Aku segera pergi melangkah perlahan-lahan menuju ke kamar Maira sambil berfikir apa yang akan di lakukan para polisi itu?, ketika aku membuka pintu kamar kulihat Maira sedang tidur lelap aku duduk perlahan dan membangunkannya dengan suara bisikan perlahan Maira membuka matanya dan tersenyum “Ada apa kak?, apa kakak butuh bantuan?” tanya anak itu sambil bangkit duduk memandangku “emm, tidak sebenarnya di bawah ada 2 orang polisi dan mereka membawa 2 pasangan, mereka mencarimu cepatlah turun” ujarku sambil memandangnya heran aku tak habis berfikir apa yang akan dilakukan keempat orangtua itu setelah mengetahui bahwa Maira ada di sini?
“Emm aku turun dulu ya dik, kau menyusul saja bersiap siap dulu jangan terburu-buru ya merapikannya nanti saja oke” sahutku sambil berjalan menutup pintu kamarnya. Ketika aku turun tangga aku merasa aku akan kehilangan segalanya, tapi aku berfikir lagi mungkin hanya fikiranku saja
“Di mana anaknya?” tanya salah satu polisi itu “Sebentar pak, dia sedang ada di kamar bersiap-siap sebentar lagi dia akan turun” jawabku, ketika bola mataku mengarah pada ke dua pasangan yang terlihat khawatir bercampur bahagia aku heran apa yang mereka lakukan di sini. Tak lama Maira datang duduk di sebelahku. “Ada…” terlihat ketika Maira hendak berkata sejenak ia berhenti setelah melihat kedua pasangan itu
“Apakah mereka orangtuaku?” tanya Maira dengan yakin “Ya, bagaimana bisa tahu?” tanya polisi yang duduk di sebelah laki laki tua itu “Mereka orangtuaku waktu kecil!” seketika Maira berlari memeluk mereka berdua, aku ikut tersenyum dan air mata berusaha mengalir dari mataku tetapi aku menghadap ke atas agar air mata itu kembali ketempatnya “Ayah ibu!, kukira kalian sudah..” “Jangan bilang seperti itu, kami masih hidup, bertahun tahun kami mencarimu ternyata kamu di sini!” kata ibu Maira “Bukankah waktu itu kalian terbaring dengan darah yang mengalir?” tanya Maira “Tidak waktu itu kami pingsan nak, ayah ingin memanggilmu saat kau pergi meninggalkan kami tetapi ayah tidak tahan mengeluarkan suara ayah sedikit pun” jelas ayahnya “Bagaimana kalian bisa selamat?” tanya Maira lagi “Kami diselamatkan oleh warga sekitar dan melaporkan penjahat itu ke kantor polisi, dan mereka beberapa hari lagi setelah kejadian itu.. mereka ditangkap dan kami mulai mencari kamu” jelas ibunya “Ohh.. apakah kalian di sini akan membawaku..”
“Pulang nak, ya pulang ayo pulang” sahut ayahnya terlihat senang “Tapi bagaimana dengan kak Alicia?” tanya anak itu dengan wajah khawatir “Kau bilang apa tadi?” tanya salah satu polisi itu “Kak Alicia?, kenapa pak?” ujar Maira “Apakah benar ini foto orangtuamu?” sahut polisi memotong pertanyaan Maira “Orangtuaku?” tanyaku balik
Aku heran dengan foto ini, aku berusaha mengingat apakah mereka benar benar ada di dalam hidupku tetapi mereka sangat mirip denganku. Aku tampak mirip seperti perempuan yang ada di foto itu, lalu aku sadar bahwa kejadian beberapa tahun yang lalu, saat ibuku mengundang seorang laki laki itu terakhir kali aku melihat mereka entah kemana mereka pergi meninggalkanku seketika aku meneteskan air mata secara perlahan.
“Benar.. mereka orangtuaku!, dari mana anda tau?” tanya ku “Kami mendapat laporan bahwa kedua orangtuamu membunuh seorang laki laki dan mengambil hartanya lalu meninggalkanmu” jelas polisi itu “Tunggu, tidak mungkin mereka meninggalkanku mereka aangat baik, juga berarti bagiku tak mungkin mereka merusak kepercayaanku!, mereka sudah berjanji padaku apa pun yang terjadi mereka tak akan pernah meninggalkanku!” sahutku dengan nada suara agak tinggi “Tapi kenyataannya mereka sekarang ada di balik jeruji untuk selamanya” sahut polisi itu “Se…selamanya, mengapa?! Mereka hanya baru membunuh 1 orang harusnya hanya beberapa tahun mengapa selamanya?” aku berbicara pada pak polisi sambil meronta-ronta dan agak membentak “Bukan hanya 1 orang yang mereka bunuh, saat di pengadilan ayahmu mengatakan sudah belasan orang yang dia bunuh” “…puluhan.. orang?, memangnya sampai berapa?” tanyaku penuh penasaran “Sekitar 12 orang yang sudah dia bunuh untuk diambil hartanya” “Tidak mungkin ini pasti ada yang membuat laporan palsu!, mereka tak akan melakukan itu! Mereka mencari uang dengan bekerja bukan mengambil dan membunuh!, aku… tidak percaya ini..”
Entah apa yang terjadi pada diriku aku meronta-ronta dan membentak para polisi tanpa sadar aku telah hilang kendali hanya karna orangtuaku yang tak kunjung kembali selama beberapa tahun ini. Ya memang aku hidup sendiri dan sukses sendiri aku mendapatkan beasiswa dan itu pun aku tabung mendapatkan rumah ini juga cita cita yang hendak tercapai tetapi kasus ini mengacaukan pikiranku hingga aku harus dipanggilkan dokter RSJ (Rumah Sakit Jiwa) hanya ada 2 dokter yang menemaniku di saat itu. Aku tak ada habis fikir, mengapa orangtuaku meninggalkanku? Mengapa?, apa itu sebabnya semua orang tidak mau berkomunikasi denganku karena mereka sudah tau bahwa orangtuaku adalah pembunuh.
“Halo dik, ini waktunya makan kuharap kau menelannya walau hanya 7 suapan” kata dokter perempuan yang cantik dan juga lembut saat berbicara denganku ia sabar menghadapiku dan membujukku agar bisa makan. Ketika aku mendengar suaranya aku menjadi teringan siapa diriku, apa tujuanku hidup, di mana aku, aku kehilangan seseorang yang selama 7 tahun ini bersamaku yaitu Maira aku lompat dari kasur dan memanggil manggil namanya tetapi ia tak ada.
“Dik, dia sudah pergi dengan orangtuanya bukankah tadi kami menarik tanganmu agar kau melepaskan genggamanmu dari adikmu itu?” ujar dokter itu mengingatkan ku
Aku teringat ketika sebelum aku berada di kamar
Kejadian sebelum di kamar: “Aku tak percaya ini!, mereka tega meninggalkanku..” “Nak ayo kita pulang, ibu dan ayah merindukanmu mari kita rayakan ini di rumah dan mengundang semua warga” ujar ibu Maira “Tidak bu!, bagaimana dengan Kak Alicia dia sendirian dan sedih saat ini aku harus ada di sampingnya! Ketika aku sedih dia juga selalu ada di sampingku sekarang.. giliranku membalas kebaikannya!” kata Maira menolak untuk pergi berasama orangtuanya “Maira, dengarkan aku” aku memanggil Maira sambil mengelus-elus kepalanya “Bukan kah aku pernah bilang bahwa kebahagiaan keluarga adalah yang utama?” tanya ku “Ya..” “Jadi kau juga keluargaku kan?” tanyaku lagi “Ya, tu..tunggu aku tidak mau mendengar ucapan pergilah dari mulutmu itu tidak mungkin kan kau mengusirku?” kata Maira dengan suara yang hendak habis terlihat air mata hendak mengalir dari matanya “Pergilah, kebahagiaanmu juga kebahagiaanku”
Tiba tiba sang ibu Maira menarik tangan Maira dan membawa ia keluar pintu, aku sempat menariknya kembali dan mencium dahinya, Maira berteriak menolak, seketika dokter datang mnyeretku juga.
Selesai mengingat
“Astaga aku lupa aku harus mencari Maira sekarang!, biarkan aku pergi kumohon!”
THE END
Cerpen Karangan: Ridha Febiasri
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 15 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com