Matahari mulai naik pertanda pagi tiba, aku yang masih duduk di taman kanak-kanak bergegas akan sekolah, aku berjalan menuju sekolah Yang memang tidak jauh dari rumah.
Pukul 10:00 waktunya aku pulang sekolah, aku mengetuk pintu Dan membuka pintu rumah, ternyata rumah sunyi senyap tak ada satupun orang disana, sepertinya bapak belum pulang kerja, kakak masih sekolah Dan mama sepertinya mengaji di masjid dekat rumah, segera aku bergegas mengganti pakaian dan mengayuh sepeda menuju masjid.
Sesampainya di sana kebetulan yang memang tinggal di daerah ini adalah satu keluarga besar kakekku, aku yang masih menunggu di luar bermain bersama teman-teman, tak lama kemudian aku melihat adik mamaku berlari secepat mungkin dan berteriak sambil terenggah-enggah “bapak.. Bapak meninggal kak” sontak semua berlari menuju rumah, sampai di rumah suasana menjadi duka dan satu keluarga menangis hingga terisak-isak.
Malam tahlilan pun telah usai, keluarga tiri mamaku datang dan mengusir nenek dari rumahnya, mendengar keributan dari luar rumah, mama dan bapakku langsung keluar rumah Dan terjadi pertengkaran antara orangtuaku dan saudara tirinya, orangtuaku langsung membawa nenek ke rumahnya.
Beberapa bulan kemudian keluargaku memutuskan untuk pindah ke Medan dan menjual rumah kami, kami mengajak nenek ikut bersama ke kampung bapak, karena kondisi kamar mandi yang jauh dari rumah dengan kondisi nenekku yang cukup tua, nenek memutuskan untuk pulang ke jakarta, dengan berat hati orangtuaku mengiyakan keputusan nenek tersebut dan nenek tinggal di rumah kakak mamaku.
Lima tahun berlalu aku dan keluargaku berkunjung ke Jakarta tanpa sepengetahuan ibu dan nenekku, kami turun di Jakarta tepat pukul 23:00 dan sampai halaman rumah pukul 24:00, kami menuju rumah ibu yang tidak terlalu jauh dari bandara, kami mengetuk pintu yang ternyata mereka belum tidur, kami masuk dan terlihat keluargaku keheranan.
“Ini Febi bu” kataku memberitahunya, lalu suasana menjadi haru, sekian lama menahan rindu akhirnya kami berkumpul kembali, dalam benakku berkata ‘nenek’. Aku berlari menuju kamar depan dan tampak seorang nenek tua yang sedang tidur di atas kasur lantai yang kotor dan kumuh terlihat seperti tidak terawat, memang ibuku adalah orang yang super sibuk, aku memeluk nenek diiringi air mata, tangisan tak dapat dibendung, karena waktu yang terlalu malam, kami pun menginap di sana.
Seminggu kami di sana kamipun pulang ke Medan, beberapa bulan kemudian kami mendapat kabar bahwa nenek telah menghembuskan nafas terakhirnya, kami tak dapat tahan nangis, benakku berkata janganlah sesekali membuat orang yang kita sayang menderita, jangan karena harta membutakan kasih sayang, nenekku tunggulah sampai nanti aku sukses aku akan membawa keluargaku menuju rumah telakhirmu.
Cerpen Karangan: Febi Yanti Anggraini Blog / Facebook: Febi Anggraini
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 26 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com