Farel adalah seorang mahasiswa ITB yang mengambil jurusan teknik mesin. Suatu hari pada saat libur kuliah, Farel merencanakan untuk pergi mendaki ke gunung Lawu. Pada saat itu Farel masih berada di kosnya yang berada di Bandung sedangkan Gunung Lawu berada di Jawa Tengah. Pada saat itu Farel pulang terlebih dahulu ke kampung tempat tinggal kedua orangtuanya yang berada di Solo untuk bertemu mereka karena Farel sudah lama tidak bertemu langsung dengan kedua orangtuanya.
Farel pun membeli tiket kereta untuk pulang ke Solo. Farel berangkat ke stasiun dan naik ke kereta, pada saat di kereta Farel telepon Dimas yang berada di Solo mengajak Dimas untuk mendaki. Dimas adalah seorang pendaki gunung yang handal sedangkan Farel adalah pendaki pemula dan ini adalah pendakian pertamanya.
Farel pun sampai di Solo, perjalanan Farel dari Bandung ke Solo kira kira 8 jam. Farel menggambil hp dari celananya untuk menelepon Dimas agar segera dijemput.
“Aku sudah sampai di Solo nih jemput aku di stasiun dong!” kata Farel. “Oke, aku jemput sekarang.” kata Dimas. “Aku tunggu didepan stasiun ya.” kata Farel.
Dimas pun berangkat menjemput Farel dengan menggunakan mobil. Sekitar 45 menitan Dimas pun sampai di stasiun. Mereka pun bertemu di depan stasiun dan langsung kembali ke kampung Farel. Saat di perjalanan mereka berdua ngobrol tentang pendakian ke gunung lawu.
“Tentang mendaki ke gunung Lawu kamu jadi ke sana.” kata Dimas. “jadi lah.” kata Farel. “Tapi kamu emangnya kuat sampai ke puncak, kamu kan baru pertama mendaki.” kata Dimas yang tidak yakin kalau Farel kuat untuk mendaki sampai ke puncak gunung Lawu. “Tenang pasti kuat kok.” kata Farel dengan sangat yakin kalau dia pasti bisa mendaki sampai ke puncak gunung Lawu.”
Farel dan Dimas pun sampai di kampung kira kira 1,3 jam karena di perjalanannya macet. Farel pun sampai di rumah orangtuannya.
“Assalamualaikum.” kata Farel dengan sangat bahagia karena sudah lama tidak bertemu ke dua orangtuannya. Kedua orangtua Farel kaget karena Farel pulang tanpa mengabari mereka berdua. “Loh kapan moleh kok gak dikabari se nak.” kata ibu Farel.” “Iyo kok gak ngabari se, sopo seng jemput.” kata bapak Farel. “Iku pak dimas teman waktu SMA dulu” kata Farel. “Yowes ndang istirahat sana!” suruh ibu karena ibu tau kalau Farel capek. “Buk aku besok mau ndaki ke gunung lawu ya.” kata Farel. “Iya-iya wes itirahat sana.” kata ibuk.
Farel pun menuju kamar untuk beristirahat dan langsung tidur. sekitar jam 4 sore farel bangun dan menuju ke rumah Dimas untuk menanyakan pendakian besok.
“Dim gimana pendakiannya apa aja alatnya yang dibutuhkan.” kata farel. “Tenang habis magrib kita ke basecamp temen temen gua yang sudah pengalaman mendaki termasuk gua.” kata Dimas. “Disana sudah ada alat alat untuk mendaki.” kata dimas.
Habis magrib pun Farel dan Dimas ke bascam dan menginap di sana untuk membicarakan pendakiannya dan menyiapkan alat-alatnya. Mereka berdua sampai di basecamp disana, sudah ada alat alat untuk pendakiannya besok dan sudah disiapkan oleh teman temannya Dimas. Mereka berdua pun istirahat sambil minum teh hangat.
“Jangan tidur malam-malam ya Rel!” kata Dimas. “Oke.” jawab Farel. “Soalnya kita harus berangkat pagi besok.” kata Dimas. “Habis minum teh langsug tidur aku kok.” jawab Farel.”
Keesokkan harinnya Farel dan Dimas berangkat sekitar jam 7 pagi. Mereka berdua sampai di gunung lawu sekitar jam 10.00. “Target diatas itu kita akan ngcamp di pos 5 sekitar jam 17.00.” kata Dimas. “Ini sudah kedua kalinya aku mendaki ke gunung lawu.” kata Dimas. “Kamu sampai ke puncak Dim?” tanya Farel. “Aku tidak sampai puncak karena aku cidera dan kali ini pasti bisa sampai ke puncak.” jawab Dimas.
Mereka berdua sampai di pos 1 sekitar jam 12. 00 dan sampai di pos 2 sekitar jam 12.30. Mereka berdua berjalan dimuali jam 10.30 Mereka berdua membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai di pos 2 harusnya bissa lebih cepat jika Farel dan Dimas beristirahat lama banget. Mereka berdua melanjutkan perjalanan ke pos 3. Tapi sudah 1 jam mereka berdua berjalan tapi tidak menemukan keberadaan pos 3.
“Apakah mungkin pos 3 itu hanya mitos?” tanya Farel. “Nggak mungkin, tidak ada kata mitos di sini.” jawab Dimas supaya Farel tidak panik dalam perjalanan.
Dan akhirnya pos 3 mulai terlihat sekitar 1 jam 30 menit baru sampai di pos 3. Farel dan Dimas sampai di pos 3 dan bertemu dengan kelompok pendaki lain. Di pos 3 ini ada sumber air bersih, yang langsung bisa diminum dan bisa untuk memasak. Dimas pun mengambil air dengan botol untuk persediaan air saat perjalanan ke puncak. Mereka berdua membuat kopi untuk menghangatkan badan mereka dan membuat mi instan untuk meraka berdua makan. Lumayan udah kerasa dingin tapi karena mereka sudah makan mi instan badan Farel dan Dimas pun terasa lebih hangat.
Farel dan Dimas melanjutkan perjalanan mereka menuju pos 4. Sekitar jam 17. 00 mereka sampai di pos 4 target sampai pos lima jam 17. 00 pun gagal karena terlalu lama istirahat di pos 3. Di pos 3 mereka berdua meminum kopi dengan menikmati udara yang sejuk dan merokok terlebih dahulu sebelum ke pos 4 mungkin itu yang menyebabkan Farel dan Dimas sampai di pos 4 jam 17.00.
Dimas memutuskan untuk ngecamp di pos 4. Tapi Farel Merasakan hal yang aneh di pos 4 ini. “Dim jangan ngecamp di sinil!” ucap Farel dengan ketakutan. “Emang kena Rel?” tanya Dimas. “Aku merasakan ada hal aneh di pos 4.” jawab Farel. “Tapi jika kita melanjutkan ke pos 5, sekitar jam 6 kita baru sampai di sana.” kata Dimas. “Gak papa yang penting jangan di sini.” Jawab Farel. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan ke pos 5.
Di tengah perjalanan Farel mulai capek dan takut. “Dim aku capek nih berhenti sebentar dong!” ucap Farel. Mereka pun berhenti sebentar untuk beristirahat dan minum air. Sepertinya Farel sudah gak kuat untuk melanjutkan. Tapi karena Farel tidak mau mengecewakan Dimas, Farel melanjutkan perjalanan dengan penuh semangat lagi.
Kurang lebih 1 jam mereka berdua sampai di pos 5. Mereka berdua pun memesang tenda untuk mereka tidur. Farel dan Dimas memasak mi instan lagi karena itulah makanan paling praktis yang bisa dibawa untuk mendaki. Sesudah makan mereka langsung tidur karena besok harus melanjutkan perjalanan.
Pagi pun tiba dan mereka bertemu dengan kelompok pendaki lainnya di pos. Sebelum mereka berangkat ke puncak mereka sarapan terlebih dahulu. Sesudah sarapan Farel dan Dimas beserta kelompok pendaki lain melanjutkan perjalanan dengan tidak membawa tas, karena jika membawa tas kemungkinan tas itu akan sangat berat karena perjalanannya lebih menukik, Mereka hanya membawa air minum dan memakai jaket, serta tidak lupa membawa jas hujan karena biasanya di gunung yang tadinya cerah tiba tiba hujan.
1 jam perjalanan, mereka berjalan di tengah safana yang terbakar oleh api. Pada saat itu pula puncak gunung lawu mulai terlihat. sekitar 45 menit mereka berdua melewati safana yang sudah terbakar itu dan kurang lebih 1 jam mereka sampai di warung mbok yem. warung mbok yem sangat unik karena bangunannya tersusun dari botol bekas para pendaki. mereka pun membeli air minum karena air minum yang dibawa tadi sudah habis.
Mereka beristirahat di warung mbok yem sekitar 1 jam. Sesudah itu mereka melanjutkan ke puncak gunung lawu. sekitar 1 jam mereka sampai di puncak dan tiba-tiba hujan datang untungnya mereka membawa jas hujan.
“Akhirnya Dim kita sampai di puncak.” ucap Farel dengan sangat bahagia. “Iya akhirnya aku bisa menaklukkan puncak gunung lawu.” jawab Dimas.
Mereka pun menikmati pemandangan dari puncak gunung lawu yang sangat indah dengan sangat bahagia.
Cerpen Karangan: Bima El Jalaluddin Rumi Blog / Facebook: ardiansyah SMPN 1 Puri