Lian adalah murid kelas satu SMA, menurutnya ia adalah murid yang memiliki prestasi dan hidup yang biasa-biasa saja. Menurut Lian hidupnya monoton, seperti bangun pagi ke sekolah, pulang ke rumah, mengerjakan tugas, nonton TV, lalu tidur, berulang-ulang terus seperti hidup tanpa makna.
Suatu ketika saat di sekolah Lian merasa murung, Lian ingin mencari hiburan baru dan kegiatan baru. Selama beberapa waktu Lian selalu terlihat murung di sekolah, Rehan pun sebagai teman baik Lian merasa khawatir melihat Lian yang sedari tadi terlihat murung.
“Li lu ngapa? sedih mulu gua liat-liat” Rehan menatap Lian dengan khawatir “iya nih lagi bete hidup gini-gini doang, bosen cuyy” Lian berbicara dengan muka yang datar
Lian tau bahwa temannya ini suka meminum minuman keras dan clubbing, walaupun Lian tau kedua kegiatan tersebut sangat tidak baik bagi kesehatan jasmani dan rohani, tetapi Lian sangat penasaran dengan kehidupan Jaksel Lifestyle yang Rehan alami, dalam waktu yang singkat akhirnya emosi Lian pun mengalahkan hati nuraninya dan dalam pikiran Lian ia memutuskan untuk mencoba Jaksel Lifestyle dan mencoba membenarkan kedua perbuatan yang menyimpang dari tatanan masyarakat Indonesia, ini membuktikan bahwa keputusan Lian diambil dari emosi yang dibenarkan oleh logika.
Dalam pemikiran yang sangat singkat itu Lian berkata kepada Rehan “Han, gua kan lagi gabut nih, ajakin gua dugem dong!”. Rehan yang awalnya khawatir pun tertawa “HAHAHA… gua kira lu kenapa sedih-sedih mulu ternyata kurang party, yaudah mau kapan? gua mah always ready”. Lian yang polos dan tanpa berpikir panjang menjawab “malam ini gas aja kali yak, bosen gua udah nggak tahan”. “yaudah nanti dari rumah lu jam 10 malam berangkat ke rumah gua, terus dari rumah gua naik mobil baru ke club” Rehan merespon dengan senyuman nakal. Lian mengiyakan ajakan Rehan tersebut, padahal hari itu adalah hari Rabu dan esoknya hari Kamis.
“Ma.. Pa.. aku pergi dulu ya? mau ke restoran makan malam sama Rehan” Lian memohon dengan nada yang lembut dan berusaha meyakinkan kedua orang tuanya. “Tapi ini udah malam nak.. besok kan kamu sekolah” seru mama Lian dengan nada yang khawatir. “Santai aja ma.. pa.. ga bakal lama kok” Lian membalas kekhawatiran mamanya dengan senyuman.
Orangtua Lian pun mengizinkan Lian untuk pergi, aneh tapi nyata. Orangtua Lian bisa dibilang orangtua yang lumayan santai asal selalu izin, orangtua Lian lumayan membebaskan anaknya karena menurut mereka ketika anak terlalu sering dilarang-larang kelak ketika mencoba hal yang baru mereka tidak akan tau batasan. Orangtua Lian sebenarnya sudah tau Lian berbohong, namun orangtua Lian hanya berpesan “jangan lupa besok sekolah”
Lian dari rumahnya pun naik gojek ke rumah Rehan, sesampai disana Lian melihat teman-teman Rehan yang tidak ia kenal, Lian berkenalan bersama teman-teman Rehan yang bernama Dika dan Kevin. Tetapi satu-satunya pertanyaan Lian adalah “Han emak sama bapak lu mana?, lu sendiri aja?” Seketika Rehan yang ceria bercanda tawa pun terdiam sebentar dan berkata “nanti gua cerita di mobil”.
Setelah itu Rehan dan teman-temannya serta Lian pun masuk kedalam mobil, dengan posisi Rehan yang membawa. Lian yang takjub dan kaget bertanya “widihh bisa nyetir mobil lu? keren juga, belajar sama siapa lu? emang gak ketangkap polisi lu? kan belom ada SIM, emangnya dibolehin emak sama bapak lu?”. Rehan tersenyum kecil dan berkata “gua belajar sendiri dan orangtua gua gak pernah tau kalau gua bisa nyetir mobil, mobil gua pake plat nomor polisi, polisi gak ada yang berani nangkep gua”. Lian kaget dan bertanya “lah gimana sih kok orangtua lu bisa sampe gak tau lu bisa nyetir mobil?”. Rehan dengan nada yang kesal berkata “orangtua gua aja keluar kota mulu, gimana mau tau anaknya ngapain?”, seketika suasana menjadi hening.
Dika teman Rehan mencairkan suasana dengan berkata “eh mendingan kita ke club BBS (Big Brother Sudirman), disana ada orang dalam gua, jadi lu pada gak ditanyain KTP”.
Setelah 10 menit perjalanan mereka akhirnya sampai juga di sana, Dika dan Kevin hanya menyapa penjaga pintu club tersebut dan mereka langsung diizinkan untuk masuk. Rehan yang berdampingan dengan Lian bertanya “kesan pertama lu apa Li?”. “Gila sih baru tau gua ada tempat kayak begini di Jakarta”.
Lampu berwarna-warni berkelap kelip menyinari wajah Lian, DJ yang memainkan musik hip-hop barat dengan beat yang membuat orang-orang menari. Orang-orang yang berbau parfum bercampur alkohol, dan orang-orang yang bersenang-senang dan bergembira.
Lian yang kaget sambil melihat ke sekeliling dan mengikuti Rehan dari belakang akhirnya tiba di sebuah sofa. Di meja sofa itu sudah tersedia botol-botol minuman keras, Rehan dan teman-temannya menuangkan dalam gelas-gelas kecil.
“Nih cobain Li” seru Rehan Lian mencium bau alkohol yang agak menyengat, awalnya Lian tidak mau mencobanya, tetapi karena paksaan dari teman-temannya, dia mencoba seteguk.
“Gimana rasanya Li?”, menanyakan sambil tertawa-tawa “Rasanya pedas, panas, pahit gimana gitu”.
25 menit kemudian… Teman-teman Lian sudah sedikit terpengaruh alkohol dan pergi ke dance floor, Lian melihat mereka merangkul orang lain sambil melompat-lompat mengikuti beat musik. Karena adanya pengaruh alkohol, Lian merasa pusing dan mual. Lian hanya bisa duduk diam di kursi dengan tubuh yang lemas, menatap sekitar disertai tatapan yang lesu, dikelilingi bersama orang-orang mabuk dalam satu ruangan yang lumayan sempit, ruangan yang ber AC pun tidak terasa dinginnya karena suhu tubuh yang panas akibat terlalu banyak alkohol.
Waktu telah berlalu, Lian lupa waktu. Lian, Rehan, dan teman-temannya, sudah tertidur begitu saja, mereka tergeletak di lantai dengan keadaan mabuk.
Alarm tiba-tiba berbunyi, Lian langsung terbangun dan langsung mengenali bahwa nada dering tersebut berasal dari hpnya sendiri. Lian berdiri ingin mencari hpnya, tiba-tiba Lian merasa panik, terkejut, jantungnya dapat terdengar jelas sedang berdetak kencang di dadanya. Semua rasa campur aduk yang Lian alami ini karena ia baru sadar bahwa dia tertidur pulas semalam dan tidak pulang ke rumah, padahal Lian sudah memastikan kepada orangtuanya bahwa ia harus pulang ke rumah dengan batas waktu yang tidak lama. Pemikiran itu langsung muncul di kepala Lian setelah ia ingin berdiri dari tempat yang ia tiduri.
Nada dering alarm yang berasal dari hp Lian masih berdering kencang, namun yang menyadari nada dering tersebut hanya Lian. Rehan dan teman-temannya terlihat sedang tertidur pulas dan lelah karena terlalu mengeluarkan tenaga untuk party semalam.
Lian melihat sekeliling untuk sekian kalinya dan segera mencari hpnya, namun Lian malah berfokus pada meja bundar yang dipenuhi banyak botol alkohol. “Hah? Beneran nih gua abis ngedugem? Gila sih, ternyata gini ya rasanya…” seru Lian yang sedang berbicara dalam hati.
“WOI” salah satu teman Rehan berteriak kesal kepada Lian. Lian pun langsung menoleh ke arah dimana teriakan itu berasal “Itu bunyi alarm siapa sih!? Dari tadi bunyi mulu, tch ganggu aja” seru salah satu teman Rehan
Tanpa menjawab perkataan tersebut, Lian langsung mengambil hpnya yang ternyata ada di meja bundar itu, ia pun segera mematikan alarmnya. Lagi dan lagi Lian dikejutkan dengan angka jam yang terlihat di hp lockscreennya, angka tersebut tertuju pada jam 6.10, Lian dan Rehan mulai sekolah pada pukul 07.00, sedangkan jarak antara club ini dan sekolah lumayan jauh dan tentunya tidak membutuhkan waktu yang cepat untuk sampai tujuan, belum lagi Lian dan Rehan harus bersiap-siap.
Tanpa berlama-lama lagi, Lian bergegas untuk membangunkan Rehan, ternyata hanya membangunkan Rehan saja membutuhkan kesabaran dan usaha yang luas. Akhirnya Rehan pun bangun setelah 4 menit dari perjuangan Lian untuk membangunkannya.
Lian dan Rehan pun dengan cepat menuju ke mobil rehan dan bergegas ke rumah Lian untuk mengganti baju seragam dan persiapan sekolah lainnya.
“Lian, gua ke rumah elu ya? Lo pasti ada baju seragam lebih kan? Kalo urusan buku, alat tulis mah gampang, tinggal minjem kursi sebelah” seru Rehan sambil menyetir mobil sambil mengantuk. “Oh oke oke, orang tua gua jam segini belom bangun kok” ucap Lian dengan santai, tetapi Lian tahu bahwa orangtuanya akan kecewa kepadanya karena Lian telah membohonginya.
Sesampainya di rumah Lian, mereka pun memanjat pagar untuk masuk, karena gerbang rumahnya ternyata terkunci. Lian dan Rehan pun segera masuk ke dalam rumah, menaiki lantai 2, dan membuka pintu kamar Lian. Di waktu yang sempit, mereka menyisihkan waktu untuk mandi, Lian menyiapkan buku untuk sekolah, bergerak cepat memakai sepatu hitam dan segera menaiki mobil Rehan.
Mereka pun telat masuk sekolah, di kelas Lian merasa mengantuk, hampa, dan hal buruk lainnya yang membuat Lian merasa tidak semangat untuk mengikuti kegiatan belajar. Semua rasa yang Lian alami ini, dia sadar bahwa jika dia pergi ke club dalam waktu yang sering, maka prestasinya akan menurun, dia akan terus terlambat datang ke sekolah, tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik, dan dapat mengecewakan kedua orangtuanya, Lian tahu bahwa pergi ke club adalah hal yang menyenangkan, namun memberi dampak buruk pada masa masa sekolahnya.
Maka sejak Lian menyadari hal tersebut, dia tidak mau pergi ke club untuk meminum banyak alkohol. Hidup bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat membuat Lian merasa hampa. Sekarang, Lian memilih untuk tidak pergi ke club lagi, dan meneruskan sekolahnya seperti biasa.
END
Cerpen Karangan: Besariano Kenchana Jaya, SMP Tarakanita 1 Blog / Facebook: @rianokj