Masa lulus SMA telah tiba, Aku merasa gugup dan canggung untuk melangkah kemana setelah lulus SMA ini. entah mau melanjutkan ke dunia pendidikan yang lebih tinggi di bangku kuliah atau memilih bekerja untuk membantu keuangan keluarga terlebih dahulu.
“Mia, kamu nanti mau lanjut kuliah dimana?”, tanya guru biologi waktu itu “belum tau bu mau lanjut kuliah atau kerja saja” jawabku enteng sambil cengar-cengir, “lebih baik ikut tes SBMPTN duluh aja, barangkali keterima kan lumayan dapat beasiswa” sambil merangkulku “ya, nanti coba saya omongkan sama orangtua”.
Sesampainya di rumah aku mau membuka pembicaraan untuk mengikuti tes di perkuliahan pilihan hati entah bagaimana rasa takut kecewa itu ada karena aku paham betul bagaimana kondisi keuangan keluarga saat ini seperti apa. Tapi aku mencoba berbicara mengeluarkan keinginanku “pak, bu, aku mau ikut tes di perguruan tinggi Negeri Semarang apakah boleh?, karena menurut bu Yeyen aku kayaknya bisa masuk disana” tanpa memandang mereka berdua dan hati mulai dag dig dug mendengar jawabannya. “boleh, kalau mau memang mau ambil jurusan apa kok sampai jauh kuliahnya di kota tetangga?” jawab bapak sambil memasang senyum lebar. “iya, jauh memang di kotamu ini gak ada jurusan yang kamu mau itu”, timbal ibu sambil memandang wajahku. “tidak ada bu, baru ada di semarang jurusan itu”. mbok yo jangan jauh-jauh nak ambil kuliah di sini-sini aja yang bisa dijangkau dan bisa kumpul”, kata ibu sambil memberiku minum “kalau tidak boleh ya aku gak kuliah duluh aja, tak kerja dulu buat celengan kuliah di semarang”, sambil merenggut dan menahan nangis.
Memang aku juga tau kondisi yang kini dihadapi keluarga masalah keuangan mereka bukan hanya memikirkanku tapi juga adik lelakiku yang masih bersekolah. Aku juga tidak boleh egois dengan keadaan yang ada. “nduk, kuliah disini aja ya nak yang ibu dan bapakmu sanggup membiayai hidupmu kalau jauh di kota orang ibu malah kepikiran dan biaya hidup juga mahal”. sambil memelukku “enggeh” cuma itu yang bisa aku ucapkan. “didoakan ibu terus nak, dimana saja kamu kuliah insyaAllah kamu akan jadi orang yang sukses kelak, karena ibu dan bapakmu ini gak ingin punya anak hanya sukses encari uang saja tapi barokah ilmunya untuk dirimu sendiri dan orang yang ada di sekitarmu nduk”. mencoba menguatkanku dengan wejangannya.
Bulan silih berganti banyak teman yang sudah memposting keberhasilannya masuk di perguruan Negri maupun swasta, aku hanya bisa memberi ucapan selamat dan berdoa agar aku bisa mengikuti jejak meraka untuk berkuliah.
“Nduk, ini ada uang 15 juta buat kamu kuliah cukup ndak?” dengan senyum bapak meberiku uang dalam tempat plastik keresek hitam. “cukup pak insyaAllah”, sambil menerima uang tersebut dan merasa terharu. “ya udah cepet daftar kuliah di perguruan swasta pondok sana saja kan juga terkenal bagus, toh nanti juga kamu bakal seneng bertemu dengan teman santri baru disana”, “enggeh bu” sambil semangat 45.
Tepat dua hari setelah aku mendaftar kuliah di perguruan tinggi lingkup pondok pesantren, ternyata aku dipanggil untuk mengikuti tes masuk di salah satu sekolah dasar di daerah tempat tinggalku. “bu, aku ditelfon dari sekolah untuk ikut tes pegawai disana gimana menurut njenengan?”, “enggeh bagus toh nduk, masukin saja rizky dari Allah SWT buat kamu belajar disana dan bisa buat biaya kuliahmu”.
Senin pagi aku bergegas untuk mengikuti tes di sekolah dasar dengan penuh semangat, sesampainya disana mental ini kembali diadu dikarenakan yang mengikuti tes menjadi pegawai sekolah ternyata banyak yang sudah sarjana. Tapi hanya usaha dan doa saja yang aku punya saat itu.
Tepat seminggu setelah tes itu tiba berderinglah hp ini “hallo, assalamualikum wr.wb, apakah ini Nur Mahmudah kami dari sekolah mau mengabarkan bahwa hasil tes kepegawaian sudah bisa dilihat di wabsite sekolah kami, apabila terdapat nama anda mohon segera mungkin menyetorkan berkas yang di minta sesegera mungkin”. “wa’alaikum salam, iya terima kasih atas informasinya”, sambil gemetaran aku segera membuka website sekolah dan Alhamdulillah Allah masih memberi rizky hambanya yang lemah ini dan mendapat nilai terbaik saat tes.
Tanpa berfikir lama aku memberitahukan berita baik ini kepada kedua orangtua “ibu, bapak Alhamdulillah anakmu ini telah diterima di sekolah untuk menjadi pegawai disana insyaAllah lusa bisa mulai kerja disana”, “Alhamdulillah nduk, semoga barokah rizkynya bisa buat kuliah kamu dan manfa’at ilmu kamu untuk semua, jangan riya’ dulu nduk, ini bukan tempat untukmu mendapat gaji saja tapi untuk kamu belajar bagaimana sulitnya menjadi seorang pengajar”, “enggeh buk” sambil tersenyum dan bergegas mencari berkas untuk memenuhi persyaratan yang diminta pihak sekolah.
Ketika buah kesabaran dan keikhlasan itu dirasa berat untuk hambaNya maka Allah SWT akan semakin tunjukan betapa rahman dan rahimnya itu kepada hambaNya.
Cerpen Karangan: Nur Mahmudah Blog / Facebook: Nur Mhamudah Ali
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 3 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com