“Lihat, pelakunya beraksi sekitar jam 11.45 malam. Tapi, mukanya di sini tertutup masker. Enggak kelihatan,” ujar Pijar. Pijar sekeluarga sedang melihat rekaman cctv di samping rumah. Mereka semua ingin tahu, siapa yang sudah membuang sampah di tanah kosong samping rumah, tiga hari belakangan ini.
“Kalau orangnya tertangkap, tak uyel-uyel dia,” ujar Ibu dengan gemas. “Ya sudah, nanti malam Ayah yang tangkap orangnya, tapi kalau enggak ketiduran, yaaa,” ucap ayah. Pijar dan Kak Edo tertawa mendengarnya. Sementara Ibu melengos mendengar jawaban Ayah. “Serahkan ke aku dan Pijar masalah ini. Biar kami yang menciduk pelakunya.” kata Kak Edo. Kak Edo adalah kakak Pijar yang sangat pemberani. Kemampuan bela dirinya tak diragukan lagi. Dia adalah atlet taekwondo nasional. Preman-preman daerah situ sudah pernah ditaklukan olehnya. Buat Kak Edo, menangkap pelaku pembuang sampah adalah masalah kecil.
Malam harinya, Pijar mengetuk pintu kamar Kak Edo. Sementara itu, Ayah dan ibu mereka sudah lelap tertidur. “Kak Edo, jadi enggak menjalankan rencana kita?” seru Pijar. Diketuknya lagi pintu kamar Kak Edo. Tetap tak ada jawaban. Klik… pintu kamar terbuka. Tiba-tiba, ada kepala menyembul dari balik pintu. Kepala yang terbungkus kain kafan putih. Pijar sangat ketakutan, hingga tak bisa berteriak. Dia langsung terkapar pingsan.
Jam 11.35 malam, Kak Edo sudah bersiap di posisinya. Namun, orang yang dinanti tak kunjung datang. Kak Edo sudah mulai mati gaya. Nyamuk-nyamuk sudah mulai datang mengerumuninya. Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki pelan masuk ke dalam tanah kosong. Seseorang membawa sebuah kresek besar yang kemungkinan berisi sampah. “Yap! Ini saatnya,” gumam Kak Edo. Kemudian, Kak Edo melompat-lompat ke sana ke mari. Orang itu terkejut melihat ada pocong di depannya. “PO… POCONG!!!!” teriaknya. Ia lari ketakutan, sampai-sampai satu sandal jepitnya terlepas dari kakinya. Kak Edo tertawa cekikikan. Ia terus melompat mengejar orang tersebut, hingga orang itu hilang dari pandangannya. “Berhasil! Sekarang, aku harus cepat-cepat masuk ke rumah. Kalau ada tetangga yang melihatku, bisa-bisa jadi gaduh satu komplek… wkwkwkw,” ujar Kak Edo.
Samar-samar mata Pijar terbuka. Hidungnya mengendus aroma minyak angin. Pijar tersadar. Dia ada di kamar Kak Edo. “Sudah sadar?” ucap Kak Edo. Pijar ketakutan melihat Kak Edo. Lagi-lagi, ia pingsan. “Haduhhhh,” Kak Edo menepuk jidatnya.
Keesokan harinya, satu komplek heboh dengan penampakan pocong di samping rumah Pijar. “Ealahhh, kemarin suami saya melihat ada pocong di samping rumah Bu Sri. Dia lari ketakutan sampai sendal jepitnya ketinggalan satu,” cerita Ibu Sandra saat sedang berbelanja di tukang sayur. “Apa iya, Jeng? Mosok ada pocong di tanah kosong sebelah?” Ibu Sri, ibunya Pijar tidak percaya. Ia lalu menceritakan apa yang dilihat suami Ibu Sandra kepada Pijar dan Kak Edo.
“Ohhhh, berarti suaminya Ibu Sandra yang sudah membuang sampah di samping rumah,” ucap Kak Edo. Kak Edo lalu menunjukan rekaman cctv malam itu kepada ibunya. “Ini kamu Do? Hahahaha…. Ada-ada saja sih kamu?” Ibu tertawa-tawa. Ayah yang melihatnya pun geleng-geleng kepala. “Edo jamin, enggak ada lagi yang berani buang sampah di sebelah rumah. Mereka pasti berpikir tanah kosong di sebelah ada penjaganya,” kata Kak Edo.
“Pijar juga ikut membantu kamu ya, Do?” tanya Ayah. “Pijar kemarin pingsan melihat Edo pakai kostum pocong. Terpaksa Edo yang beraksi sendirian,” jawab Kak Edo. “Trus ini siapa?” tanya Ayah. Di rekaman cctv, tampak samar-samar sosok pocong di belakang Kak Edo. Pocong itu menghilang, saat Kak Edo mengejar pelaku.
“Glekkk… berarti yang itu po… pocong betulan,” kata Kak Edo terbata-bata. Suasana pun berubah hening. Semua terdiam saling berpandangan.
Cerpen Karangan: Anastasia Triwinarni Blog: berceritauntukmu.wordpress.com