“Pokoknya aku gak mau ma” Aku pun pergi menuju ke kamarku, rasanya lelah setiap kali aku harus bertemu lalu beradu mulut dengan Mama, aku tahu tujuannya untuk membantuku tapi sebagai remaja yang selalu mengalami emosional ada sesuatu di dalam diriku yang selalu ingin melawan hal yang setiap mama ucapkan dari mulutnya, karena diriku yang sudah remaja ini membuatku yakin bahwa aku bukan lagi anak kecil yang memerlukan bantuan, karena aku bisa mandiri.
Aku selalu merasa bahwa aku berbeda dari keluargaku tidak seperti adikku yang selalu berhasil menjadi ekspektasi keluargaku. Selama hidup aku sendiri selalu merasa bahwa aku bukan bagian dari keluarga ini tapi Sebagian diriku bertahan karena aku menyayangi keluargaku.
“Kak keluar kak, disuruh mama makan” Ah aku lupa bahwa sekarang sudah malam, aku tidak menjawab panggilan adikku aku tahu dia akan pergi sendiri karena lelah memanggilku. Semalaman aku tidak keluar dari kamar tidurku meski aku harus menahan rasa lapar di mulut dan juga perutku.
Keesokan harinya aku sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah sendiri sebenarnya setelah berantem itu rasanya hari ini aku ingin menghindari seluruh keluargaku.
“Kamu mau kemana nak?” Ternyata itu adalah ayahku, padahal aku ingin berangkat sekolah sendiri bukan diantar akan tetapi ayahku malah menyuruhku untuk berangkat bareng.
Sepanjang perjalanan Aku, adikku dan Ayahku tidak ada satu dari kami yang berbicara sedangkan Mama di rumah. Tidak terasa sekarang mobil sudah tiba di SMA tempat dimana Aku dan Adikku bersekolah. Kami bersekolah seperti biasa hingga waktu pulang. Aku membuka ponselku ternyata aku mendapatkan pesan dari adikku bahwa dirinya ingin pergi ke rumah temannya untuk kerja kelompok, aku langsung menutup ponselku lalu pulang ke rumah.
Saat tiba di rumah aku bersyukur karena Mama sedang pergi aku tahu Mama pergi karena dirinya meniggalkan pesan berupa kertas yang berada di kulkas. Di kamar aku mengeluarkan sebuah buku gambar yang sudah aku miliki sejak aku bersekolah di SMP, di buku gambar ini banyak sekali gambar yang kubuat hobiku sendiri adalah mengambar saat aku SD aku pernah memenangkan lomba menggambar sejak menang itulah aku lebih mencintai dan memperdalam hobiku.
Kali ini aku menggambar pemandangan laut di buku gambarku. Selama menggambar pemandangan laut aku sedang berpikir mengapa diriku berbeda tidak seperti adikku dirinya sangat pintar dalam pelajaran sehingga dirinya pernah menang dalam lomba olimpiade pada bulan kemarin mengetahui tentu saja Mamaku sangat membanggakan adikku begitu pula ayahku. Tidak terasa sudah dua jam aku menggambar aku menatap hasil gambarku dengan perasaan senang.
Keesokan harinya aku terkejut saat tiba-tiba aku dipanggil guruku menuju ke ruang guru. “Jadi ini gambarmu?” “Iya” Jawabku “Baguslah, kalau begitu bersiap-siaplah” “Kenapa?” “Karena aku sudah mendaftarkan namamu untuk mengikuti lomba menggambar” Aku hanya bisa terdiam karena terkejut. Sekaligus dengan perasaan senang. Tentu saja kesempatan seperti ini tidak akan aku sia-siakan.
Setelah itu seminggu kemudian aku berlatih keras dalam mencari ide dan juga aku tidak memberitahukan mengenai lomba ini ke siapa pun termasuk keluargaku. Dua minggu kemudian aku beralasan kepada kedua orangtuaku bahwa aku mengikuti acara relawan meskipun sebenarnya aku akan pergi berlomba. Selama mengikuti lomba tersebut aku berusaha sebaik mungkin, dan juga berserah diri kepada tuhan untuk hasil apa pun, aku tidak terlalu berharap untuk menang karena aku sendiri masih merasa kurang tidak seperti peserta lain yang sangat percaya diri, tidak lama setelah lomba itu selesai semua peserta menunggu hasil juara.
“Dan untuk juara pertama adalah…” Kata pembawa acara tersebut Ternyata hari ini adalah hari kebahagiaanku karena aku adalah juara pertama dari lomba kali ini, tentu saja guru seniku juga senang karena aku membawa prestasi untuk sekolah.
Seminggu kemudian saat upacara hari senin kepala sekolah mengumumkan kemenanganku, bukan merasa senang tapi aku takut karena yang pasti adikku akan tahu dan memberitahukan hal itu kepada Mama. Benar saja setelah pulang dari sana dirinya memberitahukan hal itu kepada Mama dan seperti yang kutebak Mama tidak senang justru dirinya kecewa tapi aku tidak peduli aku tidak ada waktu untuk ribut dengan Mama. Aku menuju ke kamarku dan langsung tertidur.
Keesokan harinya adalah hari minggu dan tentu saja karena libur aku menghabiskan waktuku di rumah bukan lebih tepatnya di kamar. Dari jendela kamar aku mendengar suara hujan, aku langsung mendapatkan ide untuk menggambar pemandangan hujan, Aku pun segera keluar dari kamarku secara diam-diam menuju ke atap rumahku. Setelah tiba disana aku langsung menggambar apa yang aku lihat.
“Ternyata gambarmu bagus sekali” Aku terkejut karena itu adalah Mama, kemudian aku menjawab pertanyaan Mama dengan menganggukan kepala. “Jadi, hobi menggambarmu masih kau pertahankan sampai sekarang?” Tanya Mama “Iya Ma, Mama kecewa sama aku?” “Enggak” Kata Mama sembari duduk disampingku.
“Maaf ma aku sudah membuat mama kecewa sebagai anak pertama dan juga harapan keluarga” Mama tertawa dan aku terdiam “Apa boleh buat nak, semuanya tidak bisa dipaksakan toh, Mama justru sebenarnya sangat bangga sama kamu karena masih mempertahankan hobimu dan juga mendapatkan manfaat dari hobimu.” Aku terdiam
“Maafin mama ya nak selama ini mama tidak sadar sudah mempaksa kamu melakukan hal yang kamu benci” Aku mengangguk, Mama lalu meraihku untuk mencium keningku tentu saja aku senang karena semua pengakuan yang terjadi antara aku dan Mama.
Setelah itu aku dan keluargaku menjadi lebih jujur lagi. Mungkin inilah kisahku dalam MELAWAN HARAPAN KELUARGA
Cerpen Karangan: Shofa Nur Annisa Deas Blog / Facebook: lovinpluie Terima Kasih sudah berkunjung dan membaca ceritanya. Perkenalkan namanya Shofa Nur Annisa Deas. Saat ini dirinya sedang mencari cerita hidupnya karena menurutnya setiap hidup itu adalah cerita
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 29 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com