Pada suatu hari ada seorang ibu bersama tiga orang putranya tinggal di Desa Pantai Labu. Ibu tersebut tinggal sebatangkara bersama para anaknya. Setiap pagi ibunya harus membanting tulang untuk menghidupi keluarganya. Ibu tersebut bernama Misnah, dan anak-anaknya bernama Muhammad Yahya, Feriady dan Sulaiman. Pekerjaan ibu sehari-hari adalah sebagai tukang pencuci baju.
Kehidupan ibu tersebut sangatlah tidak memadai. Suatu ketika Muhammad Yahya bertanya kepada ibunya “Ibu ayah kemana bu, kenapa ibu yang harus membanting tulang untuk menghidupi keluarga kita bu?” lalu ibu menjawab “Ayah kamu sudah meninggal nak ketika kamu masih berusia 2 bulan, makanya ibu harus berkerja keras untuk menghidupi keluarga kita nak”. Lalu Muhammad Yahya terdiam sejenak sambil menangis di pelukan ibunya. Ibunya mengelus-elus pipi anaknya sambil berkata “Kamu yang sabar ya nak, mungkin Tuhan sayang kepada Ayahmu makanya Ayahmu cepat dipanggil-Nya.
Ketika pagi hari ibunya hendak pergi bekerja, Muhammad Yahya, Feriady dan Sulaiman sudah bersiap-siap berpakaian rapi untuk pergi sekolah. Namun sebelum pergi sekolah Feriady meminta duit jajan kepada ibunya, lalu ibunya tidak mengasi duit jajan kepada Feriady, karena ibunya tidak punya duit. Lalu Feriady berontak kepada ibunya dan memaki-maki ibunya serta mengancam ibunya bahwa ia tidak mau sekolah lagi. Ibunya menangis di hadapan anak-anaknya sambil berkata “Ibu berjanji nak, ibu akan memenuhi semua kebutuhan kalian termasuk duit jajan sekolah kalian sehari-hari”. Muhammad Yahya dan Sulaiman sedih melihat ibunya karena feriady telah melawan kepada ibunya.
Setelah itu, Muhammad Yahya dan Sulaiman pergi sekolah bersama-sama. Ketika sampai di sekolah ibu guru bertanya kepada mereka. “Loh, nak kalian kalau Cuma berdua saja?, Feriady kemana?” Lalu mereka menjawab “Feriady tidak mau sekolah lagi buk, kerena ibu kami tidak sanggup mengasi duit jajan kepada kami bu.” Kemudian ibu guru bertanya kembali kepada mereka “Lalu, apa hubungannya dengan duit jajan nak?” mereka menjawab “Feriady malu dengan teman-temannya buk jika dia tidak punya duit untuk jajan di sekolah buk” “Loh kenapa begitu nak? Kalian kalau tidak sama seperti dia?”, lalu mereka menjawab “Iya mana bisa ibu sama-samain kami seperti Feriady, karena kami sayang sama ibu kami buk”
Setelah sekian lama Muhammad yahya sekolah, lalu kini dia telah menamatkan pendidikannya. Dia berniat setelah dia tamat dia ingin membantu ibunya untuk bekerja di Negara tetangga yaitu Malaysia. Muhammad Yahya memang anak yang sangat berbakti kepada ibunya, selain itu dia memang anak yang pintar dan rajin. Ketika malam hari Muhammad Yahya, ibunya dan saudara kandung lainnya meraka ngumpul bareng di ruang makan. Muhammad Yahya berkata kepada ibunya “Ibu relakan anakmu ini untuk berkerja membantu ibu, walaupun nanti kita tidak bersama lagi, aku mohon do’a nya ya bu” lalu sang ibu menjawab “baiklah nak, kalau memang niat dan tekadmu sudah bulat, ibu mengizinkan kamu untuk bekerja di Negara tetangga yaitu di Malaysia. Yang penting kamu disana nanti baik-baik saja dan jangan lupa beribadah serta berdo’a kepada-Nya, untuk memohon dimudahkan segala urusan kamu disana nanti.”
Malam pun sudah berlalu dan berganti menjadi pagi hari. Muhammad Yahya pergi bersama ibuya untuk mengurus paspor keberangkatannya siang ini. Setelah dia pulang bersama ibunya dan tiba di rumah, lalu dia siap-siap untuk menyiapkan semua perlengkapan sehari-harinya untuk dia di Malaysia berkerja. Setelah selesai semuanya, dia segera bersalam-salaman kepada ibu dan saudara kandung lainnya sambil berpelukan. Yang anehnya Feriady diam saja tanpa menghiraukan saudara kandungnya yang ingin pergi meninggalkan kampung halamannya. Seiring dengan berjalannya waktu, kini Muhammad Yahya sudah tiga tahun bekerja di Malaysia.
Keesokan harinya, ketika Sulaiman ingin pergi sekolah, dia jumpa dengan saudara kandungnya yaitu Feriady. Feriady bertengkar dengan Sulaiman di jalanan. Namun, Sulaiman tidak mau melawan Feriady, karena dia tidak mau mencari ribut dan dia tidak mau menambah beban pikiran ibunya. Feriady memang anak yang suka mencari masalah disetiap kehidupannya. Ketika Sulaiman tiba di sekolah, Feriady selalu menggangu Sulaiman sampai Sulaiman jatuh dari tangga dan kepalanya terbentur oleh anak tangga tersebut. Kejadian itu membuat Sulaiman tidak sadarkan diri ketika dia dibawa ke rumah sakit. Lalu pihak rumah sakit menanyakan kepada gurunya, “siapa disini keluarga dari pasien tersebut?” Ibu guru menjawab, “ini dia pak saudara dari pasien tersebut“. Pihak rumah sakit berkata kepada Feriady bahwa Sulaiman terkena penyakit Saraf akibat benturan di kepalanya tersebut. Lalu Feriady terdiam sejenak sambil menyesali perbuatannya tadi di sekolah terhadap Sulaiman.
Sehabis pulang dari rumah sakit Feriady dan Sulaiman segera pulang ke rumahnya sambil menunggu ibunya pulang berkerja, ketika ibunya tiba sampai di rumah Feriady berbicara tentang kerjadian tadi di sekolah. Ibunya terdiam sambil menatap raut wajah Feriady dengan tatapan yang sangat tajam. Ibunya sangat kecewa dengan Feriady. Feriady sangat menyesali perbuatannya terhadap Sulaiman. Feriady berjanji kepada ibunya bahwasannya dia tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Siang haripun sudah berlalu dan berganti menjadi malam. Ibunya bingung melihat penyakit yang menimpa anaknya yang bernama Sulaiman. Pada pagi hari Sulaiman hendak pergi ke sekolah, namun ibunya khawatir terhadap dirinya. Lalu Sulaiman berpamitan kepada ibunya sambil mencium tangan ibunya.
Sesampai di sekolah masuk jam pertama perlajaran Matematika, Sulaiman yang biasanya selalu siap untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya, dan kini dia merasa tidak sanggup. Sulaiman menangis didalam hatinya. Semua mata pelajaran dia di sekolah dia tidak sanggup untuk mengerjakannya, serta nilai-nilai yang dulunya ia peroleh 98 semua, dan kini nilai tersebut menurun menjadi 67. Sulaiman merasa sangat kecewa dengan penyakit yang telah menimpanya. Bel pulang sekolah pun berbunyi, Sulaiman beranjak dari tempat duduknya untuk pulang ke rumah.
Sesampai Sulaiman tiba dirumah, dia mencari ibunya sambil mengamuk dan memukuli ibunya. Lalu ibu berusaha untuk menenangkan hati anaknya. Ketika suasana sudah mulai tenang ibu bertanya kepada sulaiman, “Nak apa yang terjadi pada dirimu? Kenapa kamu bersikap seperti tidak sopan kepada ibu nak?” Sulaiman menjawab “aku tidak terima dengan penyakit yang ada pada diriku ibu, semua teman-teman mengejek aku dan nilai-nilai aku di sekolah semua nya menurun.” kemudian ibu mencoba ngomong pelan-pelan kepada sulaiman, nak kamu tidak boleh seperti ini nak. Mungkin semua sudah takdirmu nak. Kamu harus tetap yakin bahwa penyakit yang kamu derita inysaallah akan ada jalan keluarnya nak.
Lalu sang anak pun merasa tenang. Keesokan harinya tepatnya jam 06.25 wib Sulaiman berangkat ke sekolah dengan hati yang tenang dan sampai di sekolah pada pukul 07.05 wib. Setelah sampai di halaman depan sekolah, Sulaiman segera masuk di dalam kelas. Ketika sulaiman tiba di dalam kelas semua temannya menertawakan dan mengejek-ngejek dia dengan sebutan anak Idiot. Gurunya hanya bisa terdiam sambil membaca-baca buku miliknya.
Teman-temannya berkata kepada Sulaiman “Ehh, Sulaiman kamu mana cocok sekolah di tempat kami, sekolah ini kan buat siswa siswi yang sehat–-sehat saja, bukan buat anak Idiot seperti kamu. Lalu Sulaiman hanya bisa terdiam saja mendengari perkataan teman-temannya.
Pelajaran pertama pun dimulai, semua siswa/i harus mengerjakan soal Bahasa Inggris yang diberikan oleh Ibu Nunung. Ternyata yang deluan selesai tugasnya adalah Sulaiman, selain tugasnya selesai dengan cepat, nilai Bahasa Inggrisnya pun melonjak meningkat yang tadinya nilainya hanya 67 dan kini meningkat menjadi 97. Semua teman-teman terkejut batin melihat perubahan yang dialami Sulaiman. Malahan yang temannya tadi sehat-sehat saja kalah dengan Sulaiman yang sedang mempunyai penyakit saraf.
Akibat dari kesabaran Sulaiman dalam menghadapi penyakitnya, kini penyakit yang dideritanya sudah mulai dalam keadaan membaik. Pada suatu malam hari saudara kandung Sulaiman yang bernama Muhammad Yahya, dia menelepon keluarganya di kampung. Muhammad Yahya bercerita kepada ibunya bahwa mencari duit itu bukanlah hal yang mudah, melainkan hal yang sangat sulit, karena untuk mendapatkan uang tersebut Muhammad Yahya harus bekerja keras siang dan malam hari tanpa harus berputus asa. Ibunya sangat terharu mendengarkan cerita anaknya di telepon. Ibunya hanya bisa mengasih semangat buat anaknya, agar anaknya tidak menyerah di setengah perjalanan untuk menuju kesuksesan. Muhammad Yahya berjanji kepada ibunya bahwasannya ia akan bekerja dengan sungguh-sungguh.
Berjalan kurunnya waktu, setelah 5 tahun kemudian, Muhammad Yahya menelpon ibunya kembali karena ia ingin mengatakan kepada ibunya, bahwasannya dia dua hari lagi akan pulang ke kampung halamannya. Ibunya sangat senang mendengar bahwa anaknya yang bernama Muhammad Yahya akan pulang dengan segera ke kampung halamannya. Ibunya bersorak gembira sambil melompat-lompat dan ibunya membilang kepada anak-anaknya yang tinggal dekat dengannya.
Dua haripun telah berlalu, dan kini Muhammad Yahya telah tiba di kampung halamannya. Ibu dan saudara kandung lainnya pun menyambut kedatangan Muhammad Yahya dengan senang hati, semua makanan dihidangkan oleh ibunya di meja makan. Muhammad Yahya ternyata sangat merindukan momen-momen seperti ini yaitu makan ngumpul bareng bersama keluarganya.
Setelah mereka semua selesai makan, ibunya memberikan nasehat-nasehat tentang pendidikan moral, karakter kepada anak-anaknya, agar anak-anaknya selalu senantiasa berbakti kepada orangtuanya serta menghormati semua orang. Anak-anaknya selalu senantiasa mendengarkan segala nasehat demi nasehat yang diajarkan oleh ibunya. Bahkan mereka menjalankan segala nasehat tersebut di dalam kehidupan mereka sehari hari.
Akhirnya mereka hidup damai dan tenteram serta saling menyayangi satu sama lain tanpa membeda-bedakan yang lainnya. Semua orang terbengong melihat mereka yang dulunya sering bertengkar, sering ribut dan kini menjadi sebuah keluarga yang akur dan harmonis. Ibunya sangat bangga dengan perubahan yang terjadi dengan anak-anaknya. Ibunya merasa bahwa dia telah berhasil mendidik anak-anaknya sehingga dia juga merasa berhasil telah menjalankan semua amanat yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Dan kini semua anaknya telah menjadi orang yang sukses dalam kehidupannya.
Cerpen Karangan: Muhaimin Aziz Nama Lengkap: Muhaimin Aziz Tempat/Tgl lahir: Pantai labu, 12 Juni 2000 Agama: Islam Status: Pelajar