Entah kapan terakhir kali di sini hujan menyapa, rasanya sudah lama sekali dan aku kangen dengan kehadirannya, kangen dengan kenangan yang dibawanya, kangen dengan suasana yang dibawanya, dan kangen dengan semua hal tentangnya. Melihat langit yang terang kala sedang menjemur pakaian rasanya membuatku sedikit kesal karena bisa-bisanya saat aku menginginkan dinginnya hujan yang ada di hadapan saat ini adalah panasnya terik matahari, coba kalo saat ini hujan pasti aku tak perlu bersusah payah menjemur baju karena pasti aku akan sangat sibuk bermain dengan hujan.
“Ya ampun nak kalo kerja itu yang benar nak, kalo kamu gak ikhlas mending sekalian bibi aja yang jemur” Kata bibiku yang berjalan mendekati aku. “Gak usah bi lagian Sina bisa kok, bibi istirahat aja nanti biar bibi semangat kerjanya” Kata aku sambil memasang ekspresi senang penuh dengan kebohongan. “Iya nak, tapi kamu jangan begini cara jemurnya nanti kainnya makin kusut.” “Iya bi maaf Sina baru nyadar kalo Sina salah cara jemurnya” Kataku sambil membenarkan posisi pakaian yang ada di jemuran. “Bibi balik dulu ya Sina, jangan lama-lama di luar apalagi siang begini nanti kamu bisa dehidrasi lagi” Kata bibiku pergi masuk ke rumah meninggalkan aku.
Sebenarnya aku memang males menjemur pakaian bukan males menjemurnya tapi lagi males karena cuacanya itu lho panas, tapi berhubungan aku tidak tega melihat bibi pegal karena lelah dengan pekerjaan rumah dan pekerjaan di kantornya aku memutuskan untuk membantunya dan setidaknya seperti mengurus rumah layaknya ibu rumah tangga seperti menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci baju, dan menjemur semuanya sudah kulakukan hari ini. Tapi hal yang aku tahu sebenarnya bukan pekerjaan rumah mau pekerjaan kantor yang membuat bibi lelah tapi mentalnya lah yang lelah karena bibi membesarkan aku seorang diri saat aku kehilangan orangtua saat aku masih kecil dan juga suami dan anak bibi juga meninggal karena suatu kecelakaan yang dimana membuat bibi sedikit terpukul atas kepergian mereka tapi aku juga bersyukur setidaknya bibi masih bisa semangat menemani aku dan bibi pun juga begitu.
Setelah selesai menjemur aku pun masuk ke rumah aku lihat pintu kamar bibi tertutup rapat yang menandakan bahwa saat ini bibi sedang tidak ingin diganggu meski sekarang hari senin harusnya bibi bekerja tapi karena suatu alasan bibi sedang ingin libur tapi rasanya seperti tidak karena meski libur pekerjaan tetap mengikutinya menuntut untuk segera diselesaikan.
Aku pun memasuki kamarku dan duduk di meja belajar melamun lalu membuka laci mencari sesuatu hingga aku mengeluarkan kotak musik kecil yang berbentuk kotak yang berwarna biru muda dengan hiasan bintang di tengahnya aku menamakan kota musik itu SINAR karena seperti namaku Sina lalu aku tambahkan huruf R agar menjadi Sinar yang artinya sendiri dapat memberi terang dikala gelap, aku pun memutar kunci yang ada di sana dan setelah itu alunan musik terdengar, alunan musik yang sudah aku hafal karena selalu aku dengar bunyinya.
Sinar sendiri adalah hadiah ulang tahun dari Papa sama Mama waktu aku lahir, kata bibi mereka benar-benar bahagia saat aku lahir. Tentu saja mereka bahagia orangtua mana yang tidak bahagia saat anak yang mereka inginkan lahir ke dunia. Kata bibi masa kecilku lebih banyak dihabiskan waktu bersama Papa dan Mama hingga saat itu saat dimana Papa dan Mama pergi, aku masih ingat karena aku juga berada di sana.
Saat itu aku, Papa dan Mama berada di mobil kami sedang pulang ke Rumah kami saat itu langit masih siang tapi suhu tidak panas karena suhunya dingin lantaran angin bersepoi-sepoi dan juga saat itu langit sedang berwarna abu-abu yang menandakan mendung, saat itu aku berumur tujuh tahun, Papa dan Mama saat itu sedang berbincang sedangkan aku sedang menikmati angin yang masuk ke jendela mobil sembari mendengarkan SINAR kotak musik punyaku, mendengarkan lagu dari SINAR membuatku mulai mengantuk lalu perlahan memejamkan mata, semua pun menjadi gelap, hal terakhir yang kulihat sebelum tidur adalah sebuah mobil yang sedang melaju cepat di sebelah mobil kami dan hal terakhir yang kudengar adalah bunyi SINAR yang perlahan akan berhenti dan juga bunyi hujan yang turun sehingga menjadi beriirama dan menggema di telinga.
Saat aku terbangun aku mendapatkan rasa sakit yang berada di kepala dan saat aku melihat sekitar aku bisa melihat bibi sedang menangis. Bibi menceritakan bahwa aku, papa dan mama mengalami kecelakaan, bibi juga menceritakan papa dan mama meninggal, tapi saat itu bibi hanya bisa bilang papa dan mama sedang pergi ke tempat yang jauh karena bibi takut aku akan sangat sedih atas kepergian mereka, sedangkan aku yang masih belum mengerti karena aku masih kecil hanya bisa mengiyakan dan menerimanya. Setelah itu hak asuh jatuh ke bibi dan aku tumbuh besar dengannya hingga saat ini.
Lagu dari SINAR berhenti, aku pun keluar dari kamar pergi menuju ke halaman luar untuk melihat langit, saat itu langit mendung, aku pun sedikit terkejut karena aku sangat yakin tadi langit tidak mendung, aku pun segera menuju ke tempat dimana aku menjemur baju dan mengambil baju dari jemuran, setelah itu aku kembali ke kamar dan mengambil SINAR untuk aku bawa ke halaman. Aku pun kembali memutar kunci di SINAR disaat yang bersamaan tetesan air pun jatuh dari langit yang kemudian semakin deras.
Suara SINAR dan hujan saling memenuhi telingaku seperti kedua suara itu memiliki irama yang sama yang menyambung menjadi nada. Hal yang aku sadari adalah setiap aku membiarkan SINAR membunyikan iramanya hujan pun akan menyapanya dan mulai menyanyi bersama menemani SINAR menemaniku Sina gadis pemilik SINAR yang rindu dengan hujan. Hujan sepertinya sangat senang saat SINAR memanggilnya.
8 JUNI 2021
Cerpen Karangan: Shofa Nur Annisa Deas Blog / Facebook: lovinpluie Terima Kasih sudah berkunjung dan membaca ceritanya. Perkenalkan namanya Shofa Nur Annisa Deas. Saat ini dirinya sedang mencari cerita hidupnya karena menurutnya setiap hidup itu adalah cerita
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 20 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com