Selesai les… “Aku duluan ya Sal! Udah dijemput soalnya,” pamit Wulan. “Oke, daaahh… sampai jumpa besok,” Salwa pun melambaikan tangannya, Wulan pun membalasnya dengan lambaian juga. “Huuhh! Mama mana sih? kok lama banget!” guman Salwa melihat sekeliling untuk melihat apakah mamanya sudah menjemputnya. “Salwa!” panggil seseorang dari dalam. Salwa pun menoleh, dan ternyata, itu adalah kak Vio. “Eh kak Vio! Ada apa kak?” tanya Salwa lalu menghampiri kak Vio. “Duduk dulu dong!” kata kak Vio menyuruh Salwa duduk di tempat duduk teras. Salwapun duduk dan menunggu jawaban dari kak Vio. “Mmm… sebenarnya, ada yang pengen kakak tanyakan dari tadi, tapi setiap kakak mau nanya, adaaa aja yang mengganggu…” kata kak Vio berhenti sejenak. “Kakak mau tanya apa? Pasti aku jawab kok!” kata Salwa. “Mmm… jadi gini, sebelum kamu les disini, mama kamu pernah bilang sama kakak. Dulu, kamu itu sukaaa… sekali menyanyi, bahkan pernah beberapa kali menang lomba menyanyi. Tapi karena suatu kejadian, kamu berhenti menyanyi, dan memendam bakatmu itu. Tapi mama kamu nggak pernah cerita kejadian apa itu. Maaf kalau kakak lancing, tapi kakak penasaran kejadian apa yang terjadi?” tanya kak Vio menatap Salwa dengan penuh tanda tanya. Salwa yang mendengar pertanyaan dari kak Vio pun tertunduk sedih. “Aaahh… kalau kamu nggak mau cerita juga nggak apa-apa kok! Kakak Cuma pengen tau aja, siapa tau kakak bisa bantu” kata kak Vio.
“Mmm.. jadi gini ceritanya kak, 3 tahun lalu, aku pernah ikut lomba nyanyi mewakili di sekolah. Yaaa memang, dulu aku dikenal dengan anak yang suaranya merduuuu sekali. Tapi, sewaktu aku tampil, ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi, seperti aku terjatuh ditengah-tengah lirik, dan aku juga bersin saat menyanyi. Suaraku pun tiba-tiba saja serak. Akupun didiskualifiksi. Pihak sekolah sangat kecewa padaku. Bahkan semenjak itu, aku selalu dijadikan bahan ejekan…” Salwa berhenti sejenak untuk mengambil nafas, lalu melanjutkan ceritanya. “Teman-temanku pun yang dulunya selalu mengajakku bermain, mereka juga ikut mengejekku. Kecuali Karin, dia itu sahabat terbaiku. Dia selalu ada untukku disaat senang maupun susah, bahkan dia selalu membelaku disaat semua orang menertawaiku. Akan tetapi aku tidak tahan lagi dengan semua ejekan itu, akhirnya, aku meminta ibu untuk pindah sekolah ke sekolah lain. Karinpun ikut pindah denganku, katanya sih pengen terus berada di sampingku. Tapi, semuanya sia-sia kak! Semenenjak itu, aku takut untuk menyanyi, aku pun tidak pernah mengeluarkan bakatku lagi selam 3 tahun ini” jelas Salwa panjang lebar. Kak Vio yang mendengarnyapun merasa kasihan dengan Salwa.
“Kamu jangan mudah menyerah gitu dong! Kamu harus keluarkan bakatmu, dan tunjukan pada semua orang, kalau kamu itu hebat, kamu itu harus bisa melawan ketakutanmu! Lagi pula, kamu tidak perlu takut dan malu, kejadian seperti itupun pernah terjadi dikalangan para artis sebelum mereka menjadi idola semua orang. Mereka juga pernah malu, tapi mereka tidak pernah menyerah dan terus belajar, untuk meraih mimpi mereka menjadi penyanyi. Termasuk kakak, dulu, kakak juga pernah ditertawakan oleh teman-teman kakak, karena dulu suara kakak masih cempreng. Tapi kakak nggak peduli. Lihat bahkan sekarang kakak bisa menjadi guru di tempat les nyanyi yang terkenal” kata kak Vio menyemangati Salwa. Ya, memang tempat les menyanyi itu adalah tempat les menyanyi paling terkenal di kota tempat tinggal Salwa. Salwa pun mulai berpikir di dalam hatinya. “iya juga ya! Untuk apa aku malu, dan kenapa aku harus menyembunyikan bakatku, seharusnya aku mengembangkan bakatku bukan menyembunykannya” guman Salwa dalam hati. Tiba-tiba saja ia tersenyum. “Makasih ya kak atas nasehatnya! Aku jadi lebih semangat nih!” kata Salwa dengan penuh semangat. “Iya, lagi pula… kalau didengar-dengar, suara kamu itu bagus banget!” puji kak Vio. “Kakak bisa aja” kata Salwa tersenyum.
TIINN!!! Tersengar suara kelakson mobil dari luar. Ya, ternyata itu adalah mamanya Salwa. “Kak! Aku pulang dulu ya! permisi!” pamit Salwa. “Iya! Jumpa besok ya Salwa” balas kak Vio lalu melambaikan tangannya. Salwa pun membalasnya dengan lambaian juga.
Di rumah Salwa… “Gimana tadi lesnya dek!” tanya kak Ani. “Gak gimana-giman kok! Emang kenapa?” Salwa bertanya balik. “Maksud kakak seru nggak?!” tanya kak Ani lagi. “Seru banget! Aku aja udah punya temen disana, namanya Wulan” jawab Salwa. “Ooohh…” mulut kak ani membulat dan mulai membuka bukunya. “Oh iya! Ngomong-ngomong, tumben kakak keluar kamar, biasanya nggak pernah!” goda Salwa. “Ngusir nih! ya udah deh kakak ke kamar lagi aja!” kata kak Ani. “Eeeh… nggak gitu kak! Aku Cuma bercanda kok!” kata Salwa. “Bercanda tapi kayak ngusir!” kata kak Ani cemberut.
Mamah yang melihat mereka, merasa senang, terlebih lagi Salwa, yang dari 3 tahun lalu selalu sedih, menjadi lebih gembira dari sebelumnya. Mama pun heran, entah apa yang dikatakan siViola (begitu ibu memanggil kak Vio) tapi mama sangat bersyukur akan hal ini.
1 minggu telah berlalu, itu artinya hanya tersisa 1 minggu lagi, karena itu, Salwa menciptakan sebuah lagu yang akan dinyanyikannya nanti di atas panggung. Judul lagu yang ia buat adalah “Ayo kejar mimpimu!”
Akhirnya satu minggupun berlalu, tibalah saat yang ditunggu-tunggu, yaitu hari dimana lomba menyanyi diselenggarakan. Disana bagaikan lautan manusia. Ramai dengan penonton, tidak terhitung jumlahnya.
Di belakang pangung… “Rame banget!” guman Salwa dalam hati. “Sal!” panggil Karin dari belakang. “Ya? ada apa?” tanya Salwa. “Aku mau kenalin sepupu aku sama kamu! Dia juga les di tempat kak Vio. Entah kamu kenal atau nggak!” kata Karin. “Sepupu kamu? Mana?” Salwa penasaran. “Lan! Sini” panggil Karin. Betapa terkejutnya Salwa, ketika orang yang datang itu adalah Wulan, sepupunya Karin. “Wulan?” kata Salwa kaget. “Salwa?” Wulan juga ikutan kaget. “Kalian saling kenal?” tanya Karin bingung. “Iya, dia ini sahabatku di tempat les” jawab Salwa. “Waahh… padahal dari tadi, aku nyariin kamu loh! Ternyata kamu sahabatnya Karin yang pengen dikenalkan dengan aku toh!” kata Wulan. “Iya” kata Salwa. “BAIKLAH! SEMUA PENONTON DIHARAPKAN UNTUK DUDUK DI KURSI YANG SUDAH KAMI SEDIAKAN. KARENA ACARA AKAN SEGERA KITA MULAI!” terdengar suara kak Rezky sipembawa acara. Kak Rezky adalah temannya kak Vio yang pernah ia kenalkan kepada Salwa. “Sal! Kami kedepan dulu ya! orang tua kami sudah menunggu disitu! Semangat ya sal!” kata Karin dan wulan menyemangati sahabatnya lalu pergi ke tempat duduk mereka. “Mama juga kedepan dulu ya! kasihan kakakmu tadi mama suru jagain kursi mama. Kamu semangat ya! jangan takut, lupakan semua yang sudah terjadi! Oke!” mama menyemangati anaknya itu. “Oke mah!” jawab Salwa.
Saat pembawa acara menunggu semua penonton duduk dengan rapi, tiba-tiba, kak Vio datang menghampiri Salwa. “Kak Vio?” Salwa senang dengan kehadiran kak Vio. “Kamu semangat ya! ingat semua pesan yang sudah kakak kasih kekamu! Kamu fokus aja sama lirik lagu, kalau kamu gerogi dengan banyaknya penonton, kamu anggap aja mereka semua itu hanya kayu dengan batu, anggap saja tidak ada orang disitu OKE!” kata kak Vio menyemangati Salwa. “Oke kak!” jawab Salwa dengan gembira. Ia benar-benar senang, karena ada banyak sekali orang yang mendukungnya. Itu semua membuat Salwa lebih percaya diri. “Ya udah, kakak kedepan dulu ya! mau cari kursi! Dah! Semangat” kata kak Vio berlari kedepan panggung dengan cepat karena takut kehabisan kursi. Dengan semangat dari orang-orang yang dia sayangi, Salwa pun semakin semangat dan percaya diri. Terlebih lagi Salwa senang dengan kehadiran semua teman sekolah, teman les, dan teman-temannya yang lain.
“OKE! MARI KITA PANGGIlKAN, PESERTA PERTAMA KITA! ANGGUN!” kata kak Rezky. Terdengar suara tepuk tangan. Setelah itu, anak yang bernama anggun itu pun naik kepanggung, lalu bernyanyi dengan suara yang sangat merdu! Salwapun mulai ragu, apakah dia bisa menang? Tapi dengan cepat, ia mengingat pesan kakaknya sebelum pergi kelokasi lomba ‘menang atau kalah itu biasa dalam sebuah perlombaan. Jadi jangan kecil hati kalau kalah! Yang penting kamu sudah mau berusaha’. Salwa adalah peserta dengan no urut ‘16’, ia pun menunggu cukup lama, sampai akhirnya tibalah giliran Salwa untuk maju keatas panggung.
“BAIKLAH! PESERTA YANG 1 INI SEPESIAL, DIA AKAN MENYANYIKAN LAGU CIPTAANNYA SENDIRI. MARI KITA SAMBUT SALWA!” kata kak Rezky. Terdengar suara tepuk tangan yang meriah dari depan panggung. Salwapun naik ke atas panggung dengan percaya diri.
Disaat ia naik, ia melihat penonton yang sangaaat… ramai. Tapi ia tidak peduli, ia mengingat pesan kak Vio tadi di belakang panggung. Terlihat juga semua sahabat dan keluarganya menyemangatinya dengan mengepalkan tangan keatas. Disaat suara musik mulai terdengar, Salwapun mulai menyanyi. (Maaf ya semuanya, aku nggak tulis liriknya di cerita ini). Saat ditengah-tengah Salwa menyanyi, hampir saja terjatu seperti dulu, akan tetapi, dia menjadikan itu seperti gerakannya yang sudah dirancang wlaupun dia hampir jatuh.
Setelah Salwa selesai menyanyi, tak terdengar suara apapun. 10 detik kemudian, tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan yang sangaaat meriah, tanda para penonton suka dengan lagu yang ia buat dan suaranya yang merdu. Terlihat juga semua sahabat, keluarga dan temen-temennya yang senang Karena melihat kemajuan yang dicapai oleh Salwa.
“Waahhh… tadi suara kamu merdu banget!” kata Karin yang pergi ke belakang panggung diikuti Wulan setelah Salwa turun dari panggung. “Aaahhh… biasa aja kok!” kata Salwa tersipu. “Iya, nggak bohong deh, suara kamu tadi merdu bangeet!” kata Wulan “Masih banyak yang lebih bagus! Aku cuma mengingat semua pesan yang kalian berikan!” kata Salwa tersenyum.
Setelah mengobrol dengan asiknya. Nggak terasa, acara lomba menyanyi itu telah berakhir. Setelah mengemas semua barang yang mereka bawa, mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Kata kak Rezky, pemberitahuan pemenang lomba diadakan besok.
Di rumah Karin… “Iiiiihhh!!! Nggak sabar banget sih!” kata Karin. “Nggak sabar apa sih?!” tanya Salwa heran. “Aku nggak sabar pengen tau kamu dapa juara berapa!” kata Karin. “Kalau sampai aku nggak dapat juara gimana?” tanya Salwa. “Ya nggak apa-apa sih, yang penting kan kamu udah berusaha” kata Karin.
“Oh iya! ngomong-ngomong kamu kemarin hampir jatuh kan!” kata Karin. “A.. apaan sih!” kata Salwa cemberut. “Yee… jangan ngambek dong! Tapi kamu hebat loh! Kamu bisa jadiin itu sebagai gerakan kamu sendiri!” puji Karin. “Salwa gitu loh! Oh iya, ngomong-ngomong, Wulan mana?” tanya Salwa. “Si Wulan dapat kabar dari bibinya, katanya neneknya sakit, jadi mereka harus pulang ke kampung mendadak” jelas Karin. “Ooohh… kok kamu nggak pergi? Nenek Wulan kan nenek kamu juga?!” tanya Salwa bingung. “itu nenek dari ayahnya yang sakit. Kalau kami yang 1 nenek dari ibu kami!” jelas Karin. “Ooohh…” mulut Salwa membulat. “kakak jadi nggak sabar buat sore ini!” kata kak Ani yang kebetulan mendengar omongan mereka. “Nggak sabar ya kak pengen liat Salwa megang piala juara 1?” canda Salwa. “Yeee… pede banget sih! tapi semoga aja sih kamu dapat juara 1 atau juara yang lainnya” kata kak Ani. “Amiinn!” kata Salwa.
Sore hari pun tiba, semua peserta sudah berkumpul. Penonton terlihat sedikit lebih banyak dari yang kemarin. Kak Rezky pun memulai acara. “BAIKLAH, APA SEMUANYA MASIH SEMANGAT?!! PASTINYA MASIH DONG, HARI YANG KITA SEMUA TUNGGU-TUNGGU TELAH TIBA! HARI INI, SAYA, REZKY AKAN MENGUMUMKAN JUARA LOMBA MENYANYI! BAIKLAH, LANGSUNG SAJA KITA MULAI, KITA MULAI DARI JUARA HARAPAN 1- JUARA 1!” kata pembawa acara itu.
“Waahh… akhirnya mulai jugaaa!” kata Karin. Tapi kali ini, dia tetap berada di belakang panggung. “Seneng banget?!” kata Salwa. “Iya lah! Aku nggak sabar!” kata Karin. “Iya deh iya…” kata Salwa.
Setelah beberapa lama sampailah juara 2. “Kok udah juara 2 nama kamu nggak ada sih!?” protes kak Ani. “Iya nih! jangan-jangan, kamu dapat juara 1 lagi!” kata Karin. “Yaahh… nggak tahu deh. lagian aku nggak peduli mau dapet juara atau nggak, kan kakak sendiri yang bilang, menang kalah itu nggak penting, yang penting aku udah berusaha. Iya kan kak!” kata Salwa. “Iya deehh… tapi kan kalo berharap nggak apa-apa…” kata kak Ani dan Karin serempak.
“INI LAH! SAAT YANG KITA TUNGGU-TUNGGU… JUARA PERTAMA AKAN DIRAIH OLEH ANANDA…” kak Rezky sengaja memperpanjang ‘A’ nya, supaya semua orang menjadi penasaran. “siapa ya?” guman Salwa penasaran. Sedangkan Karin hanya menatap dengan berharap. “ANANDA… PUTRI SALWA SALSABILA!!!!” kata kak Rezky. Semua keluarga dan teman-teman Salwa yang mendengarpun terkejut. “KYA!!! Aku bilang juga apa… kamu pasti menang!” kata Karin memeluk Salwa. Sedangkan Salwa tersenyum haru, lalu naik keatas panggung. Ayah dan ibu menatapnya bangga.
“Apakah ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan?” tanya kak Rezky. “Ada pak!” bisik Salwa. Kak Rezky pun menyerahkan micnya kepada Salwa. “Mmmm… jujur, aku benar-benar senang bias mendapatkan juara satu di lomba ini, dan dikesmpatan kali ini, aku, Salwa, ingin berterimakasih kepada semua orang yang selalu mendukungku. Terlebih lagi… ayah dan ibuku, yang selalu ada disaat aku jatuh! Disaat aku tidak ingin menyanyi lagi, aku benar-benar berterimakasih. termasuk juga… sahabatku Karin dan guruku kak Vio dan juga kakakku, kak Ani, yang selalu setia menyemangatiku setiap waktu…” Salwapun menangis di atas panggung dan tidak bisa berkata apa-apa. Kak Rezky pun mengambil mic dari tangan Salwa dan berkata:
“Diharapkan kepada kedua orangtua, sahabat, dan guru yang Salwa sebutkan tadi, naik ke atas panggung!” Ayah, ibu, Karin, kak Ani dan kak Vio pun naik ke atas panggung lalu memeluk Salwa. Semua penonton yang menyaksikannya pun terharu dan ingin menangis.
Ya, begitulah kisah kehidupan Salwa. Setelah itu, ia pun terus mengasah bakatnya. Ia memiliki keinginan yang luar biasa, yaitu membuat semua orang tersenyum dengan nyanyiannya.
TAMAT
Pesan moral: Janganlah kalian mudah menyerah, teruslah semangat mengejar mimpimu! Jangan malu hanya karena kejadian yang membuat semua orang menertawakan kalian. Kalian harus buktikan bahwa kalian hebat.
Cerpen Karangan: Cerpenstory