Aku benci sama orangtua yang selalu mengatur aku ingin menjadi diri sendiri. Sampai aku trauma sekali memilih untuk tidak bersosialisasi. “Gue pengen banget bisa mati!” ucapku menaruh gantungan tali rapia dan berniat mengakhiri hidup.
Namun tetanggaku tahu dia Noah dan aku tertolong lagi dengannya. “Kenapa ngorbanin diri kamu?” “Gue gak peduli gue mau mati, nyokap gue maksa gue buat jadi Evi.” ucap aku tertawa sinis. “Evi siapa?” Astaga aku lupa Noah tidak tahu kalau Evi saudaraku, dia meninggal akibat kecelakaan mobil. Sedangkan aku saudara kembar masih tersisa. Dan Noah baru beberapa bulan tinggal disebalahku.
Aku sangat merasa malu kenapa aku bertemu cowok tampan tapi malah merusak suasana. “Gue benci saudara kembar gue pengen dia rasain yang gue rasain tapi dia udah gak ada.” ujar aku muak.
Waktu aku kecil aku sering berebut boneka dengannya. Bahkan aku terlalu sering bersembunyi dihadapannya. Aku pernah hampir membunuh saudara aku pada usia 13 tahun kala itu aku baru masuk ke dunia smp. Muak saat tahu Evi selalu dibanggakan sedangkan aku Eva mendapatkan derita. Kami kembar dengan nasib berbeda.
Hingga suatu ketika aku disalahkan Evi berjalan karena ingin membeli majalah gaul. Dia pun tertabrak sehingga aku dimarahi. Sejak hari itu Mama terobsesi aku jadi seperti Evi yang bertalenta bisa akting dan juga memasak. Aku bukan dia memotong sayur saja aku gagal, apalagi buat kue bukan aku banget. Sampai di mana aku frustasi.
“Jangan frustasi gue tau rasanya jadi lo, diatur makanya gue lebih milih tinggal sama Tante dan Paman gue di sebelah dia biayai seluruh kebutuhan gue,” Papar Noah menceritakan segalanya. Om Pandu dan Tante Airin begitu baik pada Noah sehingga semua keperluan terpenuhi, asal tidak merepotkan. Dan Noah juga menjadi cowok mandiri setelah tinggal di sana.
Semburat jingga memancarkan cahaya. Aku berangkat ke sekolah membawa bekal. Mama larang aku jajan di kantin. Kesal juga belum bisa makan cireng, cimol kayak orang normal lain. Kata Mama tidak higenis menyentuh gorengan, kecuali masakan sendiri. Malah aku dikasih salad. Padahal aku ingin junk-food. Kemudian Noah menarikku ke suatu tempat sebelum sekolah kami mampir makan Burger di salah satu restoran cepat saji.
Noah sama seperti teman kecilku dulu aku menyebutnya Radit. Namun aku kehilangan dia karena Radit menghembuskan napas akibat penyakit kanker di usia 14 tahun. Sekarang ada Noah disisiku. “Gue liat lo gak suka Salad, tuh bekal pasti dari nyokap lo?” Tepat sekali. “Benar.” jawab aku tersipu malu.
Semakin hari aku sering bertemu Noah kami bagiakan sepasang kekasih. Sampai Noah menyatakan perasaan padaku. Kami menjalin cinta dan aku merasa berwarna tidak seperti hari biasa aku selalu ketakutan setiap jalan kaki menuju kelas. Takut di bully sama kakak-kelas.
“Ma aku Bukan Evi, aku Eva.” jawabku di meja makan. Semua tersentak pada ucapanku Bi Maisa langsung saja masuk ke dapur. Dia berhenti kalau kena semprot nyonya berbahaya baginya. Di sana sudah ada Eno dia Papaku sedangkan Heni cuma bisa melotot.
Aku jadi merinding untuk kembali bersuara. Hingga aku memutuskan mengurung diri di kamar tanpa pernah berbicara lagi. Semua uneg-uneg terasa menyakitkan, percuma Mama tetap sama padaku. “Kamu jangan begitu sama anak kita dia memang bukan Evi dia Eva.” ucap Eno berkata halus. “Tetap dia harus seperti Evi yang sempurna di mataku, aku mau kasih browsur buat dia ketemu produser lagi cari bintang sinetron.” ujar Heni mulai memaksakan kehendak. Kemarin kursus masak sekarang apa lagi?
Jujur kalau ditanya cita-cita aku mau jadi seorang atlit renang. Tapi orangtua marah jika aku kotor, kulitku kusam. Pasti aku dikurung di gudang. “Buka pintunya Nak, Mama minta maaf keluar dulu…” Aku menghapus airmata membuka pintu. “Ada apa Ma?” “Kamu harus ikut ini.”
“Dicari Cast untuk Sinetron Jalinan Asmara.” Kenapa harus aku ya Allah, aku bukan Evi akting aku buruk. Mana lawan mainnya bagus semua lagi ada Rezki Aditya dan juga Aditya Zoni sudahlah aku minder.
“Gak bisa Ma, aku ada les masak bukannya Mama daftarin aku ke sana.” ucapku lesu. “Kamu ingat Evi tuh dulu pengen casting cuma terkendala ujian jadi dia fokus ke sekolah, wujudin impian saudara kamu terlebih kakakmu.” Aku teringat saat Evi menangis ketika tahu ada casting di salah satu ph terkenal. Cuma semangat bisa diberikan olehku.
Aku pun pergi ke sana bersama Heni banyak pendaftar seumuran. Ingin meraih mimpi jadi bintang sinetron. Aku sama sekali tidak minat. Di sana ada Noah juga. Aku rasa mustahil cowok itu daftar memang dia bisa akting? Dia juga daftar terlihat dari kertas menempel di baju.
Sampai giliran aku dipanggil gugup aku akting ketus saja kemudian menuai tepukan. Padahal itu natural dari bayanganku ketika Mama maksain ini dan itu. Lalu terakhir ada Noah Argantara. Noah memperlihatkan akting baper mirip cowok drakor rambutnya berwarna coklat mirip Oppa di drama.
Tepuk riuh diberikan. Kata panitia cuma dua yang terpilih satu cewek dan satu lagi cowok. Aku berharap agar Noah bisa ikutan syuting denganku. Kabar baik aku terima aku berserta Noah menjadi pemenang lolos casting. Kami semakin terkenal di sekolah.
“Mama aku berangkat ya!” Menyalami tangan mama. Aku keluar dari tempat kursus masak, Mama suruh aku alfa sekolah biar bisa main sinetron.
Sinetron bertema romance action membuatku harus berlatih sedikit ilmu bela diri. Noah juga menjadi adik dari Rezky Aditya yang Badboy. Ah.. pesonanya kian susah luntur. Mama akhirnya tahu hubungan kami dan menyetujui namun sekedar menaikkan rating sinetron yang aku bintangi.
“Aku mau putus Noah, aku gak suka kalau Mamaku ikut campur dalam hubungan kita!” “Maafkan Mama sayang, Mama selalu jahat sama kamu bandingin kamu sama Evi.” Air matanya jatuh Heni berlari dan tertabrak pengendara motor. Darah segar mengucur. Aku bersama Noah segera ke jalan yang ramai. Kupeluk tubuh Mama.
Sejam di rumah sakit dokter keluar bilang Heni butuh golongan darah A-B resus negatif. Kemudian Noah bersedia jadi pendonor. Setelah sadar aku bertemu Heni lalu berkata. “Mari kita wujudkan mimpi Kak Evi, asal aku boleh bebas jadi diriku kurasa akting tidak terlalu buruk, aku pengen jadi atlet berprestasi sama artis sinetron yang hebat.” ucap aku tersenyum. Lalu Heni mengangguk. Ia juga memintaku agar tetap di sisi Noah bersamanya. Menceritakan bahwa pendonornya adalah Noah. Heni melongo tidak menyangka akan hal ini.
Kini aku berdiri di atas panggung menerima award sebagai artis pendatang baru terfavorit.
“Congratz ya!” Salah satu mc memberikan aku selamat.
“Aku mau memberikan ini kepada Mama tercinta, Papa tercinta beserta pacar aku Noah Argantara.” jawab aku menangis haru. Semua bertepuk tangan seisi gedung menatapku penuh senyuman. Aku sadar Evi juga pasti bangga dengan prestasi, aku persembahkan piala ini kepadanya yang telah pergi menghadap ilahi. Sembari berjalan turun dari panggung aku melakukan foto selfie bersama keluargaku.
Selesai
Cerpen Karangan: Hardianti Kahar Blog / Facebook: TitinKaharz Umur: 26 Tahun Akun wattpad: @titinstory akun lama tidak bisa terbuka @titinghey Akun Novel Toon: Titin Kahar Sosmed bisa dilihat di cerpen lainnya ya okei