Anna Leonarda, seorang gadis remaja berusia 15 tahun, berasal dari keluarga yang sederhana, memiliki orangtua yang masih utuh dan dari keluarga yang dikenal masyarakat sebagai keluarga yang harmonis. Orangtua Anna bekerja sebagai guru, salah satunya yaitu ibunya bekerja sebagai PNS di salah satu SMP yang letaknya tak jauh dari rumah, sedangkan ayahnya merupakan karyawan swasta di sebuah sekolah swasta pula, menjadi guru.
Anna dikenal sebagai sosok yang periang, ceria, memiliki kepribadian sanguinis yang sering dikenal selalu menjadi pusat perhatian banyak orang. Masa kecil Anna sangat bahagia, karena setiap akhir pekan selalu diajak bermain di game center sepulang dari gereja dan sekolah minggu. Anna sering merasa berkecukupan dengan keluarga yang hanya terdiri dari 3 orang tersebut. Tak ada keinginan untuk memiliki saudara karena Anna takut kasih sayang sang orangtua terlebih uang jajannya akan terbagi.
Ketika Anna menginjak usia 7 tahun di bangku SD kelas 1, Anna mulai membuka suara, mengenai kematian. Seringkali Anna mendengar kalimat itu ketika mendengarkan homily yang tercatat pada secarik kertas yang kerap kali dituliskan oleh ayahnya setiap mengikuti perayaan ekaristi. Mulai dari itu, Anna merasa janggal dalam hidupnya. Dia merasa bahagia dengan keluarga kecilnya, tetapi dia juga dapat merasakan kedekatan dengan salah satu sosok yang tak dapat dilihatnya, karena Anna hanya manusia biasa, Anna merasa bahwa itu merupakan kehadiran Tuhan yang amat luar biasa.
Anna mulai membuka suara dan bertanya “apakah aku mempunyai saudara sebelum aku?”, tanyanya. Ibunya yang mendengar perkataan Anna tersontak tiba-tiba, dan merasa jika Anna menanyakan itu, maka sudah patut Anna mengetahui yang sebenarnya. Kemudian Ibunya menjawab, “ya, Anna. Kau mempunyai seorang kakak laki-laki”. Dengan penuh Tanya Anna menjawab, “jika aku memilikinya, dimana dia? Bukankah seharusnya dia menemani Anna saat bermain dan sekolah minggu?”. Dengan berat hati ibunya menjawab “dia sudah tiada Anna. Ingat bukan? Ketika setiap bulan Februari kita sekeluarga ke makam dan berdoa? Itu adalah rumah dari tubuh kakakmu, tapi percayalah Anna, kakakmu selalu mengalir di dalam darahmu, jiwanya selalu bersamamu, menemanimu sejak kamu ada, hingga kamu menua”. Anna yang belum mengetahui apa makna dari apa yang diucapkan oleh ibunya, berusaha mencari tahu seperti apa gambaran dari kakaknya itu.
September 2009, Anna tengah melamun kala pelajaran berlangsung. Kemudian pikiran Anna terbersit tentang perkataan ibunya mengenai saudara lelakinya itu. Secara spontan Anna mengeluarkan pensil, dan buku tulisnya, di bukanya halaman paling tengah dari buku, kemudian Anna menuliskan sepatah dua patah kata. Anna tidak menulis pada kolom biasanya, yaitu kolom buku yang lebar, tapi entah mengapa Anna memilih untuk menulis pada bagian tengah, benar benar tepat di tengah buku, dekat dimana streples mendarat untuk menyatukan tiap lembar buku. Kemudian Anna menulis,
“selamat pagi Tuhan, Tuhan, Tuhan sehat atau sakit? Bagaimana kabar kakaknya Anna disana? Tuhan udah makan belom? Semoga Tuhan sehat terus ya sama kakak disana”
Begitulah secarik kalimat yang dituliskan oleh Anna ketika berumur 7,3 tahun.
Mulai dari hari itu sampai saat ini ketika Anna menginjak umur 15 tahun, Anna selalu membayangkan seperti apa memiliki kakak laki laki, seberuntung apa Anna memiliki kakak, sebaik apa kakaknya, apa yang dilakukan kakaknya ketika Anna mengalami kesulitan, dan masih banyak lagi bersitan dari pikiran Anna mengenai sosok kakak laki laki yang diidam idamkannya. Sering kali Anna merasa iri dan cemburu ketika banyak temannya yang bercerita bahwa kakak laki lakinya sering membuat onar ataupun emosi, ada juga yang bercerita tentang kekompakan teman Anna bersama kakak kakaknya, dan ada pula yang bercerita jika memiliki kakak itu merepotkan dan banyak lagi cerita yang didengarkan oleh Anna mengenai itu. Perihal itu, Anna hanya dapat membayangkan bagaimana sosok kakaknya dalam mimpi, tanpa menatap bagaimana rupa dan perilaku kakaknya.
Sering kali ketika Anna mendapat bentakan dari ibunya karena Anna mulai bandel akibat memasuki masa remaja, Anna selalu kabur pergi ke makam kakaknya, yang membuat Anna menangis dan menceritakan semua yang dilaluinya. Kadang Anna meminta agar kakaknya berbincang pada Tuhan agar teman temannya mensyukuri apa yang mereka dapatkan, karena Anna hanya ingin teman temannya belajar bersyukur tentang apa yang mereka miliki sedangkan Anna tidak.
Pada usia ke 16, bulan Februari Anna jatuh sakit. Di usianya yang ke 16 Anna sudah melanjutkan studi SMA di luar kota, sehingga pantauan dari orangtua semakin menipis dan yang terpenting hanyalah uang bayaran sekolah ditambah uang asrama Anna dan uang sakunya terpenuhi untuk hari kedepannya.
Kala itu hari Selasa malam, Anna merasa tidak enak badan sejak pulang sekolah. Kemudian Anna memutuskan untuk pergi ke kamarnya, kemudian tertidurlah dia. Dalam mimpinya terlihat sesosok laki laki yang sedang bersenang senang dengannya. Ketika Anna terbangun untuk makan malam, tubuh Anna mendadak panas tinggi, dan perutnya berasa mulas. Anna sudah berkali kali bolak balik keluar masuk ke kamar mandi. Paginya, Anna memutuskan tidak masuk sekolah dan berniat berobat bersama orangtua di siang harinya, karena jarak rumah Anna dan sekolah sekitar 31 km yang membuat orangtuanya mudah untuk menjenguk Anna. Usai diperiksa, Anna diberi obat oleh dokter sejumlah 8 macam obat untuk anemia, dehidrasi, asam lambungnya. Sungguh miris keadaan Anna saat itu, karena ketika dia hanya berjalan 5-10 langkah, Anna sudah merasa lelah dan pusing.
Sebelum pergi ke rumah sakit, Anna menelepon ibunya untuk meminta diantarkan ke dokter, dengan tiba tiba ibunya berkata, “Anna kita sudahi saja ini. Setelah ini ayah dan ibu akan pergi ke makam kakakmu, agar kamu tidak terkena sakit lagi, ya? Sekarang Anna tenang, doakan kakak, biarkan kakak lepas dari angan angan Anna, biarkan kakak tidak terjerat oleh keinginan Anna akan kehadirannya di dunia ya? Doakan kakak agar kakak bilang ke Tuhan agar Tuhan selalu nemenin Anna setiap Anna melewati apapun di dunia. Anna anak kuat ya, kakak sama Tuhan percaya Anna bisa bertahan disini, mulai dari sekarang jangan mencoba menjadi sosok kakak dan Anna dalam satu tubuh, itu yang membuat Anna terbebani. Sekarang Anna minum air hangat dan kembali tidur ya? Doakan kakak selama Anna dapat mengucapkannya”.
Malam harinya, ketika Anna terlelap dalam mimpi, Anna merasa tubuhnya seperti sedang dipeluk dari belakang, padahal Anna berada di dalam kamar asrama. Anna juga merasa seakan akan hati kecilnya diusap agar Anna cepat sembuh dan menjalani aktivitas kembali. Mulai dari peristiwa itu, Anna merasa bila ia perlahan mengikhlaskan sosok kakak yang diinginkannya, malah membuat Anna semakin dekat dengan sosok kakaknya, bukan lagi melalui angan, tetapi dalam diri Anna, dalam setiap aliran darahnya, Anna percaya kakaknya menemaninya, bersama Tuhan ikut menemani hati kecil Anna.
Mulai dari itu, setiap jejak, setiap doa, apapun yang Anna lakukan, Anna selalu meminta perlindungan pada Tuhan, sesekali menyelipkan pesan pada Tuhan agar selalu menjaga sosok yang diinginkannya, agar Tuhan memanjangkan umur Anna, agar Anna dapat berbuat banyak kebaikan pada lingkungan sekitarnya untuk bertumbuh, agar Anna dapat membangun tempat mungil untuk ditinggali di surga, bersama kakaknya. Dimana tempat Anna dapat bermain dengan kakaknya, bergembira bersama sesuka hatinya. Itulah yang dipikirkan oleh Anna saat ini, melalui senyapnya angannya, melalui warna dan tujuannya, Anna berusaha menekuni setiap perkara yang Tuhan beri. Dan itulah keinginan sederhana Anna, meski umurnya sudah terpaut menginjak remaja, keinginanya terhitung keinginan paling sederhana seperti dilontarkan oleh kanak kanak.
Cerpen Karangan: Suzume Blog: twinklepiggost.blogspot.com
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 3 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com