Terlihat di sudut kelas saat jam istirahat ada seorang anak perempuan yang sedang membaca buku, namanya Salwa. “Salwa!” terdengar suara orang memanggil. “Eh! Hai Karin” Karin adalah sahabat sejati salwa yang selalu setia menemaninya dari TK sampai mereka duduk di kelas 6 sd. “Ada apa Rin?” tanya Salwa. “Nggak ada apa-apa sih, aku nyariin kamu dari tadi!” jawab Karin dan duduk disamping sahabatnya itu. “Ooooooohhh…” mulut Salwa membulat. “Kok oh aja sih!” kata Karin. “Jadi harus bilang waw gitu!” kata Salwa melepaskan buku dari pegangannya dan memperbaiki ikatan rambutnya yang kendor. “Ya… aku kan udah capek nih nyariin kamu dari tadi, aku bela-belain loh, ninggaliin makanan aku di kantin cuma buat nyari kamuuu…” Belum sempat Katin menyelesaikan kalimatnya, Salwa sudah memotong. “Terus kamu mau aku ngapain?” Tanya Salwa. “Aku itu mau nunjukin ini loohh… siapa tau kamu mau ikutan!” kata Karin menunjukan sebuah brosur. “Brosur apa ini?” tanya Salwa dan mengambil brosur itu, dari tangan sahabatnya. “Baca aja dulu!” kata Karin sambil tersenyum. Salwa pun membacanya. “Kontes menyanyi?” tanya Salwa. “Iya… siapa tau kamu mau ikut! “ jawab Karin. “Rin! Kamu kan tau aku…” belum sempat Salwa menyelesaikan kalimatnya, Karin sudah memotong. “Ayolah Saall… kejadian waktu itu, kan udah 3 tahun yang lalu sih! masih kepikiran ya? apa kamu mau berhenti ngejar mimpi kamu gitu aja? Aku bakal dukung kamu terus kok!” kata Karin menyemangati sahabatnya.
KRRIIINNGGG!!!!!! Terdengar suara bel masuk berbunyi “Mmmm… nanti aku pikirin lagi deh!” jawab Salwa meningglkan sahabatmya itu dengan wajah sedih plus bingung. “Huuhh… sampai kapan dia terus kayak gini? Aku kasian deh sama dia” guman Karin dalam hati.
Di rumah Salwa… “Assalamu`alaikum… aku pulang…” kata Salwa dengan wajah lesu. “Wa`alaikumsalam… eehh anak mama udah pulang!” kata mamanya Salwa dengan senyum yang manis. Sedangkan Salwa hanya membalasnya dengan senyum terpaksa dan melepaskan tasnya yang digletak di lantai begitu saja. “Kok mukanya lesu gitu siihh… kamu kenapa?” tanya mamah heran. “Aku Cuma capek aja kok mah, aku ke kamar dulu ya mah!” kata Salwa meninggalkan ibunya dan pergi ke kamar. “Iya, eehh… tunggu! Tasnya ketinggalan… Salwa!” kata mama mengambil tasnya Salwa, akan tetapi Salwa tidak mendengar.
“Apa yang terjadi? Apa mungkin habis ulangan, jadi pusing? Tapi perasaan kemarin Salwa nggak bilang kalau ada ulangan, apa yang terjadi ya?” tanya mamah heran. Mama sangat lah khawatir dan penasaran, akhirnya mamanya Salwa, memutuskan untuk mengecek ke dalam tas anaknya. “Loh! Ini kan..” ibu mengambil sebuah brosur yang ada di dalam tas anaknya itu. “Kontes menyanyi para penyanyi cilik. Juara 1 akan mendapatkan hadiah uang tunai 10 juta. Informasi selengkapnya hubungi…” mama membaca brosur tersebut. “Apa mungkin Salwa mau ikutan kontes ini? Atau… wajahnya lesu karena memikirkan tentang brosur ini? Sebaiknya aku tanya langsung aja sama Salwa!” kata mama lalu pergi ke kamar anaknya itu.
TOK TOK TOK ibu mengetok pintu kamar Salwa. “Sayaangg… Mama boleh masuk nak?” panggil Mama dari luar kamar. “Iya bu… masuk aja!” jawab Salwa dengan suara pelan. “Ada apa bu?” tanya Salwa yang sedang berbaring di kasurnya. “Kamu jujur deh sama mama, kamu kenapa pulang sekolah wajahnya lesu gitu?” tanya mamah. “Nggak kenapa-kenapa kok mah…” jawab Salwa. “Pasti karena lagi mikirin ini kan?!” tanya mamah sambil menunjuk brosur itu. “Ah, bukan kok!” Salwa mencoba untuk mengelak. “Kamu jangan bohong deh sama mama,” kata mama dengan lembut. “Mm… sebenarnya aku bingung ma, Karin ingin, agar aku bisa ikut kompetisi itu bulan depan. Tapi… saat hatiku bilang aku ingin ikut, pikiranku mengingatkan aku tentang kejadian 3 tahun lalu, dan itu membuatku menjadi sangat takut ma,” mata Salwa terlihat berkaca karena menahan tangis. Bunda pun memeluk putrinya dan berkata: “Kalo saran mama siihh… kamu harus lupain semua kejadian waktu itu, mama tau kok, kamu itu suka sekali menyanyi. Kamu harus bisa maju lagi kayak dulu!” jawab mama. “Tapi…” Salwa ragu. “Mama udah baca brosurnya, dan kalo kamu masih ragu, gimana kalo kamu masuk les nyanyi di tempat kawan mama. Mama udah cerita soal kamu, dan dia bilang dia mau menerima kamu disana secara gratis, gimana? Kamu harus bisa ngembangin bakat nyanyi kamu” nasihat mama. “Mmm… baiklah, akan kucoba ma!” jawab Salwa sampai tersenyum kepada mamanya. “Nah.. gitu dong! Itu baru namanya anak Mama, semangat ya! jangan mudah menyerah!” Mama menyemangati putrinya. “Iya mah. Makasih ya” kata Salwa kembali tersenyum. “Sudah lah… sekarang kamu istirahat ya!” kata mama. “Iya mah…” kata Salwa.
Di sekolah… “Assalamu`alaikum Sal!” Sapa Karin dikelas. “Eh! Wa`alaikumsalam…” jawab Salwa. “Wiihh… wajahnya udah nggak sedih lagi nih! gimana?” tanya Karin. “Gimana apanya?” Salwa bertanya balik. “Keputusanmu soal kontes menyanyi itu…” jawab Karin lalu duduk di bangku samping Salwa. “Mmm… aku ikut, tapi… ibu aku nyaranin biar aku ikut les nyanyi dulu! Lagian kan kontesnya 2 minggu lagi!” jawab Salwa. “Waahhh!! akhirnya sahabatku mau nyanyi lagi! Seneng bangeeett…” kata Karin lalu memeluk sahabatnya itu. “Heeii… sudahlah… biasa aja, aku sebenarnya masih ragu” kata Salwa. “Kenapa harus ragu?” tanya Karin. “A.. aku takuut, kejadian itu terulang lagi” kata Salwa menundukan wajahnya. Karin pun tersenyum dan menyemagati Salwa. “Aku yakin kok! Kejadian itu, tidak akan pernah terulang lagi! Kamu hanya perlu percaya diri, jangan mudah menyerah ya! aku akan selalu ada untukmu kok!” kata Karin. “makasih ya, kamua emang sahabat yang sangat setia. Bahkan saat kejadian itupun kau masih mau bersahabat denganku!” kata Salwa dengan senyum yang manis. “Itulah gunanya sahabat!” merekapun berpelukan.
Di rumah Salwa… “Sayaaanng… mama punya kabar baik!” kata mama. “Kabar baik apa mah?” tanya Salwa penasaran. “Jadi… tadi mama udah bicarain soal les itu ke temen mama, nah… dan katanya boleh! Kata temen Mama, kalau kamu mau latihan, datang saja jam 04:00 disana kamu akan mendapatkan banyak teman,” jelas mama pada anaknya itu. “W… wah.. makasih ma, tapi…” belum sempat Salwa menyelesaikan kata-katanya, ibu sudah memotong. “Nah, gimana kalo kamu mulai les besok!” kata mama. “E.. eehh… apa itu nggak kecepetan mah?” kata Salwa yang masih belum siap. “Lebih cepat lebih baik kan!” kata mamanya. “I.. iya deh!” kata Salwa mengikuti keinginan Mamanya.
Di kantin sekolah… “Karin! Kamu mau temenin aku nggak?” tanya Salwa. “Temenin kemana?” Karin masih sibuk dengan makanannya. “temenin aku ketempat les nyanyi lah!” jawab Salwa. Karin yang sedang minum pun menghemburkan minumnya, tanda ia kaget. “K… kamu nggak papa Rin? Lagian ada apa sih Riin? aku kan nanya, kok malah keselek sih!” kata Salwa memberikan air minum kepada sahabatnya itu. “Aku kaget aja gitu, kamu beneran mau ikutan konser nyanyi itu!?” Tanya Karina. “Jadi kamu nggak percaya ya sama aku?” Salwa mulai tidak semangat. “A.. aahh… bukan gitu, udah 3 tahun kamu nggak mau nyanyi, dan sekarang kamu keliatan semangat. Jangan sedih gitu doonng… tadi kan aku Cuma kageet” kata Karin. “Iya, iya… tapi kamu mau temenin aku les nggak?” tanya Salwa lagi. “Eh! mm… sebentar, aku ingat-ingat dulu, ada janji nggak?” Karin mulai berpikir untuk mencari alasan. “Jangan lama-lama ya mikirnya!” kata Salwa. “Oh iya! Aku udah ada janji sama umi aku, kalau aku bakal ikut umi keacara syukuran anaknya temen umi aku yang baru lahir” jawab Karin. “Tumben kamu mau ikut, biasanya tiap umi kamu ajak pergi, kamu nggak mau ikut!” kata Salwa. “Semua keluarga aku bakal pergi, karena nanti abi aku yang bakal baca do`anya. Terlebih lagi kata umi aku, disana banyak makanan, kan sayangkan kalau aku nggak ikut. Maaf ya Sal…” kata Karin. “Huuh… kamu ini, kalau udah ada makanan aja, nggak bisa nolak!” kata Salwa. “Jangan marah dong… kalau tadi aku belum buat janji sama umi aku, aku bakal nggak ikut kok” kata Karin. “Aku nggak marah kok. Lagian kalo emang nggak bisa ikut, nggak apa-apa, aku nggak maksa kok!” kata Salwa. “Thanks! Semangat ya latihannya!” kata Karin menyemangati Salwa. “Oke! Asal kamu selalu dukung aku, aku bakal terus semangat. Walaupun sebenarnya ku masih ragu” kata Salwa. “Tenang aja! aku yakin kok, kamu pasti berhasil” Karin kembali menyemangati Salwa. mereka pun tersenyum gembira.
Sore hari waktu pulang sekolah, Mama mengantar Salwa ke tempat les menyanyi di rumah temen Mamanya Salwa. “Naahh… kita sudah sampai” kata mama. “Ini mah, tempat lesnya? Kok sepi banget sih!” kata Salwa turun dari mobil, diikuti mama. “Iya lah sepi, lesnya kan mulai 1 jam lagi!” kata mama. “1 jam lagi? Terus kok mama bawa aku kesini sekarang sih?” tanya Salwa kaget. “Yaa… biar kamu punya waktu untuk berkenalan dan berbincang sama temen mama!” jawab mama lalu mengunci pintu mobil. “Perasaan aku udah kenal sama semua temen mama. Tapi iya juga ya! seingatku, aku nggak berkenalan dengan temen mama yang satu ini!” kata Salwa. “Iya… dia ini kawan baru mama… baru 2 minggu yang lalu Mama kenal dengannya. Dia ini orangnya baik dan ramah, tapi dia beragama kristen” jelas mama. “Oooohh…” mulut Salwa membulat.
KRIEETT… terdengar suara pintu terbuka. “Waahh… sudah pada sampai ya! silahkan masuk” kata teman mama dengan sopan. “Eeehhh… iya, ayo Salwa!” ajak mama, sedangkan Salwa hanya mengangguk. “Silahkan duduk…” kata orang itu. “Aaahh… tidak usah! Aku mau langsung pergi, ada urusan lain. Salwa, Mama tinggal ya! Mama udah ada janji sama tante Rere… kamu latihan yang benar ya!” kata mama lalu pamit dan meninggalkan Salwa denganorang yang belum ia kenal sama sekali. “Namamu siapa?” tanya temen Mama saat Mamanya Salwa sudah pergi. “N… namaku Putri Salwa Salsabila, bisanya dipanggil Salwa” jawab Salwa sedikit gugup. “Waahh… nama yang cocok untukmu! Kalau nama kakak, Viola. Anak-anak disini memanggil kakak kak Vio” kak Vio memperkenalkan dirinya. “Mmmm… apa guru disini hanya kak Vio sendiri?” tanya Salwa walaupun masih sedikit gugup.. “Aah tidak, masih ada 3 guru yang lain. Murid disini lumayan banyak, tidak mungkin kakak sendiri yang mengajar” jawab kak Vio. “Apa guru-guru itu sudah pada datang?” tanya Salwa lagi. “Sudah guru-guru sudah berkumpul 1 jam sebelum jam les” kata kak Vio. “Ooohh… berarti belum lama ya kak Vio datang?” tanya Salwa. Sedangkan kak Vio menjawabnya dengan anggukan. “Disini, kak Vio mengajar para pemula” kata kak Vio. “Ooooohh…” mulut Salwa membulat. “Dalam 1 kelas ada berapa orang kak?” tanya Salwa. “10 anak 1 kelas” jawab kak Vio singkat. Mereka pun mengobrol cukup lama, sampai tak terasa 1 jam sudah berlalu, terdengar suara berisik dari luar tempat les itu. Kata kak Vio sih, itu suara anak-anak les yang mulai berdatangan.
“Selamat sore anak-anak…” kak Vio menyambut kedatangan anak-anak didepan pintu. “Selamat sore juga kak!” jawab anak-anak yang lain, lalu masuk ke kelas mereka masing-masing. Termasuk kak Vio dan beberapa muridnya. Salwa juga masuk ke kelas itu bersampingan dengan kak Vio. “Ayo duduk yang rapi!. Sudah masuk semua kan?” tanya kak Vio. “Sudah kak…” teriak anak-anak serempak. “Oke anak-anak, hari ini, kita mempunyai kawan baru! Namanya Salwa. Ayo perkenalkan dirimu Salwa!” kata kak Vio. “Iya kak!” Salwa pun berdiri lalu mulai memperkenalkan dirinya. “Perkenalkan, nama saya Putri Salwa Salsabila biasanya dipanggil Salwa, umurku 12 tahun, aku memiliki hobi bernyanyi sama seperti kalian. Salam kenal semuanya” kata Salwa memperkenalkan dirinya dengan percaya diri. “Salam kenal Salwa” teriak mereka semua. Salwapun duduk di tempat yang ditunjuk oleh kak Vio. “Oke! Karena kita kedatangan murid baru, kakak mau mengulangi sedikit dasar-dasar yang sudah kita pelajari di hari-hari sebelumnya” kata kak Vio memulai pelajaran.
Saat jam istirahat, anak yang duduk disamping Salwa memperkenalkan dirinya pada Salwa. “Haaaii… namaku Chelsi Wulandari, biasanya dipanggil Wulan” Wulan memperkenalkan dirinya. “Aku Putri Salwa Salsabila, panggil saja Salwa” jawab salwa. “Tadi saat tes suara, suara kamu merdu banget tau!” puji Wulan. “Ah, bukan apa-apa kok. Tapi makasih ya,” kata Salwa tersenyum. Sudah lama sekali Salwa nggak mendapatkan pujian seperti itu. “Oh iya, ngomong-ngomong apa alasannya kamu ikut les disini?” tanya Wulan. “Aku mau ikutan kontes menyanyi ini” jawab Salwa lalu menunjuk brosur kontes menyanyi itu. “Oooohhh…” mulut Wulan membulat sambil melihat brosur itu. “Kamu nggak ikutan konser nyanyinya?” tanya Salwa yang mulai akrab dengan Wulan. “Mmm… nggak ah! Aku kurang suka ikut lomba konser nyanyi beginian,” jawab Wulan. Selama jam istirahat mereka terlihat asyik mengobrol bak seorang sahabat. Sampai waktunya kembali belajar.
Cerpen Karangan: Cerpenstory