandangannya yang sangat bagus.
“Ih bagus banget Za pemandangannya,” ucap Riska. “Iya lah Reza gitu yang milih tempatnya,”
“Za, aku tau perjuanganmu sangat besar, aku mau hubungan ini berlanjut sampai selamanya,” ucap Riska. “Sama aku juga begitu kok,”
Setelah sekian lama hari semakin gelap, Reza akhirnya pun pulang dan mengantarkan Riska pulang ke rumahnya, Mereka adalah pasangan yang sangat romantis, sampai-sampai teman di sekolahnya iri melihat Reza dan Riska.
Cerpen Karangan: Reyhan Ardiansyah Efendi Blog / Facebook: Yeye SMPN 1 Puri