Desa Tohe, 18 Maret 2004 Cahaya matahari menohok dua pemuda yang sedang berada di sawah. Pemuda berambut ikal memiliki lesung pipi itu menaburi padi sedangkan pemuda berambut lurus mencari siput sawah untuk santapan siang mereka. Mereka telah melakukan hal itu bersama-sama selama 17 tahun. Meskipun mereka bukan kakak dan adik kandung, tapi hubungan mereka sudah seperti saudara kandung. Saling menyayangi dan menjaga satu sama lain.
Ardi, nama pemuda berambut ikal tadi, ia tinggal bersama nenek tua yang telah mengasuhnya sejak kecil. Ardi ditinggalkan orangtuanya ditengah semak-semak dan ditemukan saat nenek mencari kayu bakar untuk memasak. Sedangkan Lode, pemuda asli Desa Tohe yang memiliki keterbatasan, diasuh sejak kecil oleh nenek kandungnya, nenek tersebut yang sudah menyelamatkan Ardi. Dalam perjalanan pulang dari Rumah Sakit yang terletak di Kabupaten Belu, Orangtuanya dan Lode mengalami kecelakan parah yang menewaskan kedua orangtua Lode. Beruntung Lode masih bisa diselamatkan.
“Sudah selesaikah?” kata Ardi pada Lode. Lode mengangguk sambil menunjukkan wadah yang berisikan siput-siput sawah. Ardi dan Lode bergegas membersihkan kaki mereka dan kembali pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang, Lode melihat beberapa wisatawan sedang memotret pemandangan disekitar desanya. Lode menarik baju Ardi. Ardi menoleh ketika Lode menunjuk orang-orang yang dimaksudkannya tadi.
“Orang itu tidak seperti kita. Mereka mengunjungi desa kita karena di tempat tinggal mereka tidak ada sawah, tidak ada sungai mengalir” kata Ardi sambil tersenyum membanggakan desanya. “*bisakah kau sepertinya*” Tatih Lode. “seperti apa? Memegang kamera dan menggunakan pakaian mahal?” Lode mengangguk. “tidak. Aku akan tetap seperti ini tidak akan meninggalkan desa yang sudah membesarkanku. Nenek, dan juga kau Lode” “*Bodoh*” kata Lode sambil mengejek Ardi dan tertawa.
Malam Hari, ketika Nenek mereka sudah tertidur. Lode masih berada dibawah Pepohonan memandangi langit biru yang sudah gelap. “kenapa kau belum tidur?” Kata Ardi mengejutkan lamunan Lode. “*kenapa kau tidak ingin meninggalkan desa ini? kau pintar. Kau bisa belajar diluar dan buat desa ini maju*” tatih Lode. Ardi duduk disamping Lode. “kita tidak punya apa-apa” Spontan Lode menepuk kepala Ardi. “*jangan menyerah. Kau lihat tubuhku? Butuh tenaga untuk bisa berbicara, untuk bisa berjalan dengan kondisi kakiku yang tidak stabil. Tapi aku tidak ingin diam saja. Walaupun kita tidak punya apa-apa, tapi setidaknya Tuhan masih memberikan kau kecerdasan yang bisa kita banggakan*” Lode berdiri, “*kau pintar. Aku yakin kau bisa lakukan itu. Kau harus dapat beasiswa di luar. Perbaiki nasib kita. Kalau aku bukan menyerah, tapi aku memang tidak bisa melakukannya karena kondisi tubuhku*”. Lode meninggalkan Ardi dan masuk kedalam rumah.
Ardi menatapnya tertegun. Ardi hanya berfikir tidak ada yang berubah, jika kita saja masih kesulitan untuk makan. Masih beruntung Ardi melanjutkan masa sekolahnya karena prestasinya. Tapi Ardi tak sedikitpun punya niat untuk pergi meninggalkan Lode dan neneknya demi melanjutkan pendidikan sampai ke luar desa.
Setelah beberapa hari memikirkan perkataan Lode. Dua tahun kemudian, Akhirnya Ardi memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang Mahasiswa. Berkat kecerdasannya, Ardi mendapat kesempatan Kuliah di Universitas Nusa Cendana di Kupang. Ia terpaksa harus meninggalkan Lode dan neneknya demi memenuhi harapan Lode dan belajar memperbaiki nasibnya.
Di Kupang Ardi kuliah sambil bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Beasiswanya hanya cukup untuk membayar kebutuhan kuliah, tapi tidak untuk kebutuhan pokoknya. Setiap sebulan sekali Ardi pulang untuk sekadar melepas rindu dan memberikan uang saku untuk kebutuhan Nenek dan Lode. Semua berjalan seperti biasa sampai pada akhirnya, Ardi mendapatkan tawaran untuk bekerja di Washington DC. Tentu saja ini menjadi pertimbangan yang berat untuk Ardi. Nenek dan Lode sangat bahagia mendengar kabar itu, namun Ardi sangat tidak ingin jauh dari orang yang paling ia sayangi.
“kenapa kau harus sedih? Nanti kau bisa bawa kami jalan-jalan dan membelikan kamera untuk Lode, iya tidak?” kata nenek tersenyum sambil mencolek pinggang Lode. Lode tertawa riang. “Tidak mungkin… nanti nenek dan Lode siapa yang jaga? Dulu aku bisa kuliah di Kupang karena jaraknya bisa aku tempuh untuk pulang, tapi ini sudah di luar negeri. Bagaimana aku pulang? Sebulan sekali itu tidak mungkin” kata Ardi Lode menepuk kepala Ardi, “*jangan seperti itu. Kau coba dulu. Kalau kau tidak betah, baru kau bisa kembali lagi. Aku dan nenek tetap disini*” Lode dan Nenek terus meyakinkan Ardi. Ardi menghela nafas.
Wasinghton DC, 20 Agustus 2012 Ardi sudah terpaut kerja selama kurang lebih satu tahun setelah lulus dari Universitas Nusa Cendana. satu tahun juga Ardi tak banyak mengetahui keadaan Nenek dan Lode di Desa. Karena akses internet yang tak memadai disana, Juga mahalnya biaya Telfon antar negara. sesekali Ardi memberikan surat ke desa namun Ardi tak mendapat balasannya.
Sementara itu… Desa Tohe, 02 Januari 2012 Warga Desa Tohe berlari menyelamatkan diri mereka sendiri ketika Banjir bandang menghancurkan permukiman mereka. Banyak warga yang tak bisa menyelamatkan harta bendanya dan beberapa terseret arus. Akibat peristiwa tersebut 2 orang belum ditemukan sedangkan 6 korban meninggal dunia akibat banjir bandang.
Desa Tohe, 09 September 2012 Ardi mendapat Cuti dan kembali pulang ke desanya, Desa Tohe. Saat mendarat, Ardi terkejut mendapat perubahan dari tempat tinggal lamanya. Keadaanya berubah drastis. Bahkan ada tanah kosong yang awalnya ada sebuah rumah.
“hei Ardi kemana saja kau? Kau tidak tahukah disini beberapa bulan yang lalu terjadi bencana besar?” teriak salah satu wanita parubaya pada Ardi. Ardi terkejut mendengar perkataan wanita tesebut dan langsung pergi ke rumah Nenek dan Lode untuk memastikan keadaan mereka. “heii.. Ardi…” teriak wanita itu lagi. Tapi Ardi tak sempat mendengar kelanjutan perkataannya. Hingga ia tertegun di halaman rumahnya. Ardi mendapati sebuah lalang tinggi dan rumah yang hampir roboh.
“sudah kubilang disini pernah terjadi bencana besar. Nenek dan Kakakmu Lode sudah tidak ada” tutur Wanita Parubaya itu sambil memperbaiki handuk di kepalanya. Ardi terdiam seketika. Tubuhnya lemas dan ia spontan terduduk. Tak berapa lama air matanya mengalir deras. Ardi tak bisa mengatakan apa-apa. Ia memandangi rumah itu dengan tatapan penuh isak. Ia baru sadar selama ini ia tak mendapat kabar dari Nenek dan Lode bukan karena mereka enggan mengabarinya, tapi karena Nenek dan Lode sudah meninggalkannya sejak 7 bulan yang lalu.
Selesai
Cerpen Karangan: Sanniucha Putri Blog / Facebook: Sanniucha Putri
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 31 Juli 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com